SC - 7

Jangan lupa vote dulu 🌟
Ramaikan part 7 🐍🐍
.
.
.
.
.
.

Jung Yifan. Kerap di sapa Mr. Kris itu terlihat berdiri di depan kaca jendela lebar menjulang tinggi. Menembus lingkungan luar dari lantai atas.

Hari sebentar lagi menjelang tengah malam. Namun dia belum mau beranjak dari posisinya. Diam berdiri menatapi karamaian kota. Bibirnya menghela entah yang keberapa kali, keningnya mengerut merasakan rasa sakit di salah satu sudut tubuhnya.

Pria itu melepas pakaian bagian atas. Badannya yang atletis berkulit putih pucat menjadi binar terang dalam ruangan temaram cahaya. Suara rintik hujan mulai terdengar, kecil— kemudian menjadi suara keras bising.

Jung Yifan berjalan mendekati pintu berwarna abu-abu. Mengulurkan tangan memutar kenop pintu, masuk ke dalam ruangan istirahat khusus. Kakinya berjalan melewati ranjang. Berhenti di depan cermin persegi panjang.

Bekas luka di bagian dada kirinya mengalami masalah lagi. Operasi sudah di lakukan, akan tetapi rasa sakit itu masih membekas dengan sangat baik.

Sayatan melintang terlukis mengerikan di kulit dada kirinya.

Menyentuh bekas luka di dada kirinya, Yifan menarik sudut mulutnya menjadi senyuman tipis. Ingatan mengenai kejadian lima tahun yang lalu tiba-tiba datang merasuki pikirannya.

"Kau— tubuhmu terluka!"

Jung Yifan membuka mata. Sebagian wajah putihnya di warnai dengan warna biru keunguan, sudut bibirnya robek dan di aliri darah merah segar. Tetapi bukan itu yang mengerikan, melainkan dada kirinya yang mengeluarkan banyak sekali darah.

Wanita yang membawa payung bergegas datang mendekat, mengalihkan payung ke orang di depannya. "Lukamu sangat buruk, aku akan menelfon rumah sakit dekat area sini. Kau akan baik-baik saja, bertahanlah."

Jung Yifan menatap teliti bayangan kabur yang menolong dirinya saat ini. Ia ingin mengangkat tangan, menyentuh perempuan di hadapan. Sayang, tenaganya habis terkuras setelah menghadapi musuhnya dari dunia gelap.

Semua bawahannya di bunuh, hartanya di rampas, jabatannya di ambil, dan kemudian, dia di buang karena di rasa sudah tidak lagi berguna.

Lingkupan hangat menyentuh area dadanya yang terluka.

Perasaan hangat menyenangkan yang tidak bisa Jung Yifan jelaskan di tengah-tengah kehidupan paling buruk bersama kedinginan. Telapak tangan mungil menutupi aliran darah, berharap pendarahan di dada kirinya bisa berhenti.

Suara kalut terlantun melewati telinga kirinya, "Aku sudah menelfon pihak rumah sakit. Kau harus hidup, bagaimana kau bisa sampai seperti ini?"

Kau harus hidup.

Pertama kalinya, seorang Jung Yifan, sosok dingin penyendiri di kegelapan, mendapat kalimat permintaan selembut ini. Selama ini, semua orang ingin dia meninggal dunia dan jabatan serta hartanya bisa di ambil alih.

Dia belum pernah mendengar orang meminta dia untuk tetap hidup.

Ambulans datang, Jung Yifan di bawa oleh dua perawat rumah sakit, pergi di temani Kim Tzuyu.

Perempuan tersebut tadinya baru saja pergi keluar untuk membeli sesuatu. Di tengah jalan, telinganya mendengar suara rintihan kesakitan dari kedalaman gang sempit gelap.

Ia menemukan Jung Yifan.

Karena Jung Yifan tidak memiliki identitas, rumah sakit tidak mampu menghubungi kerabat. Membuat Tzuyu mau tidak mau harus rela menunggu operasi hingga selesai, mengurus administrasi, baru dia bisa meninggalkan pria asing tadi dengan tenang.

Dua jam berlalu, Jung Yifan berhasil di selamatkan. Kim Tzuyu bernafas lega, hatinya terasa ringan di saat itu juga. Selesai berbicara dengan suster di resepsionis, dia berjalan memasuki ruang rawat Jung Yifan.

Perlu menunggu setidaknya lima menit untuk berbicara dengan orang di atas brankar, karena masih terlelap usai di bius sebelum operasi.

Menemukan kelopak mata Jung Yifan berkedip lambat, perlahan membuka dengan manik hitam sayunya. Tzuyu tersenyum senang, "Kau akhirnya bangun. Tenang saja, semua hal di rumah sakit sudah aku urus. Dokter bilang, kau harus di sini selama satu bulan penuh."

Jung Yifan terbisu. Memandangi paras ayu yang kini menatap dirinya lembut, sorot sepasang mata bulat itu memberikan dia kehangatan. Dan dia kembali mengingat rasa hangat di dada kirinya ketika masih berada di gang.

"Terima kasih," ucap Yifan lirih. Untuk saat ini, dia kehilangan banyak hal dalam hidup. Dan dia perlu membangun ulang semuanya, mendapatkan kembali apa yang pada dasarnya memang miliknya. "Maaf, merepotkanmu... "

"Bukan masalah, aku hanya menolong seseorang yang pantas di tolong. Kalau begitu, aku akan pulang. Sampai bertemu kembali di masa depan." Tzuyu beranjak dari kursi, membenarkan tali selempang di pundaknya. Bersiap berlalu pergi.

Yifan meraih lengan kanan Tzuyu, memberhentikan kepergian perempuan itu.

"Eh? Ada apa?"

"Siapa namamu?"

"Kim Tzuyu."

"Bisa berikan alamatmu kepadaku? Aku ingin membalas budi di masa depan."

"Tidak perlu. Aku sungguh suka rela memberikan pertolongan kepadamu."

"Tolong berikan alamat rumahmu atau hatiku tidak akan pernah bisa tenang."

Kewalahan menolak. Tzuyu berpikir sejenak, mengangguk sesaat kemudian. Merogoh kartu nama dari tas kecil hitamnya, "Ini kartu nama suamiku, tertera alamat perusahaannya juga. Bukannya aku tidak ingin memberi alamat rumahku, tapi aku selalu di larang suamiku memberikan alamat rumah ke orang baru."

Mengambil pakaian baru dari lemari. Jung Yifan melangkah mendekati ranjang, menghidupkan dua sisa lampu ruangan, merubuhkan tubuh ke atas ranjang. Helaan nafas panjang teredam oleh suara keras hujan di luar.

Ia menutupi mata dengan lengan kirinya, "Kau selalu bisa membuat aku gila hanya dengan mengingat senyum dan mata indahmu," desisnya.

***

"Pulanglah, Kim Taehyung. Irene pasti mencarimu."

Lagi, Taehyung menolak lembut. Menyelipkan helaian rambut hitam Tzuyu ke belakang telinga, memberikan ciuman kecil di sana.

Tubuh Tzuyu mengigil, bulu kuduknya sontak berdiri. Insting menyuruh dia beringsut mundur, menjauh, berlari dari pria buas di depannya saat ini.

Mengerti ketakutan Tzuyu, Taehyung melepaskan jemari hangatnya dari daun telinga dingin yang kini berubah warna menjadi merah cerah. "Takut?"

"Ti-tidak." Kilah Tzuyu.

"Aku tahu kau takut. Kematian Kim Daehyung bukan akhir dari segalanya, seiring waktu berjalan. Perlahan kau akan melupakan dia dan menempatkannya di kenangan masa lalu. Daripada menangis, lebih baik berikan senyuman manismu untukku sekarang."

"Aku tidak bisa. Kim Taehyung, bisakah kau meninggalkan aku sendirian?"

"Baik, baik. Aku akan memberikan kebebasan sejenak untukmu malam ini. Tidurlah di sini, aku telah menyuruh sopir Kakek agar menjemput Jeongin di rumah. Putramu tidak akan kesepian. Aku perlu keluar sebentar."

"Kemana lagi?" Iris caramelnya terangkat, memandang lurus pada pria yang telah menundukkan dirinya selama bertahun-tahun tanpa bisa menolak ataupun membantah barang sekali saja.

Kim Taehyung melepas jas coklat tua di tubuhnya. Lalu berjalan mendekati sofa tempat Tzuyu duduk, memakaikan jas perlahan, menjawab lembut, "Perusahaan. Ada masalah terjadi pada salah satu anggota inti."

"Malam-malam begini?"

"Kau khawatir?"

"Kau terlalu percaya diri."

Tersenyum kecil. Taehyung menjepit dagu Tzuyu, memaksa wajah cantik di bawah supaya menatap dirinya. Dua iris berbeda warna saling memandang dalam, Taehyung berujar rendah, "Kau hanya malu untuk meminta aku cepat kembali, kan?"

"Berhentilah omong kosong—umh!"

Lidah bersuhu panas menembus celah bibir Tzuyu ketika terbuka karena harus berbicara. Taehyung memiringkan wajah, menangkup rahang kecil perempuan di bawah kendalinya.

Kepalanya memaju, menekan lidahnya ke area terdalam gua hangat dengan rasa manis yang selalu membuat dia candu dan mabuk. Ujung lidahnya menggoda langit-langit mulut Tzuyu, memberikan usapan lembut main-main.

Usapan Taehyung di langit-langit mulutnya menimbulkan perasaan geli sekaligus gatal. Iris caramelnya mendongak, menatapi langit-langit apartement. Tubuh langsingnya di tekan secara brutal menghimpit punggung sofa, Tzuyu merinding kala usapan sepanas api menyentuh permukaan kulit perutnya.

Taehyung melepas ciuman di antara keduanya, mata elangnya berkilat-kilat nafsu menatap saliva miliknya yang menyatu dengan milik Tzuyu— merembes keluar melalui sudut bibir wanita tersebut. Ia kembali merundukan wajah, menjilati saliva bening seolah sedang mencicipi rasa permen paling manis di dunia.

Bibirnya beralih mendekati telinga mungil yang memerah, "Tunggu aku kembali, jangan tidur dulu. Kita bisa menghabiskan malam bersama, hawa terlalu dingin untukmu. Biarkan aku memberikan kehangatan."

"Kau... " Nafas Tzuyu belum teratur. Hari ini dia tertimpa masalah besar, dan si bejat di atasnya kini meminta hubungan intim di tengah malam seperti ini!

"Karena suamimu meninggal, saat ini tidak ada lagi yang bisa aku gunakan untuk membuatmu tunduk dan terus patuh di bawah kendaliku. Bagaimana jika sekarang aku menggunakan putramu sebagai ancaman?" Usul Taehyung kelewat santai, seakan Jeongin bukanlah manusia, melainkan sekedar barang yang bisa di jadikan taruhan sesuka hati.

Sebagai seorang Ibu, Tzuyu tentu marah mendengar putranya di jadikan bahan ancaman oleh Iblis bernama Kim Taehyung. Dengan mata memerah, Tzuyu berseru kesal, "Jangan berani sentuh putraku!"

"Setuju, tapi kau harus tunduk padaku selamanya. Setelah semua urusan Kim Daehyung selesai, kau juga harus menikah denganku. Tidak ada penolakan, tidak ada bantahan."



.
.
.
.
.
.

Yang nebak Jung Jaehyun? 😂
Kenapa aku pakai Jung Yifan (Wu Yifan / Kris Wu) karena muka dia itu cocok banget buat jadi pemimpin Mafia. Meskipun dia diem pun, muka badasnya kelihatan banget, aura dinginnya juga kuat. Jadi aku pilih pakai Kris sebagai tokoh antagonis sekaligus sad boy di ending cerita~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top