SC - 6
jangan lupa mampir ke The Empress Soul Transfer~~💜💜
.
.
.
.
.
.
∆
Kim Taehyung memberhentikan mobil di depan pintu masuk Rumah Sakit Joong.
Dua pria berbadan besar berlari mendekat. Membuka pintu untuk tamu penting mereka. Tzuyu keluar tergesa-gesa, berlari melaju melewati ambang pintu kaca.
Taehyung menarik nafas lembut, "Dia tidak bisa menurut sama sekali."
"Tuan Kim, silahkan masuk. Direktur menunggu anda di ruangannya, mayat Tuan Kim Daehyung sudah di pindahkan kemari sejak sore tadi, dan sekarang sedang berada di ruangan khusus setelah dilakukan otopsi."
"Ya, bawa mobilku ke parkiran. Aku akan masuk sendiri ke ruangan Direktur Lim."
Dua pengawal membungkuk. Mempersilahkan pria tersebut pergi memasuki area rumah sakit.
Rumah Sakit Joong adalah rumah sakit terbesar di area Distrik Gangnam, terletak di gang Dong-Wo dan di kelilingi banyak sekali taman.
Pihak rumah sakit yang menerima mayat Kim Daehyung memutuskan mengantarkan jenazah ke rumah sakit Joong. Menurut Lee Junghan— Direktur rumah sakit sebelumnya, ada sesuatu yang salah dengan mayat Kim Daehyung. Di bagian tubuhnya tertanam benda berbahan sejenis logam berbahaya.
Anehnya lagi, Lee Junghan bingung, bagaimana mungkin ada benda besi tertanam di kulit tubuh Kim Daehyung tanpa bisa di sadari oleh pria tersebut? Penanaman benda besi ke dalam tubuh merupakan proses menyakitkan.
Biasanya hal ini di lakukan oleh sekumpulan detektif khusus milik negara, berguna untuk pelacakan lokasi anggota dan sekaligus menjadi tanda ancaman. Barang sejenis cip ini bisa meledak ketika tubuh yang di tinggali melakukan pelanggaran berupa pengkhiatan.
"Kim Tzuyu, ikuti aku," titahnya ketika mendapati Tzuyu berdiri cemas sembari menggigiti kuku-kuku jari.
Merasa di panggil, wanita itu menoleh sebagai respon. Mata kucingnya memerah, di landa cemas berlebihan. Jemarinya kemerahan karena terluka terhantuk gigi terlalu keras.
Kim Taehyung mencuramkan kedua alisnya ke dalam. Dia benci melihat darah di tubuh Tzuyu kecuali ketika mereka sedang berada di suasana pergulatan panas. Kakinya berjalan mendekat, meraih salah satu lengan wanita itu, "Kau melukai dirimu sendiri. Berapa kali aku harus berkata? Jangan terlalu cemas, mari pergi ke ruangan Direktur Lim. Dia bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan Kim Daehyung. Tenanglah, jika kau melukai dirimu sekali lagi, jangan harap kau bisa lari dariku selama tiga hari."
Mata kucingnya secara bertahap semakin memerah, "Kenapa kau begitu kejam kepadaku? Suamiku meninggal, putraku pasti bersedih nantinya. Apa yang harus aku katakan padanya? Dan mana mungkin aku bisa tenang?"
"Masih ada aku." Tegas Kim Taehyung. "Ingat ini, meski kau kehilangan suamimu. Kau masih memiliki aku. Jadi menurutlah atau aku bisa bersikap kasar di sini. Ayo pergi."
Merundukan kepala, Tzuyu pasrah saja ketika tangannya di raih ke dalam cekalan erat. Dia yakin lengannya memerah di dalam jaket. Tubuh lemasnya mengikuti kemanapun Taehyung pergi.
Akhirnya mereka sampai di depan pintu ruangan Direktur Lim. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Taehyung membuka pintu sedetik kemudian. Masuk ke dalam ruangan.
Direktur Lim yang sedang mengurus dokumen penting di tangannya langsung berhenti setelah mendengar suara pintu terbuka. Ia berdiri, "Selamat datang, Tuan Kim."
"Ya." Ia membawa Tzuyu mendekati sofa, menekan bahu wanita lemah di samping dengan ringan, "Duduk di sini dan tunggu. Aku perlu berbicara secara pribadi dengan Direktur Lim."
Tzuyu mendongak, menatap sedih pada wajah Kim Taehyung, "Aku ingin ikut. Aku ingin tahu kenapa suamiku bisa meninggal, kau tadi menyuruh aku menjauhi seseorang di foto. Kau pasti tahu sesuatu tentang kematian suamiku."
"Kim Tzuyu," bibirnya menggeram rendah. Urat-urat nadi di lehernya menonjol, menandakan bahwa dia sedang merasa marah saat ini. Telinganya serasa panas, terbakar oleh ribuan arang panas di saat mendengar Tzuyu memanggil Kim Daehyung dengan sebutan; 'suamiku' di dukung ekspresi sedih perempuan itu. "Diam di sini, jangan menguji kesabaranku."
Direktur Lim diam berdiri di belakang meja, canggung melihat pertengkaran antara kakak ipar dan adik ipar di ruang tamu yang menyambung dengan ruangan kerja.
Lima menit berlalu. Taehyung berhasil membujuk Tzuyu agar tetap diam di sofa. Dan dia pergi bersama Direktur Lim keruangan rapat berukuran sempit, ruangan ini terletak di samping ruangan kerja Direktur.
"Direktur Lim, jelaskan semuanya sejelas mungkin. Aku tidak ingin bertele-tele, waktuku tidak banyak."
"Ah, ya," Direktur Lim membenarkan kaca mata persegi panjang yang sedikit melorot. Wajah tuanya terlihat ketakutan dan gugup, "Begini... selesai melakukan otopsi pada tubuh Tuan Kim Daehyung. Memang terdapat benda besi berjenis logam tertanam di bahu kirinya, kami berpikir ini adalah cip untuk melacak lokasi seseorang yang biasa di gunakan para anggota khusus milik negara. Kami ingin melaksanakan operasi untuk mengambil benda ini agar bisa di tindak lanjuti oleh polisi. Rumah sakit memerlukan ijin dari anda langsung mengingat anda telah melarang kami memberitahukan berita ini kepada Pasangan Tua Kim dan Kakek Kim."
"Cip?" Taehyung mengusap dagu, menyipitkan mata elangnya. "Kau bisa memberikan spekulasi seberapa lama benda itu tertanam di tubuh kakak sepupuku?"
"Untuk hal ini..." Direktur Lim menjeda sejenak. Mengingat-ingat hasil dari otopsi yang baru saja selesai, "Mungkin kurang lebih empat tahun atau tiga tahun. Saya sebenarnya bingung, bagaimana mungkin di tubuh Tuan Kim Daehyung bisa tertanam cip tanpa di sadari pemilik tubuh?"
"Keluar dari pertanyaanmu. Berapa ukuran cip yang kalian temukan?"
"Itu sangat kecil, bahkan lebih kecil dari ukuran anak semut. Seharusnya proses penanaman chip ke dalam tubuh membutuhkan sebuah operasi. Tanpa operasi, cip tidak bisa di tanam. Mungkin karena ukuran ini pula, Tuan Kim Daehyung tidak menyadari keberadaan cip."
"Bukannya kakak sepupuku tidak menyadari keberadaan cip di tubuhnya. Mungkin dia sudah tahu di tubuhnya terdapat cip pendeteksi, dan dia membiarkan hal tersebut."
Perkataan Kim Taehyung terlalu mengejutkan. Direktur Lim melongo, sesaat kemudian segera membenarkan ekspresi di wajahnya. "Tuan Kim, selain orang penting di bagian informasi negara. Hanya ada satu jawaban paling kuat, siapa pemilik cip seperti ini."
Taehyung mengangkat iris hitamnya, menatap Direktur Lim tajam, "Seorang Mafia."
"Anda benar. Satu-satunya organisasi yang mampu membuat cip seperti ini adalah organisasi illegal seperti mereka. Namun, mungkinkah Tuan Kim Daehyung memiliki hubungan dengan organisasi buruk?"
Suara deringan ponsel membuat kalimat jawaban kembali masuk ke dalam tenggorokannya sebelum terucap. Kim Taehyung meraih saku jas, menggeser ikon hijau. Mendekatkan ponsel ke telinga kirinya, "Ada apa?"
"Tuan, salah satu anggota rahasia perusahaan kita terbunuh dengan organ hilang. Pada bagian leher mayat terdapat tato yang terbuat dari spidol permanen."
"Mayat di tato? Gambar atau kalimat?"
"Berbentuk gambar. Seekor harimau."
Memijat pelipis, dia menjawab setengah kesal, "Bersihkan mayat sesegera mungkin. Berikan dana yang cukup untuk keluarga yang di tinggalkan. Sebentar lagi aku akan datang ke tempat lokasi."
"Baik, Tuan Kim."
Direktur Lim gemetar ketakutan di kursinya. Menjalin kesepuluh jarinya, meremas tangan erat-erat. Mayat? Mayat siapa? Bukan dia yang akan di bunuh, kan? Dia masih ingin menggendong dua cucu lagi sebelum mati!
"Direktur Lim, anda terlalu tegang."
Kepergok dengan jelas. Direktur Lim menggeleng puluhan kali dengan sangat cepat, "Tidak, tidak, tidak, saya—"
Brak!
Kim Taehyung, "..." Apa wajahnya semenakutkan itu?
Pria tua berjas putih itu terjatuh dari kursi saat ingin berdiri memberikan hormat. Tergapar di lantai, wajah keriputnya mencium permukaan lantai. Karena tidak ingin terlihat memalukan, Direktur Lim menjedotkan kening ke keramik, "Aduh, aduh, kepalaku sangat pusing, kepalaku sangat pusing. Maaf Tuan Kim, saya sudah tua dan sering merasa pusing sebab banyak sekali pekerjaan yang harus di lakukan. Penyakit pusing ini sering datang mendadak dan saya tidak bisa menjaga keseimbangan tubuh. Mohon maaf karena telah membuat Anda terkejut."
Kim Taehyung masih diam, hanya alis kirinya kini terangkan satu, "..." Baik, alasan yang bagus untuk tidak terlihat memalukan. Sungguh pintar, pantas bisa menjadi dokter dan memegang jabatan Direktur Rumah Sakit. Pak Lim memiliki lidah yang lihai dan otak cerdas.
"Pulanglah dan istirahat. Anda memang sudah tua dan seharusnya memasuki masa pensiun, beristirahat di rumah bersama istri Anda. Aku pergi sekarang, sampai jumpa Direktur Lim. Terima kasih atas waktu anda."
"Tentu, tentu, Tuan Kim terlalu sopan. Saya tersanjung mendapatkan tamu seperti anda."
***
"Menyelesaikan tugas dengan baik?"
Pria di kursi hitam yang menghadap ke jendela bertanya. Sibuk menatapi jalanan kota Seoul di malam hari. Kerlap-kerlip cahaya cantik menyinari kegelapan malam hari ini.
"Ya. Tugas di laksanakan dengan baik."
"Bagus. Kim Daehyung berhasil di singkirkan, aku akui, dia pria yang bodoh. Menjalin kerja sama demi meraih keuntungan tanpa melihat siapa yang di ajak bekerja sama. Lawan atau teman?" Suaranya rendah dan serak, terdengar mengerikan di dalam ruangan gelap.
Bawahan berjaket hitam setia menurunkan punggung. Menunggu perintah selanjutnya.
"Sekarang kau bisa menikmati masa liburan. Dan ya, suruh Jungwan mengirim barang-barang di ruangan sebelah ke rumah Chou Tzuyu, berikan satu barang untuk satu hari."
"Baik, Tuan. Saya undur diri."
Ruangan kembali senyap. Pria aneh tersebut memutar kursi, menghadap ke depan lagi. Manik hitamnya melirik figura mini berisi foto wanita yang lima tahun terakhir telah bersemayam di dalam hatinya, "Sebentar lagi, Kim Tzuyu." Tatapannya dalam, lembut, dan penuh kasih sayang.
Kepalanya memiring ke kiri sedikit, kemudian menopang pipinya, "Atau harus aku panggil, Jung Tzuyu?"
∆
.
.
.
.
.
.
Pasti udah bisa nebak, siapa diaaaaaaa🤣
Selamat datang untuk Pak Jung, sang antagonis— calon sad boy 🐍🐍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top