SC - 15
Park Dongwoon menatap kepergian mobil hitam yang dimasuki oleh Kim Jeongin. Kepalanya menoleh ke samping, memberikan perintah kepada anak buah di belakangnya, "Awasi terus setiap pergerakan dalam rumah Kim Jeongin."
"Ya, Tuan."
"Maid kita sudah berhasil masuk ke sana?"
"Orang kita berhasil masuk ke sana kemarin pagi. Setelah ini Tuan bisa duduk tenang sembari menunggu setiap informasi terbaru. Saya juga akan mengawasi siapa saja pengunjung rumah selama satu bulan kemudian menyerahkannya kepada Tuan."
Tersenyum sumringah, Park Dongwoon mengusap dagu bahagia. Emas seperti Kim Jeongin terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan ya, dia teringat akan sesuatu. "Saat kembali ke rumah, kirimkan foto Kim Tzuyu padaku. Dulu aku pernah bertemu mendiang Kim Daehyung lewat pesta bisnis salah satu kolega, tetapi dia sendirian. Tidak membawa pasangan sama sekali."
Anak buah tersebut membalas sopan, "Setahu saya, mendiang Tuan Kim Daehyung sangat mencintai istrinya dan tipikal pria mudah cemburu, sehingga tidak membawa istrinya ke acara-acara besar. Bahkan mengurung istrinya di dalam rumah dan membatasi ruang geraknya."
Lagi-lagi Park Dongwoon bangga pada informasi yang berhasil didapatkan oleh anak buah paling dia percaya, "Kau ternyata sangat mahir menggali informasi."
"Saya hanya mendengar gosip dari beberapa orang."
Sudut bibir pria Park berkedut beberapa kali. Ternyata informasi berasal dari gosip orang-orang. Dia kira anak buahnya ini mencari tahu lewat negoisasi dengan membeli mulut salah satu pembantu dari rumah Kim.
Park Dongwoon berbalik, berjalan meninggalkan gedung sekolahan. Rasa penasarannya kini berhasil tertuntaskan. Awalnya ketika mengetahui ada anak kecil dengan kecerdasan tinggi dari sekolahan ini—yang mana merupakan bagian dari aset kekayaan keluarga Park. Dongwoon lantas segera mencari tahu tentang bocah tersebut.
Selama pengamatan satu bulan penuh, Park Dongwoon semakin tertarik pada sosok Kim Jeongin. Meskipun usianya masih kecil, kepandaiannya dalam menipu orang-orang di sekitar lewat sikap ramahnya yang palsu patut diberikan apresiasi besar.
Sifat mereka berdua terbilang sangat cocok. Karena itulah Park Dongwoon teramat tertarik ingin mengetahui lebih dalam tentang Kim Jeongin.
Cucu laki-laki tunggal Kim Tua yang kemungkinan kelak bisa menjadi pewaris utama aset keluarga. Keluarga Kim sendiri adalah bagian dari tiga besar keluarga kaya di Korea Selatan. Sedangkan keluarga Park miliknya memasuki peringkat sepuluh besar dalam hal harta benda.
Keluarga Park belum bisa sebanding dengan keluarga Kim. Tetapi setelah melihat kondisi keluarga Jeongin, Park Dongwoon menyimpulkan sesuatu.
Kim Daehyung adalah keturunan dari keluarga cabang pertama, dulu merupakan pewaris utama kekayaan Kim. Tetapi tanpa alasan diketahui, Tuan Kim Tua tiba-tiba merubah pewarisnya. Melemparkan seluruh aset harta benda kepada Kim Taehyung—keturunan dari keluarga cabang kedua.
Sekarang ini Kim Taehyung adalah pemegang warisan. Tidak dikaruniai anak laki-laki melainkan anak perempuan biasa saja—tidak cerdas namun juga tidak bodoh. Apalagi setahu Dongwoon keluarga Kim masih mempertahankan tradisi bahwa hanya seorang pria yang bisa menjadi pemimpin bisnis.
Maka kesempatan putri Kim Taehyung mendapatkan warisan sangatlah minim. Tetapi jika Kim Taehyung mempunyai anak laki-laki beberapa saat setelah ini. Bisa jadi Jeongin akan tergeser dari kandidat utama penerima warisan.
Sebagai seorang anak yatim, persaingan perebutan hak warisan sudah pasti dimenangkan oleh pihak yang didukung seseorang dengan otoritas kuat. Kim Taehyung sama sepertinya yang adalah manusia, memiliki perasaan egois sesaat demi orang tersayang.
Jika Park Dongwoon berada pada posisi Kim Taehyung. Ia akan tetap memberikan hak warisan kepada putrinya, bukan pada keponakannya. Tidak peduli apakah kerabat lainnya setuju atau tidak, sebagai ahli waris, dia berhak memutuskan siapa penerima warisan selanjutnya.
Perseteruan demi mendapatkan harta tidak semudah dan segampang kelihatannya.
Park Dongwoon pun telah merasakan sendiri seberapa sulit memperjuangkan hak warisan. Berusaha dengan menjilat sana-sini mencari pendukung, menggulingkan suksesor lainnya satu-persatu. Meraih tingkat kekuasan, membuat banyak kepala tunduk di bawah perintahnya
Pria Park selain mendekati Kim Jeongin untuk dia jadikan sosok berguna di kemudian hari. Juga ingin mengangkat Jeongin sebagai putra angkat. Yah, alasannya karena dia mengalami kemandulan—tidak akan pernah mendapat kesempatan untuk bisa memiliki anak kandung suatu saat nanti. Penyakit ini pun membuat dia justru menyukai sesama jenis dan menjauhi lawan jenis.
Mengangkat Kim Jeongin sebagai putra nantinya akan membawa keberuntungan besar. Dari pada anak laki-laki itu berdiri ditengah jalan setapak tidak berujung tanpa adanya kepastian. Lebih baik bergabung memasuki keluarga Park yang secara tulus akan memilihnya sebagai penerima hak waris utama.
Sebelum mewujudkan keinginan terpendam, Park Dongwoon masih harus menyelidiki Kim Jeongin lebih lama lagi. Memastikan bahwa anak tersebut tidak akan mengecewakannya. Dengan begitu, Park Dongwoon bisa mendapatkan keuntungan besar.
***
"Eomma! Jeongin ingin bermain ke rumah Soya."
Kim Tzuyu meletakan sisir ke atas meja rias, merentangkan kedua tangan lebar-lebar meminta putranya mendekat lalu memasuki pelukan hangat.
Jeongin bergegas memasuki pelukan hangat Ibunya.
"Pergilah bersama Madam Bae. Eomma merasa tidak enak badan jadi tidak bisa menemani."
"Eomma sakit?"
"Hanya panas sedikit."
"Jeongin tidak jadi pergi. Ingin menemani Eomma saja. Bermain ke rumah Soya bisa besok hari."
Dua pasangan Anak-Ibu itu menghabiskan waktu berdua dengan suasana hangat. Saling melemparkan senyuman bahagia bisa melewatkan waktu bersama-kama.
Belum lama kebahagiaan terbentuk, suara gaduh dari lantai dasar terdengar begitu keras. Menganggu kebahagiaan saja.
Tzuyu meminta Jeongin untuk tetap berada di dalam kamar. Perempuan tersebut keluar dan menuruni anak tangga, menatap benci pada perempuan cantik yang telah menghancurkan guci kesayangannya.
"Kim Irene. Apakah ini perilaku sopan santun ketika memasuki rumah kakak ipar?" Celetuk Tzuyu sekaligus menyindir secara halus.
Irene menyentak pegangan erat dari Madam Bae. Sepasang mata hitamnya melotot marah. Bahkan wajah putihnya sudah berubah semerah tomat karena menahan emosi terlalu lama. Jika bukan karena Kim Taehyung menginap di rumah jalang ini semalam tanpa meminta ijin, Irene tidak akan semarah ini.
"Kau perempuan jalang!" Irene mengacungkan jari telunjuk, menunjuk tepat ke arah Tzuyu. "Jangan coba-coba merayu suamiku!"
Para maid sontak saja berubah marah. Perempuan jahat ini datang tiba-tiba, masuk tanpa permisi terlebih dahulu, kemudian dengan seenak jidat menuduh Nyonya mereka yang sebaik malaikat berselingkuh dengan Tuan Kim Taehyung.
Madam Bae orang pertama yang maju sebagai pembela. Menepis telunjuk Irene kasar. "Nyonya, sekarang anda berada di rumah Nyonya kami. Jangan bertindak tidak sopan atau saya akan memanggil satpam."
"Pelayan sepertimu tidak ada hak untuk ikut campur! Enyah!" Jerit Irene hingga urat-urat pada dahinya terlihat menonjol menakutkan.
Madam Bae tersenyum ramah, "Memang benar saya pelayan, tapi maaf, saya tidak bisa pergi. Nyonya saya adalah Nyonya sulung bukan Nyonya bungsu. Anda tidak mempunyai hak membuat saya patuh pada perintah anda."
Para maid ikut bergabung membantu Madam Bae. Membela Nyonya baik mereka.
"Benar sekali, Nyonya bungsu ini tidak mempunyai etika dan tata krama sama sekali."
"Aku kasihan kepada Tuan Kim Taehyung karena harus mempunyai istri galak seperti perempuan itu. Hidupnya pasti selalu dihantui rasa stres."
"Tidak hanya stres. Aku dengar dari temanku yang bekerja di sana, Tuan dan Nyonya bungsu sering bertengkar karena ulah Nyonya bungsu terlalu liar serta sulit diatur. Belum lagi Nyonya bungsu ini sangat boros, dan kejam kepada pegawai rumahnya."
"Pantas saja kalau Tuan Kim Taehyung memilih menginap semalam di sini. Mungkin istrinya terlalu galak dam membuatnya selalu marah. Memangnya siapa yang bisa tetap marah saat melihat wajah cantik nan manis Nyonya kita?"
Emosi Irene memuncak. Ia ingin lebih marah akan tetapi tidak mempunyai bukti jika Kim Tzuyu benar-benar menggoda suaminya. Satu lagi, dia pun belum dapat memastikan kalau suami dan kakak iparnya itu sungguhan menjalani hubungan diam-diam di belakang dirinya.
Semuanya belum pasti sebelum munculnya bukti akurat.
"Awas saja!"
Kim Irene berbalik pergi meninggalkan ruang tamu. Suatu saat nanti dia pasti bisa membuktikan hubungan terlarang suaminya dan Kim Tzuyu!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top