SC - 13
Kedatangan mendadak dari Kakek hampir membuat Kim Tzuyu dan Kim Taehyung ketakutan. Kakek adalah orang yang tidak mudah dikelabui dan pandai menilai situasi meski hanya diberi beberapa petunjuk kecil. Maka dari itu Kim Tzuyu bekerja keras supaya tindakannya terlihat natural dan normal.
Akan tetapi hasilnya malah sebaliknya. Wajah cantiknya berubah pucat pasi seperti orang sakit. Kedua tangannya yang sedang memegang sendok dan garpu tampak gemetaran. Beruntung Kim Taehyung diam-diam mengulurkan tangan menyentuh kaki kiri Kim Tzuyu, mengusapnya ringan seolah memberikan ketenangan.
Kakek mendengarkan seluruh ocehan dari cucu laki-laki kesayangan. Sesekali tertawa bangga ketika mengetahui Jeongin bisa mendapatkan nilai sempurna berturut-turut selama masa ujian. Setidaknya sebagai keturunan keluarga Kim, Jeongin memang pantas untuk dijadikan suksesor utama pewaris keluarga setelah Kim Taehyung.
Namun apabila Irene kembali hamil kemudian melahirkan seorang anak laki-laki. Maka hak waris akan berubah menjadi ajang persaingan, sebab perempuan tidak boleh mewarisi kekayaan sesuai tradisi turun-temurun. Menandakan Kim Soya tidak mempunyai kesempatan untuk ikut bersaing memperebutkan hak waris utama sebagai keturunan keluarga Kim.
Lee Ahjumma dan Chenchen ikut makan bersama di meja makan setelah dipaksa berulang kali oleh Kakek. Memang benar dua orang ini tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Kim, tetapi Lee Ahjumma adalah ibu asuh Kim Taehyung yang telah merawat dan memberikan kasih sayang secara tulus. Lalu Chenchen adalah putra angkat Lee Ahjumma, jadi Kakek juga menganggapnya sebagai cucu.
"Chen, apakah sekolahmu berjalan lancar?" Kakek memulai interaksi dengan Chenchen melalui pertanyaan sederhana.
Chenchen seketika gugup. Walau Tuan Tua tidak lagi berada pada masa jaya saat masih muda. Aura pemimpin seakan berkumpul di sekitar tubuh Tuan Tua. Menyebarkan perasaan ingin tunduk dan menghormati sosoknya. "Semua berjalan lancar, Kakek. Berkat bantuan dari Hyung, aku bisa terus meraih juara pertama pararel satu angkatan."
"Hebat, hebat. Kau tumbuh menjadi pemuda pandai. Setelah lulus sekolah, aku akan mencarikan universitas diluar negeri supaya kau mendapatkan pendidikan lebih baik lagi. Lalu kembali kemari dan bantu Kim Taehyung mengelola perusahaan."
Bibir Chenchen terbuka, hendak mengeluarkan sanggahan tapi terpaksa urung tatkala telapak tangan Lee Ahjumma menyentuh lengannya. Seakan memintanya untuk menuruti segala perkataan Kakek.
"Chenchen sangat berterima kasih. Semoga Kakek panjang umur selama seratus tahun lebih."
Kim Tzuyu melirik ke arah Chenchen sekilas. Ingin memeriksa bagaimana kondisi anak muda tersebut. Ternyata sesuai dugaan, Chenchen menahan rasa sedih. Anak itu dulu sering bercerita ingin sekolah di Korea Selatan sehingga bisa terus bersama Lee Ahjumma karena terlanjur tidak bisa hidup mandiri. Mungkin Chenchen masih belum bisa lepas dari trauma hidup sendirian tanpa orang tua dipinggir jalan.
Ketika Kim Tzuyu melihat Chenchen untuk pertama kalinya, pemuda ini sangat takut terhadap orang asing dan berusaha menjauh serta menghindari kontak langsung. Mirip reaksi dari anak-anak yang pernah mendapatkan tindakan kekerasan hingga merusak kesehatan mental.
Chenchen hanya tidak ingin jauh dari Lee Ahjumma serta dirinya dan Kim Taehyung. Biarpun telah tumbuh dewasa, perilaku Chenchen masih kekanakan dan ceroboh. Memerlukan orang dewasa yang bisa selalu mendampinginya.
Mau bagaimana lagi. Keputusan Kakek adalah keputusan mutlak. Tidak ada yang bisa membantah, atau lebih tepatnya tidak boleh ada yang membantah. Bahkan Kim Taehyung menurut pada perintah Kakek dan selalu tunduk. Dari situ Kim Tzuyu bisa tahu seberapa besar pengaruh Kakek pada keluarga dari anak serta cucu-cucunya.
Sarapan bersama berakhir dengan suasana gembira—yang hanya dirasakan oleh Jeongin dan Kakek, selainnya sangat tegang. Apalagi Kim Tzuyu dan Kim Taehyung. Dua sejoli ini begitu gugup.
"Kim Taehyung," panggil Kakek tegas. Maid yang mendorong kursi roda berhenti tidak jauh dari pintu masuk utama kediaman. Kesehatan Kakek memburuk selama musim dingin tiba, mengharuskan beliau selalu duduk di kursi roda dan sebisa mungkin mengurangi aktivitas berlebih.
Pemilik nama berhenti, berbalik untuk memandang Kakek yang memasang wajah garang. "Ada apa, Kek?"
"Berikan alasan masuk akal mengapa kau menginap di rumah kakak iparmu?"
"Semalam aku mengantar Lee Ahjumma dan Chenchen datang berkunjung lalu sekalian menginap. Alasan ini sudah jelas, bukan?"
"Katakan padaku sejujurnya."
"Aku berkata jujur Kakek."
Lipatan keriput pada kantung mata Kakek terlihat semakin berkerut. Rambut lebatnya semakin tahun berlalu—semakin banyak yang berubah menjadi putih, menyisakan sedikit helaian berwarna hitam. Sebentar lagi, ajal mungkin akan menjemputnya kapan saja. Kakek berpikir bisa pergi dengan tenang, tapi akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganjal hatinya.
Membuatnya cemas dan khawatir dalam satu waktu.
"Kau adalah cucuku dan aku ingin kebahagiaan selalu menyertaimu. Meskipun aku sudah tua dan pensiun, jangan berpikir kau bisa membodohi orang tua ini. Sebagai Kakek aku ingin seluruh keluargaku bahagia dan tetap utuh. Karena itu, aku berharap kau tidak menghancurkan keluarga kita demi seseorang yang bukan bagian langsung dari darah keturunan Kim."
Kim Taehyung menurunkan tatapan iris hitam pekatnya, menunduk patuh. Bertindak sebagai cucu yang penurut dan tidak pembangkang. "Ya. Kalau begitu aku pulang dulu, hati-hati diperjalanan pulang, Kakek."
"Dasar bocah, aku yakin kau hanya menganggap kalimatku sekedar angin lalu belaka. Baiklah, terserah padamu. Jiang-ah, ayo pulang."
"Baik, Tuan."
Kim Taehyung menatap kepergian Kakek. Telapak tangannya terkepal dalam saku celana. Memang benar Kakek adalah pemimpin utama keluarga, namun bukan berarti Kakek berhak mengatur hidupnya setelah bertahun-tahun hidupnya tersiksa dan terkekang oleh keluarga cabang pertama.
Keluarga cabang kedua miliknya hancur akibat ulah putra sulung Kakek. Tapi lihat? Apa yang diperbuat Kakek untuk memberikan keadilan? Pengasingan ke China? Bagaimana bisa manusia yang membunuh manusia lain mendapatkan hukuman sebagus itu. Lalu apa gunanya hukum ada jika tidak dipergunakan untuk membela keadilan?
Bukannya Kim Taehyung tidak bersyukur usai mendapatkan posisi hak waris utama. Kadang kala dia selalu berpikir, dirinya telah mendapatkan imbalan atas segala penderitaan selama bertahun-tahun. Tapi di mana keadilan bagi mendiang orang tuanya? Untuk Ayah dan Ibunya?
Teruntuk kali ini, Kim Taehyung sepertinya harus memperjuangkan apa yang memang sangat dia inginkan dan berhenti menuruti perintah Kakek atau hidupnya tidak akan pernah bisa mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya.
Walaupun suatu saat nanti Kakek pasti mengetahui hubungan diam-diam antara dia dan Kim Tzuyu.
Kim Taehyung pasti akan berjuang demi cintanya. Kakek merupakan tipikal pria egois yang mementingkan keutuhan keluarga daripada mengetahui apakah penerima keputusan darinya merasa bahagia atau tidak.
Dia sejak lama ingin bercerai dengan Irene, tetapi kehadiran Soya menjadi penghalang utama mengapa Kim Taehyung masih tetap bertahan dalam hubungan pernikahan ini. Dia sendiri pernah merasakan sakitnya kehilangan orang tua, sebab itu, Kim Taehyung tidak mau putrinya merasakan apa yang pernah dia rasakan.
Setidaknya, Kim Taehyung ingin melihat putrinya tumbuh dewasa tanpa kekurangan apapun. Segala permintaannya akan Kim Taehyung penuhi, seluruh kasih sayang akan dia limpahkan, selagi Soya meminta dan dia mampu. Maka tidak ada kesempatan untuk berkata tidak.
Jadi .... dia berharap Kim Tzuyu bersedia menunggu beberapa tahun lagi.
Kim Taehyung berjalan ke arah garasi, mendekati mobil pribadinya yang telah dikeluarkan oleh sopir. Di belakang mobilnya, terdapat mobil pribadi Kim Tzuyu. Perempuan itu bersiap ingin mengantarkan Jeongin ke sekolah pagi ini. Berbincang sebentar bersama Lee Ahjumma dan Chenchen.
Mobil hitam milik Kakek pergi meninggalkan pekarangan rumah ketika Kim Taehyung sampai di dekat Lee Ahjumma.
Perempuan paruh baya tersebut menyentuh lengan Kim Taehyung lembut, memberikan tatapan penuh kasih sayang, "Tuan Tua mengatakan apa?"
"Bukan apa-apa. Lee Ahjumma tidak perlu khawatir. Ayo kembali ke rumah atau Irene bisa mengamuk karena kita pulang terlalu siang setelah menginap tanpa memberitahu dulu."
Lantaran enggan harus kembali melihat wajah memuakkan Irene. Chenchen mengeluarkan tatapan mata anak anjing kepada Kim Taehyung, mengatupkan kedua tangan di depan dada, "Hyung, aku rasa aku perlu tinggal di rumah Noona. Minggu depan aku harus mengikuti lomba, kesehatan tubuh dan mentalku harus baik, sedangkan wajah Nyonya selalu membuat aku tertekan dan ketakutan. Boleh, ya, kalau aku tinggal sementara bersama Noona?"
Menarik kerah belakang dari pakaian Chenchen, Kim Taehyung langsung menyeret pergi tubuh pemuda tengil itu. Menggerutu sepanjang jalan membantu Chenchen memasuki mobil, "Bilang saja kau ingin mencari kesempatan dalam kesempitan. Jika butuh tempat damai tanpa ada gangguan Irene, aku akan menyewa apartemen untukmu dengan lokasi tidak jauh dari sekolahan."
"Kau curang! Aku rindu pada Noona dan ingin menghabiskan waktu bersamanya lebih banyak!"
"Tutup mulutmu atau aku potong uang jajan bulananmu."
"Kita harus cepat pulang atau Nyonya bisa marah besar!"
Kim Tzuyu dan Lee Ahjumma tertawa bersama melihat tingkah laku lucu dari dua pria tersebut.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top