SC - 11

Suara ribut berasal dari kamar lantai atas terdengar sampai ke lantai dasar. Kim Soya memakan hidangan makan malam sendirian dimeja makan. Kim Taehyung dan Irene tidak ikut makan malam karena kedua orang tuanya sempat berkelahi kemudian adu cekcok usai kembali ke rumah.

Lee Ahjumma mengambilkan tambahan lauk, meletakkannya pada piring Soya yang isinya belum berkurang terlalu banyak. Tangan kirinya membelai puncak kepala bocah perempuan tersebut lembut, "Nona kecil, makan lebih banyak. Supaya lekas tumbuh besar."

Soya tidak menjawab. Membungkam bibirnya rapat-rapat. Bahkan jemarinya yang menahan sendok perlahan mengendur, membiarkan sendok terjatuh ke pinggiran piring. Kepala kecilnya mendongak, memandang Lee Ahjumma dengan sepasang mata hitam berkaca-kaca.

"Lee Ahjumma, apa Eomma dan Appa tidak akan bisa berhenti berkelahi? Aku tidak mau mendengar Eomma dan Appa berkelahi lagi."

"Ketika Nona beranjak dewasa, Nona akan mengerti. Hubungan suami istri tidak bisa selalu berjalan lancar, pasti akan ada hambatan yang membuat Tuan dan Nyonya berkelahi. Jangan terlalu dipikirkan, ya, Nona. Tugas Nona saat ini adalah tumbuh dengan baik."

"Benar! Jika bayi kecil kita merasakan kesepian harus makan malam sendiri, bagaimana kalau aku temani?" Imbuh Chenchen bersemangat—yang baru saja datang dari dalam kamar.

Melompat turun dari atas kursi, Soya menggeleng sebagai jawaban. Melenggang pergi membawa langkah kaki kecilnya menaiki anak tangga tinggi satu persatu dikawal dua maid perempuan yang setia mengikuti dari belakang. Berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

Lee Ahjumma dan Chenchen memandang lurus punggung kecil Soya yang perlahan mulai menjauh. Keduanya menghela nafas bersama, saling menatap kemudian mengangguk sekilas. Lalu pergi masuk ke kamar masing-masing dan keluar dengan tubuh dibalut pakaian serba hitam.

Kim Taehyung terlihat keluar dari kamar sembari menutup pintu—lebih tepatnya membanting pintu hingga menimbulkan suara ribut cukup keras. Dari ekspresi pria itu, orang lain bisa menebak bahwa emosinya sedang tidak berada dalam batas baik.

"Kim Taehyung," panggil Lee Ahjumma dari bawah.

Mendengar panggilan lemah dari lantai dasar, lantas Taehyung melirik ke bawah dan menemukan dua orang telah bersiap pergi mengunjungi rumah Kim Tzuyu. Pagi tadi Lee Ahjumma serta Chenchen tidak bisa ikut melayat setelah Irene melarang. Marah-marah tidak jelas, padahal Irene pun tahu hubungan baik Kim Tzuyu dengan Lee Ahjumma dan Chenchen.

"Berhentilah berkelahi dengan Irene ketika Soya masih ada di dalam rumah. Kasihan putrimu harus mendengar orang tuanya bertengkar hampir setiap hari. Hal ini bisa menganggu pertumbuhan mentalnya," nasihat Lee Ahjumma begitu Kim Taehyung sudah berdiri tepat di depan.

Membuang tatapan ke arah samping, Kim Taehyung mengerutkan kening pertanda tidak suka, dia tidak bisa menolak nasihat Lee Ahjumma sampai kapan pun itu. Namun di satu sisi, Kim Taehyung selalu lepas kendali pada emosinya sendiri tatkala berhadapan dengan sang istri.

"Aku akan berusaha mengingat nasihatmu. Sekarang ayo berangkat, aku antar kalian langsung."

"Tidak perlu, Hyung. Biar kami ke rumah Noona diantar supir saja. Lebih baik temui Soya kecil dan bujuk dia agar mau makan. Tadi dia baru makan tiga sendok dan sudah pergi menuju kamar." Kalimat ini keluar dari mulut Chenchen. Ekspresi wajahnya seolah meminta Kim Taehyung 'wajib' berada di rumah dan tidak boleh ikut pergi.

"Bilang saja kau ingin mengambil kesempatan pada Kim Tzuyu ketika aku tidak ada di sana."

Meskipun telah menyembunyikan niat sesungguhnya, Chenchen selalu tidak bisa lepas dari penilaian cepat Kim Taehyung. Memang benar dia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Kim Tzuyu. Mereka berdua sudah lama tidak bertemu dan Chenchen sangat merindukannya.

Jika bukan karena tugas sekolah yang menggunung serta larangan Lee Ahjumma agar tidak berkunjung ke rumah Kim Tzuyu tanpa meminta ijin dari Kim Taehyung. Chenchen pastinya akan sering mampir setelah pulang sekolah.

Lee Ahjumma setuju untuk di antar oleh Kim Taehyung, hanya Chenchen yang kehilangan semangat. Imajinasi bisa bertingkah manja kepada Noona hancur total. Bagaimana mau bertingkah manja saat harimau penjaga Noona ikut menemaninya dan selalu mengawasinya.

Salah-salah dia bisa dilahap habis.

Tak butuh waktu lama untuk segara sampai ke kediaman Kim Tzuyu berkat jalanan lenggang dimalam hari. Lee Ahjumma orang pertama yang keluar dari mobil, bergegas memasuki rumah. Maid di kediaman mempersilahkan cepat karena telah menghafal wajah Lee Ahjumma.

Madam Bae menyambut hangat kedatangan tiga tamu malam hari begini. Ia buru-buru menaiki anak tangga, menuju kamar Kim Tzuyu. Perempuan tersebut tertidur ketika sore tiba, mungkin terlalu lelah setelah menangis cukup lama dan harus menyambut para tamu secara langsung.

"Nyonya ...." Seru Madam Bae sambil mengetuk permukaan pintu beberapa kali. Suara balasan tidak kunjung datang dari dalam. Ia terpaksa memutar kenop pintu dan mengintip ke dalam ruangan melalui celah. Ternyata Nyonya masih tidur nyenyak bersama Tuan Muda.

"Di mana Kim Tzuyu dan Jeongin?"

Madam Bae tersentak nyaris terjungkal ke depan andai tidak menjadikan kenop pintu sebagai pegangan. Kim Taehyung datang tiba-tiba bagai hantu dan mengagetkan saja. Madam membuka pintu lebar-lebar, menunjukan dua orang tengah tertidur nyenyak di bawah selimut hangat.

"Mereka masih tertidur, Tuan."

"Madam turun saja ke bawah dan siapkan minuman hangat untuk Lee Ahjumma."

"Baik."

Begitu Madam Bae pergi, Kim Taehyung segera memasuki kamar. Mengambil langkah lebar mendekati ranjang, salah satu tangannya terulur dan mendarat di atas kening perempuan terkasih. Seketika seluruh emosinya menguap dengan mudahnya. Keputusan pergi dari rumah dan memilih bertemu Kim Tzuyu memang pilihan tepat.

Jeongin bergerak dari pelukan sang Ibu. Berpindah posisi tidur, ketika menguap, kedua bola mata lebarnya terbuka sedikit dan menangkap siluet jangkung tengah membelai kepala Kim Tzuyu. Tanpa sadar Jeongin memanggil lirih, "Appa ...."

Gerakan tangan Kim Taehyung terhenti sejenak, memindahkan perhatian pada anak laki-laki yang baru saja memanggilnya dengan sebutan Ayah. Jeongin pasti sedang mengigau lalu tidak sengaja melihat sosoknya yang memiliki proporsi tubuh menyerupai mendiang Kim Daehyung.

Tangan Taehyung berpindah membelai surai hitam lebat milik Jeongin, berkata pelan, "Tidurlah."

Seakan sihir, Jeongin langsung kembali terlelap memasuki dunia mimpi. Menikmati suhu hangat yang tengah bergerak mengusap penuh kasih sayang puncak kepalanya. Bibir kecilnya menipis membentuk senyuman bahagia.

Suara berderit dari pintu yang bergerak menjadi kebisingan utama di ruangan kamar. Lee Ahjumma muncul usai pintu terbuka lebar, pemandangan harmonis segera terpampang tepat di depan matanya.

Kim Taehyung terlihat terkejut sesaat, namun berkat senyuman pengertian dari Lee Ahjumma, pria itu kembali membelai puncak kepala Jeongin santai. Lee Ahjumma juga memilih undur diri dari kamar, kembali ke lantai dasar. Berbincang bersama dengan Madam Bae sekaligus bertanya mengenai kondisi rumah akhir-akhir ini.

Chenchen sedari tadi belum bisa berhenti mengunyah makanan. Kim Taehyung tadi pamit ingin naik ke lantai atas menemui Noona, tapi belum kunjung kembali juga. Bau-bau aneh seketika tercium. Seolah tanda-tanda kapalnya akan berlayar bebas telah muncul.

"Bukannya tadi kau sudah banyak makan, Chen? Perutmu bisa sakit karena makan berlebihan." Ujar Lee Ahjumma dari sofa panjang.

"Hatiku sedih, dan aku butuh banyak makan sebagai obat," jawab Chenchen melantur, lalu kembali melanjutkan kegiatan memakan makanan dalam toples yang sudah disediakan.

Di dalam kamar.

Kotak berukuran sedang pada sudut ruangan menarik perhatian Kim Taehyung. Dia bangkit dari bibir ranjang, bergerak mendekati sudut ruangan. Kedua tangannya bekerja membuka kardus, detik kemudian sebuah benda berkilauan terungkap.

Benda berkilauan tersebut adalah kalung pertama yang harganya tidak mungkin murah. Sebagai suami Irene—si tukang belanja dan boros uang. Tentu saja Kim Taehyung jadi mengetahui harga pasaran dari perhiasan dari jenis permata, berlian, maupun emas. Kalung permata di kardus ini harganya cukup merogoh kantong.

Kim Taehyung memeriksa kertas pos yang tertempel, ingin mengetahui siapa nama pengirim. Tetapi hasilnya nihil, nama pengirim tidak tertera sama sekali. Mungkinkah paket ini memang dikirim oleh seseorang yang tidak ingin identitasnya diketahui oleh Kim Tzuyu?

Berusaha meninggalkan kesan menarik pada wanita miliknya?

Menurut pada seberapa mewah benda kiriman, Kim Taehyung menebak si pengirim menyimpan maksud tertentu. Mana mungkin seseorang mau membuang-buang banyak uang demi membeli perhiasan untuk diberikan kepada orang lain?

Kecuali penerima kalung permata ini merupakan sosok spesial bagi si pengirim paket. Sontak saja Kim Taehyung memijat kening, belum ada satu hari mendiang sepupunya dimakamkan, orang-orang mulai gencar mendekati Kim Tzuyu.

Sesuatu melintasi pikirannya, tatapan Kim Taehyung berubah dalam. Ia kembali meletakkan kalung permata, menutup kardus seperti sedia kala sehingga tidak terlihat sempat terbuka oleh tangan jahil. Kim Taehyung kembali ke ranjang, memilih bergabung untuk berbaring bersama. Memeluk erat pinggang ramping Kim Tzuyu.

"Kenapa kau begitu cantik hingga menarik banyak perhatian laki-laki." Keluhnya kesal, sesaat setelahnya ikut menutup mata dan beristirahat sebentar. Menghirup sebanyak mungkin aroma harum dari tubuh yang kerap membuatnya gila untuk terus menyentuh dan menjamahnya tanpa bisa berhenti sebelum merasa benar-benar puas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top