Kiss of Death

Warning!
Yang baca part ini saya cium - Anu
______________________________________

Hari itu masih salah satu Minggu di bulan Mei.

Salah satu pagi terbaik bagi umat manusia jika kudengar pembicaraan mereka. Di mana sinar matahari bersinar cerah, bunga-bunga bermekaran, udara berembus hangat....

Well, aku lebih memilih musim salju yang gelap dan dingin jika ditanya.

Dengan malas, kurebahkan tubuh ke sofa tempat kami berkumpul jika sedang tidak bekerja. Mata terpejam, tangan terlipat di dada, lalu mencoba tidur jika bisa.

"Hei, dude. Kau bertugas malam ini," seru atasanku dari arah pintu masuk.

Aku sangat yakin ia sedang mencoba berbicara padaku karena dua orang lain yang berada di ruangan ini selain dirinya adalah wanita.

Gumaman asal keluar dari mulutku sebagai tanda konfirmasi bahwa pesannya diterima.

Namun bukan dia kalau sampai membiarkan orang lain tidak mengacuhkan dirinya. Sesuai dugaan, sosok menjengkelkan itu dengan cepat sudah berada di sebelah sofa.

"Hei! Kau dengar aku tidak?"

Masih ada sedikit keberanian dalam hati untuk tetap mempertahankan mataku agar terpejam.

Suara decakan lolos dari bibirnya.

"Baiklah kalau begitu. Tidurlah. Kutunggu laporanmu setelah tengah malam."

Kemudian, seperti biasa ia menjelaskan tugasku. "Mansion di Peterson Lane. Seorang wanita hamil terjatuh dari puncak tangga akibat didorong sang suami yang juga ikut jatuh bersamanya."

Baiklah tugas mudah, pikirku. Hanya butuh beberapa menit untuk memberi pelajaran pada pria kurang ajar itu. Saat itulah aku merasakan sudut bibirnya tertarik ke kanan.

Seolah membaca pikiranku ia menanggapi, "Tugasmu bukan pria itu, tapi si bayi."

Mataku otomatis terbuka.

"Grim!" keluhku, "Ini bukan spesialisasiku. Suruh saja Marzanna, dia yang bisa bersikap lembut."

Seperti yang sudah bisa kalian duga, tugasku adalah mengambil nyawa manusia. Mungkin kalian lebih mengenal kami dengan sebutan malaikat kematian. Terserah, apa pun sebutannya tugas kami tetaplah mengantar jiwa-jiwa manusia ke tempat yang seharusnya. Surga atau rumah Hades tempat kami berada sekarang ini.

Grim tampak senang bisa menyiksaku. Tubuh kurus kering dibalik jubah bertudung hitam itu bergetar karena tertawa. Bagi manusia, Grim Reaper memang menyeramkan, tetapi bagiku dia tak lebih dari seorang remaja laki-laki sok eksis pecinta hip-hop yang menyebalkan walau aku tahu wajah remajanya bukan penanda usia.

"Marzanna dan Catrina punya tugas lain. Kau yang sedang kosong."

"Kalau begitu tukar tugasku dengan Catrina," pintaku memelas.

Sungguh. Menjemput jiwa bayi atau anak-anak tak berdosa bukanlah favoritku. Mereka harus diperlakukan lembut dan penuh kasih sayang agar tidak ketakutan melihat kami sehingga mau pergi dari dunia ini. Untuk itulah Marzanna ada, wanita tua dengan raut menenangkan dalam gaun putih mirip biarawati.

Aku? Kekerasan dan paksaan adalah cara kerjaku. Biasanya Grim memberikan berandalan dan pria tak berperasaan seperti ayah bayi ini khusus untuk kutangani kalau-kalau mereka melakukan perlawanan.

"Death akan memberikan kecupannya!" Tawa Catrina menggaung dan berputar-putar di kepalaku, terperangkap di sana.

Kutatap Catrina kesal. Seketika itu juga tawanya surut walau kikikan tak jelas masih ada.

Sebenarnya bukan kali ini saja Grim memberi tugas semacam ini. Beberapa kali malah. Kebanyakan kecelakaan, lainnya keracunan atau pembunuhan.

Namun tetap saja aku tak nyaman. Anak terakhir yang kujemput akibat kecelakaan beruntun meronta histeris melihat mata merahku.

"Baiklah," ucapku pada Grim.

Toh hanya seorang bayi. Bayi tidak bisa berlari menghindariku bukan? Hanya tangisan menusuk telinga satu-satunya yang mengganggu pekerjaanku. Seharusnya tugas ini cepat.

Apa susahnya?

***

Ada beberapa cara kami mengambil nyawa manusia.

Yang paling keras---keahlianku--- adalah menampar, mencekik, menampakkan diri, atau kalau manusianya sungguh-sungguh bejat pedangku pun ikut bermain.

Catrina memilih jalan yang lebih halus. Ia dengan kepribadian ugal-ugalannya mengambil nyawa manusia sambil bermain. Kadang menutup mata seorang pengemudi, kadang juga mengatur kecelakaan kerja yang disebut kebetulan. Namun kadang ia menunjukkan sisi kalemnya dengan menggandeng manusia yang menjadi tanggung jawabnya atau mengubah diri menjadi orang yang dicintai manusia itu dan memanggilnya pergi. Hal itu berlaku hanya bagi orang-orang yang menyenangkan hati Catrina.

Grim jarang menjemput jiwa sehingga aku tidak tahu cara kerjanya.

Marzanna, seperti yang dikatakan Catrina, memilih ciuman karena kebanyakan tugasnya menjemput bayi dan anak-anak. Dan, yah, terpaksa kulakukan juga malam ini.

Aku ogah-ogahan keluar dari rumah Hades beberapa menit setelah tengah malam.

Sampai di rumah si bayi, kudapati tempat itu kosong kecuali bekas darah yang kutebak berasal dari ibunya. Mobil polisi masih terparkir di depan gerbang dan beberapa tetangga berkerumun sambil membahas apa yang baru saja terjadi dalam keluarga ini.

Seorang polisi sempat mengatakan nama rumah sakit dekat situ yang menjadi lokasi keberadaan calon korbanku. Segera saja aku menuju ke sana.

Bisa kulihat keramaian yang terjadi di unit gawat darurat ini. Seorang pria dengan perban di kepala duduk di atas ranjang diinterogasi seorang polisi. Pasti dia ayahnya. Kepalaku bertanya-tanya mengapa manusia bisa lebih kejam daripada iblis hingga tega mencoba membunuh istri dan anaknya sendiri.

Kepalaku menggeleng tak habis pikir jika melihat besarnya cinta Hades yang adalah penjaga dunia bawah pada istrinya, Persephone.

Tak jauh dari sana ada kerumunan polisi lagi di sekitar ranjang wanita. Ia tampak sakit dan kepayahan. Lebih dari itu matanya menyiratkan ketakutan.

"Di mana bayiku?!" Dari suaranya aku tahu ia ingin berteriak tetapi tenaganya tak menyanggupi.

Ya, di mana bayinya?

Kepalaku menoleh ke sana kemari tanpa hasil. Namun dari salah satu dokter kuketahui bahwa si bayi sedang diberi tindakan di ruang operasi akibat benturan yang dideritanya dalam kandungan sang ibu.

Akhirnya kutemukan dia. Terbaring diam dikelilingi dokter dan perawat asing. Darah di mana-mana.

Entah apa yang mereka lakukan pada si bayi. Sebentar lagi ia juga akan mati, tak ada gunanya berusaha.

Netraku memperhatikan tubuh polosnya. Seorang bayi perempuan. Begitu mungil karena lahir jauh dari waktunya. Kulitnya kisut dan tampak terlalu ringkih untuk dunia ini. Perasaan kasihan inilah yang kubenci jika harus mengambil jiwa yang begitu murni.

Kudekatkan wajahku pada keningnya seraya mencatat dalam hati untuk tidak menerima tugas seperti ini lagi dari Grim apa pun alasan dan risikonya.

Tanganku mengelus pelan rambut tipisnya bersiap mendaratkan sebuah kecupan.

Bibirku mendekat perlahan. Para manusia penolongnya masih berusaha di sekeliling meja operasi.

Jarak wajahku dan wajah si bayi hanya tinggal beberapa sentimeter ketika tangisan keluar dari mulutnya.

~ bersambung....~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top