Lampau
Kita,selalu bersama. Dalam suka dan duka. Kita, bahagia dan sedih bersama. Kita, tak pernah terpisahkan. Kita, selalu bersama. Tapi, itu dulu. Dulu sekali hingga aku pun tak ingat kapan itu semua dimulai.
Saat kunjungan keluarga mungkin. Itulah saat kita pertama kali bertemu.
"Laila, ini Doni." Kata tante Mary.
Ibu ku juga membatu kita berkenalan. Kalau tidak salah, umur kita 5 tahun. Masih ada di TK. Sejak saat itu,kau, aku, dan hanya ada kita. Berangkat, istirahat, pulang sekolah selalu bersama. Kita selalu satu sekolah. Hingga itu membuatku buta. Buta kalau kau bisa saja pergi. Pikiran ku terlalu pendek dan berfikir bahwa kita akan selalu bersama. Dan itulah pikiran paling konyol yang pernah ada. TK, SD, SMP, SMA. Selalu bersama.
"Hei, kau nglamunin apa?"
"Nggak nglamun."
"Ah bohong. Aku itu tak mudah ditipu tau."
"Mona!!"
Doni segera mencari gadis yang kupanggil.
"Mana?!"
"Haha~ ketahuan kan. Kau pembohong. Buktinya kau mudah sekali ditipu."
"Kalau begitu kau tukang tipu."
"Enak saja. Kau pikir aku begitu?"
"Buktinya tadi kau menipuku."
"Itu kan berguna. Untuk membuktikan bahwa kau mudah untuk dibohongi."
"Kalau begitu keodohanku dapat menguak kepalsuanmu."
"Apa? Terserah kau saja." Aku beranjak dari tempat dudukku, di taman belakang rumah Doni. Aku pergi untuk masuk.
"Eh kau berani meninggalkanku begitu saja. Awas kau ya." Donu berlari dan mengejarku.
Aku berlari sekuat tenaga. Hampir, sedikit lagi, dan strike. Aku masuk ke rumah dan segera panik memanggil tante.
"Tante Mary, tolong aku. Doni mengejarku. Dia bilang dia mau gigit aku. Tante tolong!!"
Aku berlari ke sana ke mari. Mencari tente yang ternyata ada di dapur.
"Tante tolong tante. Doni mau gigit aku."
"Eeh, kenapa?"
"Tau tuh gaje. Lagi galau. Si Mona nggak dateng-dateng sih." Ledek ku pada Doni yang setengah terengah berdiri di batas pintu.
"Enak aja. Emang gue apaan?"
"Tuh kan Tante. Tadi dia bilang aku kamu sekarang dia bilang gue."
"Doni kamu kenapa gitu sih?"
"Ih Ma. Napa juga belain si Laila. Dia itu pembohong. Tukang tipu."
"Nggak kok. Kamu tuh yang nipu. Bilangnya nggak gampang dibohongi. Ternyata aku cuma bilang.... Aaaa...."
Donu segera menyela dengan mengejarku. Aku tau tante nggak akan nglarang kami bermain di dapur. Tapi pasti bikin repot. Jadi aku sengaja berlari keluar. Keluar rumah. Dan terus berlari menyusuri taman. Kebetulan ada air mancur. Jadi beberapa kali aku cipratkan air ke arah Doni. Terkadang kami juga berputar-putar gaje. Meskipun begitu, itu adalah masa-masa indah. Aku tak mungkin mlupakannya begitu saja. Masa lalu yang indah. Ku harap takkan berubah.
~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top