85. Kembali
Tiga bulan berlalu sejak insiden di Akademi. Tubuh Talia sudah membaik, dan kemampuan sihirnya pun pulih. Akademi Ramona kembali dibuka setelah berbulan-bulan menjalani renovasi dan perbaikan. Sudah waktunya bagi Talia kembali ke Akademi. Ia tidak punya alasan untuk tetap berada di mansion keluarganya.
Meski begitu, Count Ortega tampak berat harus melepas putrinya pergi. Ia bersikeras untuk ikut mengantar Talia sampai ke Akademi. Gadis itu hanya bisa pasrah mengingat tindakan gegabahnya dulu yang membuat sang ayah khawatir. Akan tetapi pihak Akademi sudah mengirimi undangan spesial pada Talia. Gadis itu diketahui berhasil memanggil empat spirit sekaligus, bahkan menggunakan kekuatan cahaya yang langka. Tentu saja Akademi Ramona tidak akan melepaskan bakat berharga tersebut.
Beruntung kemampuan meramal Talia belum terdeteksi oleh pihak sekolah. Hanya teman-teman dekat dan keluarganya saja yang mengetahui hal tersebut. Bisa gawat kalau pihak kuil dan kekaisaran mendengarnya. Talia memang berniat untuk merahasiakan saja kekuatan oraclenya tersebut. Apalagi sejak pertarungannya dengan Kyle itu, ledakan energi justru membuat kemampuannya lebih stabil. Kini ia tidak perlu selalu melihat masa depan ketika menyentuh seseorang.
Perjalanan kereta kuda mereka memakan waktu dua hari dua malam sebelum akhirnya tiba di ibu kota kekaisaran, tempat Akademi didirikan. Padahal kalau menggunakan sapu terbang, tidak sampai setengah hari Talia sudah bisa sampai di tujuan. Meski begitu ia tidak mengeluh. Hubungannya dengan sang ayah sudah semakin dekat. Karenanya Talia sudah tidak terlalu canggung lagi sekarang.
"Kita sudah sampai," ucap Count Ortega muram, seakan tidak rela berpisah dengan putrinya.
Talia tersenyum menatap ke luar jendela. Gedung Akademinya tidak banyak berubah. Dekorasi taman di halaman pintu masuk pun masih terlihat sama. Kereta kuda yang ditumpangi Talia pun berhenti di depan pintu masuk tersebut. Pengantar hanya diperkenankan untuk berhenti di sana. Count Ortega pun akhirnya melepas putrinya untuk kembali ke Akademi.
"Jaga dirimu baik-baik, Talia. Dan ingat untuk selalu mengirim surat pada Ayah secara rutin," pesan sang Count serius.
Talia mengangguk paham. "Baik. Ayah juga harus menjaga diri. Jangan terlalu banyak bekerja dan ingat untuk beristirahat," sahut gadis itu.
Mereka berdua saling menatap sejenak, lantas Talia pun masuk ke Akademi setelah melambai pada kereta kuda ayahnya yang pergi menjauh.
"Talia!" panggil suara seorang gadis yang sudah berada jauh di depan Talia.
Ia pun menyipitkan mata dan mendapati Susan sudah melambai ceria di tengah taman. Talia pun bergegas menghampiri sahabatnya itu.
"Kau juga baru datang, Susan?" sapa Talia begitu mereka bertemu.
"Iya. Dua bersaudara Gothe itu katanya sudah sampai dari minggu lalu. Dean yang memberitahuku," sahut Susan.
"Dean? Sejak kapan kalian menjadi seakrab itu?" goda Talia kemudian.
Wajah Susan bersemu merah, menandakan bahwa hubungannya dengan Leo mungkin sudah lebih dekat daripada yang dikira oleh Talia. Meski begitu Talia bersyukur. Sepertinya takdir baik itu juga masih sama seperti di masa lalu.
Para murid lainnya pun mulai berdatangan. Talia dan Susan menembus hiruk pikuk itu dan menuju asrama mereka. Namun sudut mata Talia masih mencari-cari keberadaan Kyle dan Ludwig. Mereka berdua tidak mungkin berada di tempat yang sama. Jadi bertemu dengan salah satunya saja juga tidak masalah.
Akan tetapi, dugaan Talia rupanya keliru. Kyle dan Ludwih rupanya sudah menunggu gadis itu datang di atrium Akademi. Talia sedikit tidak terbiasa melihat dua bersaudara itu berdiri bersama tanpa saling membunuh.
"Kyle! Lu!" seru Talia memanggil keduanya.
Keempat sahabat itu pun akhirnya bertemu di tengah atrium. Kyle tampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Pemuda itu terlihat lebih segar dan bercahaya.
"Kau sudah datang?" sambut Kyle berlari menyongsong Talia dan Susan yang baru muncul dari balik pintu masuk.
"Hei! Aku juga ada di sini, Kyle Gothe," sindir Susan yang merasa seperti manusia transparan di hadapan Kyle.
"Ah, maaf Muela, kupikir kita tidak sedekat itu sampai aku harus menyambutmu dengan hangat," balas Kyle tak kalah dingin.
"Kau benar-benar tidak berubah walaupun kekuatan gelapmu sudah bisa dikendalikan ya. Kurasa sifat buruk itu tidak ada kaitannya dengan elemen gelap," sahut Susan sembari berdecak.
Kyle hanya tersenyum tipis menanggapi. Hingga tiba-tiba Leo muncul dari kerumunan.
"Jangan hiraukan dia. Biar aku yang menyambutmu hari ini, Susan," ucap Leo dengan senyum mereka. Susan membalas senyuman itu dengan dengkusan kecil.
"Ah, halo Talia, lama tak bertemu. Berkatmu kekuatan gelap Kyle sudah bisa dinetralisir. Sekarang ia tidak akan mengalami fase kerasukan lagi dan bisa mengendalikan elemen gelapnya itu dengan bebas. Kau memang luar biasa. Kalian ditakdirkan untuk bersama," lanjut Leo menggoda Talia dan Kyle.
"Di balik kesuksesan gadis ini, ada senior yang selalu membantunya. Bukan begitu, Talia," sambar Ludwig sembari merangkulkan tangannya ke bahu Talia.
"Jangan menyentuhnya sembarangan. Kau ingin dia melihat hal yang tidak perlu?" sergah Kyle sembari menarik kakaknya menjauh.
"Tenang, Kyle. Sejak ledakan energi di hari itu, kemampuanku sekarang lebih stabil. Aku sudah bisa mengatur kapan aku mau melihat masa depan atau tidak," jelas Talia menenangkan Kyle.
"Kau dengar itu? Jangan terlalu protektif pada temanmu, Kyle. Dia punya hubungan yang lebih spesial denganku." Ludwig kembali merangkulkan tangannya ke bahu Talia. Kata-kata pemuda itu benar-benar bisa membuat orang lain salah paham. Padahal kenyataannya, yang dimaksud Ludwig dengan spesial adalah hubungan junior-senior mereka di bawah sumpah Taleodore.
"Sudahlah, Lu. Jangan membuat keributan di awal semester. Apa kau tidak sibuk?" kata Talia sembari melepaskan diri dari rangkulan Ludwig.
"Kau mengusirku?" tanya Ludwig berpura-pura terkejut.
"Pergilah. Teman-temanmu sudah menunggu," usir Kyle kemudian.
Akhirnya Ludwig pun benar-benar pergi. Rombongan Talia lantas berjalan membelah kerumunan menuju gedung akademi mereka yang megah. Lapangan luas serta danau berair tenang menghampar begitu empat orang itu melewati atrium.
Meski baru beberapa bulan tinggal di tempat itu sebagai salah satu siswi, tetapi Talia sudah merasa begitu akrab. Ia rindu kelas-kelas sihirnya yang meski sudah banyak materi dikuasai oleh Talia, tetapi tidak terasa terlalu membosankan karena Kyle adalah teman sebangkunya. Ia juga merindukan ruang makan Akademi dengan tiga meja panjang yang berjajar. Masing-masing mewakili tiga Departemen Sihir di Akademi Ramona. Ruang rahasia, hutan terlarang, perpustakaan, bahkan sejujurnya Talia juga merindukan peualangan-petualangan menegangkan yang pernah dia lalui.
Kini semua kenangan itu sudah ada di depan mata Talia. Gadis itu menjadi bersemangat karena mungkin, di masa depan, mungkin hal-hal yang tidak terduga akan datang menghampirinya. Akan tetapi kini, ia sudah lebih siap menghadapinya. Talia benar-benar bersemangat karena sahabat-sahabatnya ada bersamanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top