8. Ludwig Gothe

“Leo keluar dari Akademi?” tanya Talia terkejut.

Kyle tidak menjawab. Namun dari ekspresinya, Talia tahu bahwa pemuda itu juga tidak menyangka bahwa Leo memutuskan untuk keluar dari akademi. Talia kembali merasa penasaran mengenai Ludwig Gothe, kakak tirinya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk bertanya.

“Kyle, kudengar kakakmu juga bersekolah di sini?” tanya Talia hati-hati.

Ekspresi wajah Kyle mengeras. Ia melirik Talia dengan tajam seolah gadis itu sudah melotarkan pertanyaan paling mengganggu.

“Apa anak-anak itu membicarakan tentangnya?” tanya Kyle tampak tidak suka.

“Sebenarnya beberapa waktu lalu aku mendengarnya dari orang lain. Tapi mereka juga sedikit membahasnya tadi,” jawab Talia apa adanya.

“Sebaiknya kau berhati-hati dengannya. Dia orang yang berbahaya,” hanya itu yang dikatakan Kyle. Talia sepertinya mengerti kalau Ludwig bukanlah orang yang menyenangkan. Terlebih setelah dia melihat sendiri bagaimana orang itu berbicara dengan Dirlagraun yang menyerang Leo. Dugaan bahwa dia adalah pelaku di balik kasus penyerangan terhadap Leo semakin kuat.

“Apa kau juga berpikir bahwa kakakmu yang melakukan … eh, penyerangan itu?” tanya Talia lagi, dengan hati-hati. Sayangnya dia tidak menemukan kosakata yang lebih bersahabat.

Kyle tidak segera merespon. Pemuda itu hanya terdiam selama beberapa saat lalu menghela napas panjang yang terasa penuh beban.

“Setelah kau membahasnya, aku jadi sadar kalau tidak sebaiknya kau terlihat bersamaku. Lebih baik kita menjaga jarak dari sekarang. Berhenti mengikutiku,” ujar Kyle lantas bangkit berdiri dan meninggalkan Talia yang diliputi tanda tanya.

“Tapi kan … tadi kau yang mendatangiku lebih dulu,” gumam Talia dengan alis bertaut. Namun Kyle sudah terlalu jauh untuk mendengar gumamannya.

Jam pelajaran sihir selanjutnya berjalan tanpa masalah. Kyle menepati kata-katanya dan menolak berinteraksi dengan Talia dalam bentuk apa pun. Rasanya ia kembali menjadi seperti saat pertama mereka bertemu. Kyle yang dingin, acuh dan menganggap semua orang itu tidak ada. Talia terlalu sibuk dengan pikirannya hingga terlalu lelah untuk membujuk Kyle.

Akhirnya setelah jam sekolahnya selesai di sore hari, Talia membiarkan Kyle pergi lebih dulu meninggalkannya di koridor kelas. Talia sangat bosan kalau harus menghabiskan waktu sorenya di asrama hingga jam makan malam nanti. Karena itu dia pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah dan mencari bacaan yang menarik. Talia terutama penasaran dengan kemampuan Beast Tamer.

Seperti yang sudah diketahuinya, para penyihir manusia biasanya dilahirkan dengan bakat utama yang berbeda-beda. Enchanter seperti dirinya, yang menguasai sihir manipulasi elemen. Para enchanter bisa mengendalikan seluruh elemen alam seperti api, air, tanah dan udara, bahkan cahaya dan kegelapan. Sebagian penyihir di kekaisaran merupakanenchanter. Kaum enchanter merupakan penduduk mayoritas yang biasanya mengerjakan tugas sehari-harinya dengan sihir setelah lulus dari akademi. Mereka bisa memanipulasi udara dan terbang dengan sapu. Atau sekedar menggerakkan benda-benda. Membuat api untuk memasak atau menyalakan perapian. Segala hal sepele hingga yang luar biasa berkaitan dengan elemen alam bisa dilakukan oleh seorangenchanter.

Jenis selanjutnya ialah Alkemis. Para ahli alkimia biasanya menjadi penyembuh dengan ramuan-ramuan sihir. Tidak hanya potion obat yang mereka hasilkan, alkemis bersertifikat biasanya diperbolehkan menjual ramuan sihir untuk kepentingan sehari-hari seperti potion pengubah warna rambut, ramuan tertawa atau ramuan menangis – yang bisa membantu saat perkabungan orang yang tidak terlalu dekat – dan lain sebagainya. Alkemis yang berwatak jahat juga bisa membuat ramuan mematikan yang lebih berbahaya dari racun manapun. Ramuan cinta, ramuan pengubah wujud dan segala jenis ramuan ilegal yang biasa dijual di pasar gelap juga merupakan hasil karya para alkemis jahat yang menentang sumpah mereka sendiri dan semata-mata mencari uang dari kemampuan mereka.

Penyihir tipe ketiga disebut Beast Tamer. Hanya sedikit penyihir yang memiliki kemampuan langka ini. Meski begitu mereka adalah kaum yang paling dihormati di Kekaisaran karena kemampuan mereka sangat berguna untuk melindungi kerajaan dari serangan ras lain. Kekaisaran Ramona merupakan kerajaan manusia terbesar di benua. Berdampingan dengan manusia, para makhluk sihir lain seperti elf, dwarf, hingga naga juga hidup di tempat-tempat lain. Beberapa ras yang lebih bijak seperti bangsa elf, atau para dwarf yang sangat mata duitan biasanya tidak punya selera untuk berperang dengan ras lain. Akan tetapi ancaman peperangan tetap selalu muncul dari para ras yang lebih rendah seperti goblin, orc dan bahkan sesekali naga.

Kekuatan enchanter atau alkemis rata-rata tidak sebanding dengan kemampuan para makhluk sihir lainnya. Karena itulah para beast tamerberperan penting dalam melindungi kekaisaran menggunakan kekuatan mereka. Orang-orang menyebut mereka penjinak. Kemampuan penjinak adalah berkomunikasi dengan makhluk sihir buas yang sangat kuat, untuk membuat mereka berpihak kepada manusia. Pada kemampuan tertingginya, seorang penjinak bahkan bisa memanipulasi kawanan orc atau goblin bahkan naga yang secara vibrasi lebih rendah dari bangsa manusia.

Kemampuan itu bagaikan berkah bagi kaum manusia. Para makhluk sihir buas yang jahat selalu gentar setiap harus berhadapan dengan penjinak. Maka bukan hal yang aneh jika penjinak yang jumlahnya sangat langka itu begitu dianak emaskan di kekaisaran. Perlakuan tersebut akhirnya membuat mereka sangat sombong, bahkan cenderung licik dan kejam. Penjinak biasanya sangat eksklusif dan hanya suka bergaul dengan sesama penjinak.

“Sungguh keluarga yang luar biasa. Ayah yang terkutuk, kakak tiri yang adalah penjinak. Pantas saja hidup Kyle begitu rumit,” gumam Talia pada dirinya sendiri.

Gadis itu kini sudah berdiri di antara barisan rak-rak buku setinggi lima meter. Perpustakaan Akademi Ramona berada di gedung khusus yang sangat luas dengan menara tinggi berlantai lima. Seluruh gedung itu merupakan perpustakaan dengan berbagai tingkatan. Anak tingkat pertama hanya diizinkan masuk hingga lantai dua.

Talia memang  suka membaca. Ia segera melesat ke lantai dua begitu sampai di perpustakaan. Ia melihat-lihat bagian beast tamer semata-mata agar memahami cara kerja bakat mereka. Ia sangat penasaran tentang Ludwig Gothe.

“Sepertinya kau sangat mempedulikan adikku, Nona.” Sebuah suara mendadak terdengar dari balik rak-rak kayu yang mengilat.

Talia sontak menoleh dengan terkejut. Di hadapannya kini berdiri seorang anak laki-laki yang sedikit lebih tinggi dari Kyle. Rambut dan mata peraknya sangat dikenal oleh Talia. Anak itu sangat mirip dengan Kyle kecuali fakta bahwa ia memiliki raut wajah dan seringai yang jahat.

“Selamat siang,” sapa Talia berpura-pura tidak mengenali anak itu. Padahal dia sudah pernah bertemu dengan Ludwig Gothe meski hanya dalam penglihatan masa depannya.

“Mungkin kau sudah tahu, aku adalah saudara Kyle. Namaku Ludwig Gothe,” ujar pemuda itu sembari mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

Talia segera melihat tindakan Ludwig sebagai kesempatan untuk mengintip masa depan. Maka ia pun menerima uluran tangan Ludwig sesantai mungkin.

“Talia Ortega,” ucap Talia pendek. Ludwig menyentuh jemari Talia dan mengecupnya dengan sopan. Sopan santu kerajaan yang tidak berguna, sebenarnya. Namun sangat berguna bagi Talia karena detik berikutnya Talia kembali mendapat penglihatan masa depan yang tak kalah mengejutkan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top