73. Jalan Keluar
Sesampainya di perpustakaan, Ludwig segera mengambil satu buku tebal berjudul Ensiklopedi Makhluk-Makhluk Sihir Kuno. Tanpa menunggu lama, pemuda itu lantas membuka halaman yang menunjukkan gambar naga raksasa, berikut penjelasan mengenai kemampuan sang naga.
"Apa kau tahu kalau naga tidak terikat pada konsep waktu seperti kebanyakan makhluk lainnya, termasuk kita para penyihir?" tanya Ludwig membuka penjelasannya sembari menunjuk halaman perkamen buku tua tersebut.
Talia membaca sekilas dan mengangguk cepat. "Kyle pernah menjelaskan tentang hal itu padaku," ungkapnya terus terang.
"Meski begitu, ia tidak punya kemampuan untuk memutar balikkan waktu seperti yang bisa dilakukan oleh para penyihir. Hanya kesadaran mereka yang tidak terikat oleh waktu dan bukan wujud fisiknya. Konsepnya sama seperti ketika kau mengintip masa depan orang lain. Hanya kesadaranmu yang bisa berpindah melintasi waktu, tapi tubuhmu tidak.
"Nah, kuduga, saat kesadaranmu muncul di masa depanku bersama sang naga, ia tahu bahwa ada orang lain yang memiliki kekuatan yang serupa dengannya. Ia menyadari keberadaanmu. Namun bedanya, kekuatan oraclemu sepertinya lebih kuat dari yang milik naga tersebut. Sihir pelindung yang mengurung naga itu seharusnya juga bekerja untuk mengurung kesadaran sang naga agar tidak bisa melihat masa lalu atau pun masa depan.
"Sementara kau bisa dengan mudah melewati penghalang tersebut sekalipun hanya dengan kesadaranmu. Kurasa kekuatanmu itulah yang disadari oleh sang naga. Dan karena kau bisa menerobos masuk, sihir penghalang Tadeus itu juga mulai terdistorsi hingga akhirnya berhasil dihancurkan oleh sang naga. Ia lantas mengincarmu karena menginginkan kemampuanmu tersebut," terang Ludwig panjang lebar.
Talia hanya terdiam sembari menatap Ludwig tanpa bisa memahami sepatah kata pun yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Ludwig lantas menghela napas panjang sembari memilih kata-kata yang lebih mudah dicerna.
"Intinya, kemampuan oraclemu itu sebenarnya lebih kuat dari yang kau bayangkan. Kalau kau mengasahnya, mungkin kau bahkan bisa berteleportasi tanpa bantuan Kristal, atau pun melompat ke masa lalu dan masa depan dengan mudah. Bukan hanya kesadaranmu, tapi juga secara fisik. Dengan potensi sebesar itu, naga tersebut tentu saja akan tertarik untuk merebut kemampuan tersebut.
"Dia pasti menyerangmu untuk bisa melahap kemampuanmu berikut seluruh tubuhmu bulat-bulat. Jika ia bisa memiliki kekuatan itu, tidak akan ada lagi penyihir yang bisa mengurungnya. Dia mungkin bisa jadi makhluk terkuat di dunia," lanjut Kyle mencoba menyederhanakan penjelasannya meski tetap saja masih membingungkan bagi Talia.
"Tapi sekarang aku sudah tidak punya kemampuan itu lagi," ucap Talia menyimpulkan.
Ludwig tampak berpikir sejenak. "Kristal teleportasi itu. Kurasa masalahnya bukan pada kristalnya, tapi kemampuanmu. Secara tidak sadar, kau sudah menggunakan kemampuan oraclemu dalam batas maksimal hingga berhasil mengirim kesadaranmu ke masa lalu. Saat itu kau berada dalam keadaan yang sangat terdesak sehingga sihir oraclemu bekerja untuk membalikkan waktu agar bisa menyelamatkan jiwamu," ucap pemuda itu serius.
Talia menelengkan kepalanya yang masih berusaha mencerna informasi. "Jadi aku memang punya kemampuan sehebat itu?" tanya gadis itu naif.
Mata Ludwig mendadak berbinar-binar seolah menemukan batu permata dari tumpukan lumpur. "Talia, kau benar-benar penyihir luar biasa. Bakatmu sangat besar. Kau bahkan bisa memanggil dua spirit saat ini. Aku yakin kalau kau mau berusaha lebih keras lagi, spirit-spirit lainnya kelak juga bisa kau kuasai. Dan kemampuanmu melihat masa depan itu kurasa hanya sedang dalam kondisi dorman. Setelah kau menggunakannya untuk kembali ke masa lalu, kekuatan itu mungkin menipis, tapi aku yakin tidak akan pernah hilang sama sekali. Itu bakat bawaanmu," terang pemuda itu antusias.
Talia tidak pernah merasa dirinya sehebat itu. Bagaimana bisa ia punya begitu banyak kemampuan luar biasa yang bahkan tidak mungkin dimiliki oleh seorang penyihir terhebat sekalipun.
"Kau mungkin akan bisa menjadi penyihir paling luar biasa sepanjang sejarah, Talia Ortega," puji Ludwig bangga.
"Be, begitukan?" tanya Talia tak yakin.
Ludwig mengangguk mantap. "Aku mengerti sekarang kenapa kau begitu berhasrat untuk ikut campur dalam masalah Kyle. Dia mungkin ditakdirkan untuk menjadi penyihir gelap paling berbahaya di masa depan. Sementara kau adalah kebalikannya. Kekuatan besarmu itu bisa mengimbangi kemampuan Kyle. Sekalipun aku juga tidak berharap kau harus menghadapi bahaya seperti sebelumnya," ucap pemuda itu kemudian.
Talia menghela napas pendek. "Kuharap Kyle tidak benar-benar menjadi seseorang yang mengerikan seperti dalam penglihatanku itu. Aku ingin dia bisa menguasai kekuatan gelapnya," rintihnya muram.
Ludwig membelai kepala Talia dengan lembut. "Bukan hal yang mudah untuk menguasai kekuatan gelap. Ayahku saja sudah nyaris gila dan hanya dikurung di dalam masion keluarga kami selama beberapa tahun terakhir. Hanya tinggal tunggu waktu sampai ia benar-benar Meski begitu aku akan membantumu."
"Apa hanya Kyle yang mewarisi kekuatan gelapnya? Kau tidak terpengaruh, kah, Lu?" tanya Talia kemudian.
Ludwig menggeleng. "Darah ibuku terlalu kental mengalir di tubuhku. Sejauh yang kutahu, hanya Kyle yang membangkitkan kekuatan gelap itu," jawabnya ringan.
Talia lantas berpikir sejenak. "Lu ... kudengar kekuatan gelap itu adalah kutukan. Tidak adakah yang bisa mematahkan kutukan tersebut?" tanya gadis itu memikirkan kemungkinan lainnya untuk menghadapi Kyle. Bila memang mustahil untuk menguasai kekuatan gelap, bukankah masuk akal kalau kutukan tersebut dipatahkan?
Akan tetapi Ludwig menggeleng pelan. "Bertahun-tahun aku hidup bersama ayah dan adikku yang memiliki kekuatan gelap tersebut. Tapi sejauh ini tidak ada yang bisa dilakukan untuk mematahkan kutukan itu," jawab Kyle kemudian.
Talia tertunduk muram. Apa gunanya ia menjadi penyihir terkuat sepanjang sejarah, kalau suatu saat nanti ia harus berhadapan dengan sahabatnya sendiri yang termakan oleh kekuatan gelap. Talia benar-benar tidak ingin itu terjadi. Kalau saja ada cara untuk mencegahnya.
"Ini hanya perkiraanku saja, tapi konon katanya, penyihir yang bisa menyatukan keempat spirit elemen dasar bisa memiliki kekuatan cahaya. Seperti yang kau tahu, sepanjang kekaisaran ini terbentuk, tidak ada satu pun penyihir yang berhasil menguasai elemen cahaya. Kurasa, kalau kau berhasil memiliki elemen tersebut, itu akan menjadi komplementer untuk kekuatan gelap Kyle. Itu mungkin bisa membuat elemen gelapnya menjadi lebih stabil," usul Ludwig tiba-tiba.
"Kekuatan cahaya? Komplementer?" tanya Talia memastikan. Ia memang pernah mempelajari tentang hal itu. Berbeda dengan kekuatan gelap yang berasal dari kutukan, kekuatan cahaya berasal dari berkat para spirit. Meski begitu, karena sangat jarang ada penyihir yang berhasil memanggil spirit, maka pemilik kekuatan cahaya pun hampir tidak ada.
"Itu hanya pemikiranku saja. Aku tidak yakin kalau hal itu bisa menjadi jalan keluar," tukas Ludwig.
"Tidak. Ucapanmu masuk akal, Lu. Kalau aku bisa menguasai elemen cahaya, mungkin Kyle bisa diselamatkan," sahut Talia kemudian. Gadis itu lantas menatap Ludwig dengan penuh harap. "Bisakah kau membantuku memanggil dua elemen lainnya?" pintanya kemudian.
Ludwig mendengkus pendek sembari tersenyum simpul. "Aku sudah terikat sumpah Taleodore untuk melindungimu. Jadi bagaimana mungkin aku menolak permintaanmu?" ujarnya ringan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top