7. Surat Kabar Akademi

“Keluarga Duke Gothe adalah keluarga terkuat di kekaisaran. Bahkan keluarga kerajaan pun segan pada sang Duke. Beliau sendiri adalah kakak tiri Kaisar yang sekarang. Berkat bantuan Duke Gothe, Kekaisaran Ramona berhasil memperluas wilayahnya hingga ke ujung utara Benua.

“Peperangan panjang melawan makhluk sihir jahat di utara juga berhasil dimenangkan oleh Duke Gothe saat usianya masih dua puluh tahun. Kini kerajaan manusia bisa hidup tenang tanpa ancaman dari para orca tau goblin yang jahat. Bahkan kabarnya para elf pun mengakui kekuatan beliau,” Clara memulai ceritanya dengan suara rendah.

“Akan tetapi, kekuatan besar tentu saja membutuhkan pengorbanan yang sama besarnya. Konon katanya, akibat peperangan panjang melawan para orc, Duke Gothe dan keturunannya harus menerima kutukan dari makhluk kegelapan. Kekuatan sihir mereka akan tercampur dengan elemen gelap yang secara perlahan menggerogoti jiwa mereka.

“Karena itu Duke Gothe diasingkan di utara karena sesekali, secara mengejutkan, kekuatan gelap keluarga Gothe itu muncul dan mengamuk hingga nyaris menghancurkan kerajaan. Dua putranya yang sekarang bersekolah di akademi pun dijauhi karena anak-anak lain takut pada mereka. Bagaimana kalau kekuatan gelap mereka tiba-tiba muncul dan menghancurkan Akademi?” lanjut Clara panjang lebar.

“Jadi itu asal muasal aura gelap Kyle di masa depan?” gumam Talia tanpa sadar.

Sontak ketiga teman barunya menatap gadis itu dengan mata penasaran.

“Kau pernah melihat Kyle kehilangan kendali?” tanya Tina tak percaya.

“Aura gelapnya benar-benar muncul?” Misa turut bersemangat.

Talia segera menyadari kesalahannya. Celetukan pendeknya itu nyaris membuat rahasianya terbongkar.

“Bukan … maksudku … Kyle sepertinya pernah tanpa sengaja membahas hal itu. Dia bilang bahwa di masa depan mungkin dia akan punya kekuatan gelap atau semacamnya,” kilah Talia berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat masa depan.

Ekspresi Clara, Tina dan Misa segera berubah kecewa. Mereka bertiga mengharapkan gosip hangat yang bisa menjadi bahan pembicaraan dengan anak-anak lain.

“Kurasa Kyle juga khawatir akan masa depannya. Sungguh anak yang malang,” ujar Clara kemudian.

Talia hanya mengangguk-angguk setuju sambil meringis canggung. “Tentu saja. Sebenarnya dia anak yang baik. Dia juga sangat rajin dan pintar,” tambah Talia.

“Kami tidak meragukan kepandaian Kyle. Hanya saja tidak ada anak yang nyaman berada di dekatnya. Sifatnya itu … ,” komentar Tina sembari mengernyit dan mengangkat bahu.

Talia menghela napas panjang, memahami maksud Tina. “Ah … tentu saja dia sedikit kasar. Mungkin karena dia tidak ingin melukai orang lain. Sekali-sekali kalian harus mencoba berbicara padanya,” bujuk Talia.

Ketiga gadis itu saling berpandangan dengan canggung.

“Entahlah, Talia. Kami tidak yakin kalau Kyle nyaman berada di dekat orang lain. Sepertinya teman dekatnya hanya kau dan Leopold,” tandas Misa terus terang.

“Jangan begitu. Kyle hanya pemalu. Siapa orang yang tidak suka berteman? Kurasa sebenarnya dia juga ingin punya banyak teman,” kilah Talia lagi.

“Siapa yang ingin punya banyak teman?” Mendadak suara Kyle terdengar di balik punggung Talia. Gadis itu segera menoleh dan mendapati Kyle sudah berdiri di belakangnya dengan wajah sinis.

“Eh … Kyle … . Bukannya kau sedang tidak enak badan?” tanya Talia salah tingkah.

Kyle mengerutkan alisnya samar dan memandang ke arah rombongan anak perempuan itu dengan dingin. Ketiga teman baru Talia langsung terintimidasi dengan keberadaan Kyle. Mereka pun buru-buru bangkit berdiri dari kursi.

“Ta, Talia … sepertinya kami harus pergi dulu karena ada tugas yang harus di selesaikan di perpustakaan,” kata Clara dengan gugup.

“Tugas? Memangnya ada tugas hari ini?” tanya Talia terkejut. Ia sama sekali tidak mengerjakan tugas apa pun sebelum berangkat sekolah.

“Ah … itu hanya tugas Astronomi untuk minggu depan. Kami ingin menyelesaikannya lebih cepat. Kalau begitu selamat tinggal. Sampai jumpa lagi di kelas. Dan selamat menikmati makan siang kalian,” lanjut Clara yang langsung melesat pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Talia. Kedua temannya yang lain mengikuti Clara meninggalkan meja makan.

“Kyle! Bisakah kau sedikit ramah pada orang lain? Teman-teman kita kabur setiap melihatmu,” protes Talia sembari menatap Kyle yang kini sedang duduk di sebelahnya.

“Bukan teman-teman kita. Itu hanya teman-temanmu,” ralat Kyle sembari mencomot daging asapnya yang berlumur saus barbeque.

Talia menghela napas kesal mendengar tanggapan Kyle yang dingin.

“Ngomong-ngomong kenapa kau mendadak ke sini?” tanya Talia kemudian.

“Aku lapar.”

“Dari semua kursi kosong di ruang makan kau memilih untuk duduk bersamaku, sampai mengusir semua teman baruku. Aku tidak tahu kau begitu posesif dalam berteman.”

Kyle langsung tersedak begitu Talia melontarkan kalimatnya. Tanpa kata-kata lagi, pemuda itu lantas mengankat piringnya dan bersiap pergi dari meja itu.

“Maaf, aku hanya bercanda, Kyle. Tetaplah di sini. Kau boleh duduk bersamaku kapan pun kau mau. Dan aku berjanji tidak akan berkomentar seperti itu,” ucap Talia sembari menahan pergelangan tangan Kyle.

Pemuda itu melirik Talia dengan kesal. Namun akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi.

“Apa kau sudah mendengar kabar dari Leo?” tanya Talia mencoba mengalihkan pembicaraan.

Kyle menggeleng pelan. “Racun Dirlagraun sangat berbahaya.”

“Kau benar. Kuharap Leo bisa segera pulih.”

Talia memutar-mutar garpu di piringnya sambil menimbang untuk membahas soal Ludwig Gothe, kakak tiri Kyle. Sebenarnya ia sangat penasaran tentang hal itu dan ingin mendengar langsung dari Kyle. Namun niat Talia harus tertunda karena mendadak serbuan perkamen terbang melesat memasuki ruang makan melalui kisi-kisi jendela. Perkamen-perkamen terbang itu berjumlah ratusan dan menghambur riuh di atas kepala para siswa yang sedang makan siang.

“Whoa … apa ini?” tanya Talia takjub.

“Surat kabar Akademi,” jawab Kyle pendek sembari menyambar salah satu perkamen yang terbang di dekatnya.

Sebuah headline besar-besar tertulis di atas perkamen tersebut.

Serangan Hewan Buas Menghantui Akademi,

Siapakah yang Patut Disalahkan?

 

Kasus penyerangan seorang siswa tingkat pertama DL, tengah menjadi sorotan akhir-akhir ini. Hewan buas yang seharusnya terkurung di dalam hutan berkeliaran di area sekolah tanpa ketahuan. Seluruh siswa merasa waspada bahwa serangan serupa mungkin akan terjadi lagi.

Kabar terbaru yang telah dikonfirmasi oleh Redaksi Surat Kabar Akademi Ramona, keluarga DL, siswa korban penyerangan, akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Akademi. Penyerangan Dirlagraun ternyata telah membuat putra keluarga Marquess tersebut mengalami cedera parah hingga memutuskan untuk keluar dari Akademi.

Dikabarkan secara terpisah, Pim Pruxen, faun penjaga Departemen Alkemis, serta Vrap Clitol, faun penjaga Departemen Beast Tamer, telah diberhentikan secara sementara untuk mempertanggungjawabkan masalah ini. Meski begitu Vram Clitol terus bersikeras menyebut nama salah seorang siswa di Departemen Beast Tamer sebagai dalang dari kasus ini.

“Gothe! Dialah yang sudah menyelundupkan hewan buas itu! Pada malam sebelum kejadian, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri ketika dia keluar dari hutan sambil mengendap-endap!” terangnya memberi kesaksian.

Sayangnya pengakuan Vram sama sekali tidak didukung bukti kuat. Sementara para petinggi Akademi terus menyelidiki kasus tersebut, semua siswa diharapkan untuk tetap berhati-hati. Jam malam masih diberlakukan hingga waktu yang tidak terbatas.

 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top