51. Pertemuan Tengah Malam
Sepucuk surat misterius lagi-lagi muncul di meja belajar Talia di kamar asramanya saat ia kembali. Gadis itu berdecak kesal saat melihat stempel tiga Departemen sihir yang merekat di bagian belakang amplopnya. Lama-lama ia merasa muak mendapat surat-surat kaleng seperti itu. Dan sebenarnya siapa yang seenaknya keluar masuk kamarnya tanpa izin?
“Menyebalkan sekali,” gumam gadis itu kesal. Ia tidak mempedulikan surat itu sama sekali dan hanya meletakkan barang bawaannya di atas meja lalu merebah ke tempat tidur.
Pikirannya masih melayang pada momen-momen ketika ia mengobrol panjang dengan Kyle. Sebenarnya obrolan mereka lebih mirip perdebatan daripada percakapan akrab. Meski begitu Talia tetap merasa senang. Rupanya selama ini ia juga sangat merindukan Kyle.
Tanpa terasa gadis itu pun tertidur. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah seharian mengalami banyak peristiwa. Meski begitu, Talia tidak bisa tidur nyenyak. Ia bermimpi buruk. Mimpinya tentang seekor Pterotos, ular bersayap yang menyelinap masuk ke kamarnya. Talia merasa sangat ketakutan. Ia terbangun saat tengah malam dengan bersimbah peluh.
Saat hendak bangun untuk mengambil minum, tiba-tiba gadis itu pun menyadari sesuatu. Seekor Pterotos tengah melata di atas meja belajarnya. Di mulut pterotos itu tersemat sebuah amplop putih dengan stempel Perkumpulan Taleodore.
Talia seketika membeku. Begitu pula sang Pterotos. Keduanya bertatapan selama beberapa detik, lantas pterotos itu pun tiba-tiba melempar surat yang ada di mulutnya lalu bergerak pergi. Sontak Talia terkejut dengan gerakan mendadak itu. Ia memanggil Smoke untuk menyerang sang Pterotos, tetapi makhluk itu sudah menghilang di balik kisi-kisi jendela kamarnya.
Talia tersengal. Kakinya lemas dan tidak kuat lagi menumpu beban tubuhnya. Gadis itu pun melorot di atas lantai kayu kamarnya seperti kain basah yang lembek.
“Apa-apaan itu tadi?” gumamnya sembari melirik ke arah kisi-kisi jendelanya, memastikan kalau Pterotos itu tidak akan kembali.
“Sepertinya monster itu memang tidak berniat menyerangmu. Ia hanya membawakanu sesuatu. Surat dari orang yang mengutusnya.” Smoke dalam wujud kecil terbang di depan wajah Talia.
Gadis itu lantas melirik surat kedua yang tergeletak di atas meja. Jadi begitu caranya surat misterius itu dikirim ke kamarnya? Selama ini rupanya Ludwig yang mengirim surat pada Talia. Ia bisa tahu dari bentuk pterotos itu. Makhluk buas tersebut mungkin punya banyak jenis dalam rasnya, tetapi Talia langsung bisa mengenali Pterotos yang barusan datang itu sebagai milik Kyle. Ia tidak mungkin salah.
Setelah kembali mengumpulkan kekuatan, Talia pun akhirnya bangkit berdiri. Ia beranjak dari tempat tidurnya untuk melihat dua surat yang belum dibuka. Kenapa Ludwig menjadi rewel begini dan mengiriminya surat terus menerus?
Talia mendesis kesal dan kembali melirik kisi-kisi jendelanya. “Aku harus menutup kisi-kisi itu dengan sesuatu yang kuat,” geramnya kesal.
Akhirnya, dengan malas, Talia pun meraih surat pertama yang datang sore tadi. Tulisan tangan rapi yang sama seperti surat-surat sebelumnya. Ludwig rupanya punya gaya tulisan yang mirip dengan Kyle. Ereka berdua menulis dengan baik.
Datanglah ke hutan terlarang saat tengah malam.
Hanya satu baris kalimat itu yang tertulis di atas perkamen. Talia melirik arlojinya yang menggantung di depan meja belajarnya. Ini sudah lewat tengah malam. Talia jelas terlambat untuk memenuhi panggilan surat tersebut. Meski begitu ia tidak peduli. Toh Talia memang tidak ingin bertemu dengan Ludwig lagi. Dan kalaupun ia datang sekarang, mungkin Ludwig juga sudah kembali ke asramany. Mana mungkin orang itu menunggu Talia sampai selama ini?
Begitu selesai dibaca, surat itu pun tiba-tiba terbakar sendiri. Setelah seluruh surat berubah menjadi abu, Talia pun lantas beralih ke surat kedua.
Ia baru saja membuka amplopnya ketika mendadak pandangannya berputar-putar. Talia merasa tubuhnya disedot menjauh dari kamarnya. Talia mengenali sensasi ini, ia sekarang sedang berteleportasi! Surat kedua yang dia terima ini rupanya sebuah scroll sihir telerportasi!
Beberapa menit setelah tubuh Talia tersedot masuk ke dalam scroll, gadis itu pun tiba di tempat yang gelap dan dingin. Ia mengedarkan pandangannya sejenak, lantas menyadari bahwa dirinya kini tengah berada di dalam hutan terlarang. Ia tidak menyangka kalau Ludwig punya scroll teleportasi. Benda ini pasti mahal sekali, terutama jika sihirnya berhasil mengantar ke tempat tujuan dengan tepat, tidak seperti Kristal merah milik Talia.
Sayangnya, hawa dingin kini menyergap tubuh Talia. Gadis itu sontak menggigil kedinginan. Cuaca hutan saat dini hari benar-benar tidak cocok dengan piyamanya yang tipis. Ludwig sudah memanggilnya ke tempat yang salah di waktu yang tidak tepat.
“Kupikir kau tidak akan datang. Rupanya Pterotosku membangunkan tidurmu. Padahal aku sudah mau menyerah dan kembali ke asrama.” Sebuah suara terdengar dari sebelah Talia.
Gadis itu menoleh dan melihat Ludwig duduk di atas batu sembari mengamatinya. “Kau … ,” geram Talia kesal. “Apa maumu?” lanjutnya dengan gigi bergemeletuk karena kedinginan.
Ludwig beranjak dari tempat duduknya di atas batu besaar. Pemuda itu lantas melepas jubahnya yang tebal lalu memberikannya pada Talia. Gadis itu berusaha mengelak, tetapi Ludwig dengan sigap merengkuhnya dan memaikakan jubah tebal itu di atas piyama tipis Talia. Meski kesal, tetapi jubah itu berhasil membuat tubuhnya lebih hangat.
“Kenapa kau mengabaikan suratku?”tanya Ludwig setelah selesai memaikakan jubahnya pada Talia.
“Aku tidak ingin bertemu denganmu,” sahut Talia jujur.
Ludwig mendengkus pendek. “Apa kau lupa kalau kita terikat kontrak sihir? Kau harus mematuhiku, sementara aku harus melindungimu. Itulah kenapa aku memberikan jubahku padamu. Kau mau kehilangan kekuatan sihirmu selama di Akademi?” tanyanya sedikit mengancam.
Talia menarik napas panjang. Untung dia tadi tidak membaca surat Ludwig sama sekali. Kalau Talia sudah terlanjur membacanya dan sengaja abai, mungkin efek sumpah sihir itu benar-benar akan menjadi kenyataan.
“Jadi kenapa kau memanggilku? Aku kelelahan tadi jadi langsung tertidur. Lagipula kenapa kau harus menungguku sampai dini hari? Kita bisa bicara besok pagi,” protes Talia mencoba membela diri.
“Ada yang ingin kubicarakan denganmu. Selain itu kita juga harus mulai latihannya,” ungkap Ludwig menjelaskan.
“Latihan?” tanya Talia bingung.
Ludwig mengangkat bahu sedikit dengan tangan terlipat di depan dada. Tampaknya pemuda itu sekarang sedang menahan kedinginan. “Itu gunanya kau masuk ke Perkumpulan. Padahal masih anak baru, tapi sudah malas-malasan,” komentarnya sarkastik.
“Aku tidak perlu berlatih denganmu. Biarkan aku melakukannya sendiri,” sergah Talia.
Ludwig menghela napas pelan. “Sebenarnya kenapa kau sangat membenciku? Aku tidak pernah melakukan apa-apa yang merugikanmu sebelum ini,” tanyanya kemudian.
Talia mendengkus tak pertanyaan tersebut. Bagaimana bisa Ludwig tidak merasa bersalah sama sekali setelah empat kali berusaha membunuhnya? Meski di kehidupan ini secara teknis Ludwig baru menyerangnya satu kali, saat tes masuk Perkumpulan Taleodore.
“Kau berusaha membunuhku!” bentak Talia penuh emosi.
Ludwig menghela napas tak percaya. “Sudah kukatakan dire wolf itu sama sekali tidak berniat membunuhmu. Aku hanya menyuruhnya menangkapmu tanpa terluka. Dan saat itu aku harus melakukannya untuk memberimu ujian. Haa … entah kenapa aku harus menjelaskan ini. Benar-benar omong kosong. Sebaiknya aku kembali saja. Sia-sia mencoba bersikap baik padamu,” kata Ludwig sembari berbalik pergi.
Talia membiarkannya. Rasa marahnya pada Ludwig sudah berada di level yang tidak bisa ditoleransi. Apa pun yang dilakukan orang itu, Talia tidak akan pernah memaafkannya. Sayangya ada satu masalah yang harus dipecahkan Talia dengan bantuan Ludwig saat ini.
“Kita sedang berada di hutan terlarang. Bagaimana caramu membawaku masuk tanpa token?” tanya Talia yang terancam tidak bisa keluar melewati penghalang sihir karena bros singanya ia tinggal di asrama.
Ludwig melirik sekilas dengan sinis. “Ada di dalam surat itu. Kembalikan setelah kau memakainya. Itu token cadanganku,” gumam Ludwig.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top