5. Ludwig Gothe
Sebelum pandangan Talia cukup jelas, mendadak penglihatan itu membuyar. Talia mengerjapkan matanya dan mendapati diri sudah terbaring di kamar tidur asramanya. Gadis itu terbangun dengan perasaan campur aduk. Dengan gontai Talia menuang air segelas air putih dan meminumnya untuk menenangkan diri.
Talia memikirkan lagi tentang penglihatan barusan. Ia memang tidak terlalu jelas melihat wajah pemuda itu. Namun kedua mata abu-abu itu jelas mirip dengan milik Kyle. Sejauh ini Talia belum pernah bertemu dengan orang lain yang memiliki warna mata yang sama dengan Kyle.
"Gila ... kalau memang benar Kyle yang melakukannya, itu sangat keterlaluan. Apa itu alasan kenapa dia gelisah sepanjang hari," gumam Talia sembari berpikir.
Talia tidak bisa tidur lagi setelah itu. Kepalanya penuh dengan asumsi-asumsi tanpa jawaban pasti. Ia sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengan Kyle nanti. Sayangnya, waktu berjalan begitu cepat saat Talia merasa frustrasi. Tiba-tiba jam masuk sekolahnya sudah tiba. Setelah mengenakan seragam sekolahnya yang berupa rok terusan berwarna merah marun, Talia pun bergegas berangkat. Jubah hitamnya dia kenakan sembari berlari menyusuri lorong asrama karena waktu sarapan sudah hampir berakhir. Talia harus sampai di ruang makan sebelum pukul tujuh pagi.
Aula besar di gedung utama sekolahnya terlihat sudah lengang. Hanya ada beberapa anak yang masih duduk dan menghabiskan sisa sarapan mereka. Talia segera mengambil sepiring omelet dan bacon lalu duduk di salah satu meja panjang yang ada di aula. Dengan cepat gadis itu menghabiskan sarapannya tanpa banyak bicara.
"Permisi, selamat pagi." Mendadak sebuah suara perempuan menyapa Talia.
Gadis itu mendongak dan mendapati seorang gadis berambut merah dengan kacamata oval berdiri menatapnya.
"Kau benar Talia Ortega?" tanya gadis itu cukup ramah.
Talia menelan baconnya yang masih setengah dikunyah lantas mengangguk pelan.
"Perkenalkan, aku Susan Muela dari klub Surat Kabar Sihir Ramona. Apakah aku boleh meminta waktumu sebentar sebelum kelas dimulai?" tanya gadis itu dengan ekspresi riang.
Susan kemudian duduk di sebelah Talia bahkan sebelum gadis itu memberi jawaban.
"Kudengar kau adalah teman dekat Dean Leopold dan Kyle Gothe. Saat kejadian penyerangan oleh Dirlagraun kemarin kau yang menemukan Leopold pertama kali, 'kan? Bisakah kau ceritakan detail peristiwanya?" tanya Susan tanpa basa-basi.
Sontak Talia tergagap kebingungan. Cecaran pertanyaan Susan membuatnya sulit mencern sarapan karena tidak siap memberikan jawaban.
"A, aku sepertinya harus segera masuk kelas. Sudah terlambat," ucap Talia yang pada akhrnya memutuskan untuk kabur.
"Tunggu dulu, Talia Ortega. Aku juga punya informasi bagus untukmu kalau kau mau menceritakan kejadian penemuan korban kemarin. Aku hanya perlu tahu bagaimana detail luka yang diderita oleh Leopold. Pihak rumah sakit sekolah sama sekali tidak mau membocorkan informsi itu," desak Susan sambil menggerutu.
"Maaf, tapi kurasa aku tidak bisa sembarangan bicara tentang hal tersebut," tolak Talia sekali lagi.
Ekspresi Susan berubah serius. Dengan tajam gadis itu menatap Talia dengan kacamata yang berkilat-kilat.
"Tidakkah kau ingin tahu identitas siswa yang melepaskan Dirlagraun di sekolah?" desah Susan dengan suara rendah.
Talia terdiam sejenak. Usahanya untuk kabur segera luruh mendengar tawaran Susan. Kalau Susan memang memiliki informasi tersebut, maka ia tidak perlu repot-repot menyelidiki Kyle setelah ini.
"Kuanggap kau tertarik. Kalau begitu kau bercerita dulu dan setelahnya aku akan memberimu informasi rahasia yang hanya bisa didapat oleh ketua Klub Surat Kabar Sihir Ramona sepertiku," ujar Susan sembari membimbing Talia untuk kembali duduk di sebelahnya.
Bak terhipnotis, Talia pun menurutinya dan kembali duduk di depan meja makan. Tanpa sadar gadis itu pun menceritakan tentang bagaimana ia dan Kyle menemukan Leo yang sudah bersimbah darah di lorong penghubung Departemen Enchanterdan Departemen Alkimia. Segala hal termasuk yang sudah dia dengar dari Profesor Rilley pun dia sampaikan pada Susan tanpa ditutup-tutupi. Entah kenapa Talia merasa begitu percaya pada Susan. Kata-katanya mengalir sangat lancar seperti sedang bercerita kepada teman lama.
"Hmm ... aku mengerti. Terima kasih untuk informasinya, Talia Ortega. Sesuai janjiku, aku akan memberimu info yang paling ingin kau ketahui. Tentang identitas siswa yang melepaskan binatang buas itu.
"Aku mendapat informasi ini saat aku membujuk beberapa orang di Departemen Penjinak Binatang Buas, terutama sang petugas penjaga mereka yang bertanggung jawab untuk mengkarantina makhluk sihir di hutan. Dia berkata bahwa seorang anak berambut dan bermata perak datang ke hutan pada malam sebelum kejadian. Petugas itu tidak tahu kapan anak itu masuk ke hutan dan hanya mendapatinya tengah berjalan sendirian di tengah kegelapan dengan menggunakan jubah tertutup," terang Susan panjang lebar.
Talia menarik napas panjang. Kalau hanya informasi itu, dirinya sendiri juga sudah tahu. Sia-sia sekali membuang waktu hingga terlambat masuk kelas. Akan tetapi, Susan ternyata belum selesai berbicara.
"Apa kau tahu, satu-satunya anak yang memiliki mata dan rambut perak di akademi ini hanyalah mereka yang berasal dari keluarga Gothe ... ," lanjut Susan sembari berbisik dan memperhatikan sekitar, seolah khawatir bila ada yang medengar.
Jantung Talia mencelos ketika mendengar nama keluarga Kyle disebut. Ia mengira bahwa orang yang dimaksud oleh susan adalah anak yang sama dengan yang dia pikirkan semalaman.
"Ludwig Gothe. Dia adalah anak tingkat tiga di Departemen Penjinak Binatang Buas. Dia juga adalah kakak tiri Kyle Gothe, temanmu," ungkap Susan dengan wajah begitu dramatis.
Harus Talia akui, bakal akting manipulasi Susan memang luar biasa. Akan tetapi di samping itu, informasi yang dia berikan membawa dampak yang lebih signifikan pada pandangan Talia terhadap Kyle. Mendadak Talia merasa lega karena ternyata dugaannya salah, dan mungkin anak yang telah melakukan kesalahan itu adalah orang lain.
"Tunggu, Kyle punya saudara tiri?" tanya Talia mendapati informasi yang nyaris luput dari perhatiannya.
Kini giliran Susan yang mengernyiykan dahi. "Bukannya kau berteman dengan anak kedua keluarga Duke Gothe. Tapi kau baru tahu tentang saudara tirinya?" tanya Susan tampak tak percaya.
"Ah ... itu ... karena Kyle jarang membicarakan tentang keluarganya," kilah Talia mencari alasan. "Kalau begitu, aku harus pergi. Sudah terlambat untuk masuk kelas. Terima kasih informasinya, Susan," sambung Talia lantas berdiri.
"Tentu saja. Aku juga berterima kasih padamu, Ortega. Dan ngomong-ngomong aku ini siswa tingkat tiga. Bukankah seharusnya kau memanggilku dengan lebih sopan sebagai siswa tingkat satu?" protes Susan sambil berkacak pinggang.
"Oh ... maaf, Lady Muela," sahut Talia meringis.
Gadis itu pun segera melesat pergi sebelum Susan mencecearnya dengan lebih banyak cerita lagi. Entah mengapa ia merasa begitu terhanyut pada suasana ketika berada di dekat Susan. Sambil bergidik tidak nyaman, Talia pun berlari menuju kelasnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top