34. Tes Bakat Sihir
Tes Bakat Sihir di Departemen Enchanter diadakan selama empat hari berturut-turut. Masing-masing hari adalah tes untuk setiap elemen. Secara berurutan, jadwal tes tersebut adalah:
Hari 1 : Tes Bakat Elemen Air
Hari 2 : Tes Bakat Elemen Angin
Hari 3 : Tes Bakat Elemen Tanah
Hari 4 : Tes Bakat Elemen Api
Seluruh siswa Akademi diwajibkan untuk mengikuti seluruh rangkaian tes. Nantinya para pengajar yang akan menentukan kelas yang cocok setelah melihat hasil tes tersebut.
Talia cukup antusias di hari pertama tes. Melakukan sihir air sangat menyenangkan dan selalu membuatnya tenang. Air adalah elemen pertama yang dia pelajari sewaktu kecil. Itu pun secara tidak sengaja.
Saat itu usia Talia mungkin masih tujuh tahun. Ia sedang bermain hujan diam-diam. Ibunya sedang sakit, karena itu seluruh pelayan fokus mengurus kebutuhan nyonya rumah. Ayahnya juga sudah lama tidak pulang. Karena itu Talia merasa bebas bermain hujan tanpa ketahuan.
Akan tetapi, saat sedang asyik bermain di taman depan, tiba-tiba kereta kuda ayahnya muncul dari gerbang. Talia yang takut dimarahi segera berlari ke tempat yang teduh. Namun seluruh tubuhnya yang basah tidak bisa disembunyikan dan ayahnya mungkin akan tahu kalau dia habis bermain hujan.
Saat ketakutan setengah mati, Talia hanya bisa terus berpikir untuk bisa mengeringkan tubuhnya secara instan. Ajaibnya, seluruh air yang membasahi gaun, rambut dan seluruh tubuhnya mendadak mematuhi pikiran Talia. Air itu menggulung ke bawah lalu hilang sepenuhnya. Saat ayahnya tiba di hadapan Talia, tubuh kecil gadis itu sudah kering sepenuhnya.
Itulah kali pertama Talia mempelajari sihir secara otodidak. Tidak ada yang tahu tentang hal tersebut. Sejak saat itu, Talia terus menerus mencoba memberi perintah pada air. Ia pun akhirnya menguasai elemen air semudah melakukan gerakan napas.
“Kau terlihat senang,” komentar Kyle yang berdiri di sebelah Talia di antara barisan anak-anak tingkat pertama Departeen Enchanter.
Mereka semua dibariskan dengan rapi di taman hortikultura milik departemen Alkemis yang terletak di belakang gedung departemen mereka. Ada tiga tahapan dalam tes pengendalian air ini yaitu: air sebagai kehidupan, air sebagai kesembuhan, dan air sebagai perlindungan. Pagi ini semua siswa harus melakukan praktek menyiram tanaman hortikultura dengan sihir air mereka secara merata. Ini adalah implementasi air sebagai kehidupan.
“Bermain air itu menyenangkan. Bukankah begitu?” ujar Talia riang.
Kyle hanya tersenyum melihat gadis itu girang seperti anak kecil. Talia memperhatikan teman-temannya secara bergiliran menyirami petak-petak tanaman kebun yang bisa berteriak atau meludahkan asam. Beberapa dari mereka tersenyum puas karena berhasil menumbuhkan tunas-tunas baru pada sepetak Vervana Bersenandung. Tanaman ungu itu kompak menyenandungkan lagu pujian begitu tunas-tunasnya tumbuh secara serempak.
Misa mendapat petak tanaman menyusahkan. Ia harus menyiram sepetak Hebane hitam yang gemar meludahkan asam setiap kali mendapat komentar pedas atau mendengar kata-kata kasar. Misa tidak sengaja terpeleset tanah basah yang licin lantas mengumpat di dekat tanaman tersebut.
Sontak barisan Hebane – tak kurang dari selusin bunga-bunga putih berurat dengan dasar hitam – meludahi gadis itu dengan begitu hebohnya. Cairan asam terlontar ke segala arah dan menyerang Misa bahkan sebelum ia menampilkan kemampuannya mengendalikan elemen air. Misa yang malang.
Giliran Kyle tiba tak lama setelah insiden terjadi. Kyle harus menumbuhkan tunas dari tanaman bernama Black Rubwort. Tanaman sejenis rumput berwarna hitam yang memiliki khasiat obat tiada duanya. Kabarnya, jika bisa mengolah dengan benar, rumput hitam ini bisa digunakan untuk menyembuhkan segala jenis penyakit.
Sayangnya, tidak mudah mengolah Black Rubwort. Salah sedikit saja, khasiatnya berubah menjadi racun. Menumbuhkan rumput kecil ini juga tidak mudah. Petak yang harus digarap oleh Kyle sebagian besar berisi daun Back Rubwort yang sudah mongering. Perawatannya sangat sulit dan rumput ini juga mudah mati.
Kyle maju ke petaknya sendiri disaksikan oleh seluruh anak tingkat pertama. Tidak ada yang bersuara saat melihat Kyle beraksi. Tanamannya merupakan yang tersulit di antara anak-anak lain. Sepertinya Profesor Theia sengaja memberi Kyle tanaman tersebut karena mengetahui bakat keluarga Gothe yang sudah jamak diketahui.
Kyle tampak percaya diri. Dengan gerakan ringan, pemuda itu menjentikkan jari tangan kanannya. Detik berikutnya gumpalan besar air mendekat padanya dengan patuh. Kyle kembali melambaikan tangannya, lalu gumpalan air tersebut merespon dengan membentuk semacam gerimis kecil di atas petak rumput hitam.
Beberapa saat berlalu, tiba-tiba seluruh rumput yang kering itu segar kembali. Tunas-tunas baru muncul dari tanah kosong dan langsung menjadi rumput besar yang gemuk. Petak tanaman Kyle segera menjadi yang paling subur di antara yang lain. Rumput hitam itu sudah siap panen.
Semua anak yang melihat hal itu langsung ber’woah’ kagum. Bakat anak-anak keluarga Gothe memang tidak main-main. Talia dan Profesor Theia bertepuk tangan meriah karena puas atas pencapaian Kyle. Pemuda itu memang selalu melebihi ekspektasi orang lain.
“Kau luar biasa, Kyle,” bisik Talia begitu sahabatnya kembali berdiri di sebelahnya.
Kyle tersenyum hangat. “Kau pasti bisa melakukannya dengan baik juga,” balas pemuda itu.
Talia mengangguk yakin. Ia sudah tidak sabar menumbuhkan bunganya sendiri. Kini giliran Talia pun tiba. Gadis itu dipanggil ke depan dan mendapat petak Pixy Poppy merah yang sangat aktif. Talia mendesah kecewa.
Pixy Poppy adalah tanaman obat yang berbentuk umbi dengan satu bunga poppy merah di atas kepalanya. Pada dasarnya tanaman itu mudah tumbuh hanya dengan sedikit air. Saat usianya sudah matang, Pixy Poppy akan menggembung sebesar mangkuk sup, dan diam di tanah menunggu dicabut.
Masalahnya, saat masih muda, tanaman itu terus bergerak mengelilingi seluruh area tanah tempatnya ditanam. Tak jarang, saking aktifnya, Pixy Poppy merusak tanaman lain yang ada di dekatnya. Karena itulah Pixy Poppy harus ditempatkan di area khusus yang hanya untuk spesiesnya sendiri.
Dan di sinilah Talia berada. Di petak kusus yang tertutup pagar beton setinggi lutut, berukuran 5x5 meter persegi, dengan hanya berisi tiga tanaman Pixy Ponny yang bergerak dan menggali ke sana kemari dengan kecepatan yang sulit diikuti mata normal.
Profesor Theia memberi Talia tugas untuk menggandakan jumlah tunas Pixy Poppy menjadi lima tanaman. Talia bisa saja menyiram seluruh area dengan air. Akant tetapi Pixy Poppy tidak suka jika berlarian di tanah basah. Bisa-bisa tanaman tersebut menggali lebih dalam sampai tidak terlihat lagi. Ia tidak mungkin membanjiri seluruh area dengan air. Bisa-bisa muncul sungai di sana.
Talia berpikir keras. Bagaimana cara memberikan air ke tiga tanaman itu agar dua di antara mereka bisa menumbuhkan tunas baru? Mendadak ia teringat wujud Smoke. Talia mendapat ide dari spirit apinya itu, digabungkan dengan kejadian saat ia membuat dirinya menjadi kering saat masih kecil. Talia bisa memerintahkan air agar tidak diserap oleh tanah, alih-alih mewujud mejadi gumpalan besar dan mencari tubuh Pixy Ponny. Dengan cara itu, air bisa terserap oleh tanaman tersebut.
Maka Talia pun melakukan rencanannya. Ia mengangkat kedua tangannya dan membuat tiga gumpalan air di udara. Ia lantas melambaikan kedua tangannya dan tiga gumpalan air tersebut pun segera melesat mencari target mereka masing-masing: Pixy Ponny. Perlu waktu beberapa menit tanpa reaksi, sebelum akhirnya Pixy Ponny pertama berhenti berlarian. Disusul yang kedua, lalu yang ketiga.
Detik berikutnya, masing-masing Pixy Ponny itu rupanya bertunas satu, dua, tiga, bahkan lima tunas masing-masing. Seluruh area dipenuhi tanaman umbi kecil yang lincah hanya dalam waktu lima menit.
Talia meninju udara dengan gembira. Ia merayakan keberhasilannya membuat petak tanamannya bertunas. Profesor Theia dan teman-temannya yang lain pun turut bertepuk tangan dengan meriah. Kyle menyambut Talia dengan senyum bangga. Hari pertama Tes Bakat Sihir pun berakhir dengan sempurna.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top