28. Empat Sahabat
Kedatangan Leo membuat segalanya menjadi lebih mudah. Meskipun tidak menyangka kalau Leo bisa kembali ke akademi, tetapi Talia bersyukur karena mereka bisa berkumpul sekmabli. Sembari saling melepas rindu, Leo menceritakan seluruh kejadian yang dia alami saat diserang oleh Dirlagraun. Susan mencermati dengan begitu antusias. Talia lumayan yakin kalau sahabatnya itu pasti akan menggunakan kisah Leo ini sebagai headline berita Surat Kabar Akademi besok pagi.
Talia dan Kyle turut menceritakan kejadian yang mereka alami setelah Leo pergi. Dirlagraun yang sudah dikalahkan oleh Kyle, hingga kemampuan Talia melihat masa depan. Mereka berempat kini memikirkan bersama cara untuk mengalahkan Ludwig dan seluruh binatang buasnya. Mereka nyaris melewatkan jam makan malam karena sibuk mengobrol.
Akhirnya cerita mereka pun berlanjut di meja makan. Leo seharusnya duduk di meja anak-anak Alkemis, tetapi karena Kyle yang membawanya, jadi dia dipebolehkan duduk di meja Departemen Enchanter. Keluarga Gothe selalu jadi pengecualian di Akademi.
Kedatangan Leo tentu saja membuat seisi sekolah gempar. Semua anak menatap rombongan Talia saat mereka memasuki ruang makan. Obyek yang paling menarik perhatian tentu saja Leo. Sejak awal kelompok Talia memang berisi anak-anak yang spesial.Kini ditambah kedatangan Leo, gunjingan akan semakin santer. Lambat Laun Talia pun terbiasa dengan berbagai gosip mengenai teman-temannya.
Sepanjang makan malam, Leo tak henti-hentinya mengagumi kemampuan Talia yang bisa membaca masa depan. Ia mulai mencetuskan beragam ide untuk bisa mencegah Talia melihat masa depan secara tidak sadar. Dari segala macam rancangan yang terlontar, Talia hanya menyetujui satu di antara belasan ide yang tercetus: kaus tangan tembus pandang, Leo bilang kaus tangan itu tidak akan terlihat oleh mata biasa karena dilapisi dengan ramuan penghilang. Bahannya tahan api dan air, sehingga tetap bisa digunakan sekalipun Talia ingin melakukan sihir elemen. Dengan sarung tangan itu, sentuhan langsung pada kulit orang lain akan terhalang, sehingga Talia bisa dengan bebas bersentuhan dengan siapa pun.
“Dengan benda itu, Kyle bisa menggandengmu dengan leluasa,” goda Leo sembari menyikut Kyle.
Kyle mendesis pelan salah tingkah, sementara Talia dan Susan hanya terkikik.
“Masalah yang lebih mendesak saat ini adalah, menghadapi pterotos yang akan dikirim ke asrama kami. Apa kau punya ide, Dean?” timpal Susan kemudian.
Leo tampak berpikir sejenak. “Aku mungkin bisa membuat beberapa alat berguna. Tapi dua hari tidak cukup untuk menyelesaikannya. Alat yang mungkin bisa aku buat dengan cepat adalah pendeteksi binatang buas,” ujarnya memberi kesimpulan.
“Hanya mendeteksi?” timpal Susan lagi.
“Hei, itu juga berguna. Setidaknya kau akan tahu kalau ada hewan buas berada di dekatmu. Aku akan membuat alat itu memberi peringatan kalau seekor binatang buas berada dalam radius satu mil darimu. Dengan jarak sejauh itu, kalian akan punya cukup waktu untuk kabur,” tandas Leo tidak terima.
“Bagaimana kalau makhluk itu mengejar kami?” tanya Talia tak kalah khawatir.
Leo mengernyitkan dahi sejenak sambil berpikir. “Kalian bisa lari ke kamar Madam Hudges, penjaga asrama putri. Biar begitu, dia juga kan seorang penyihir juga, kan.”
Madam Hudges adalah seorang wanita paruh baya bertubuh gempal dengan rambut yang sudah putih beruban. Dia adalah penjaga asrama putri yang tinggal di lantai satu, dekat dengan pintu masuk asrama. Tugas utamanya adalah mengawasi seluruh siswi yang tinggal di sana agar tidak kelayapan saat malam tiba.
Meski Madam Hudges dulunya adalah enchanter berbakat, tetapi dia kini sudah terlalu renta untuk merapal mantra dan membuat sihir elemen. Madam Hudges kini hanya menyibukkan dirinya dengan merajut dan merawat seekor ikan emas di kediamannya.
“Benar-benar tidak bisa diharapkan,” komentar Susan sinis.
“Apa tidak ada alat yang bisa membantu menstabilkan kemampuan sihir api?” Kyle ikut berdiskusi.
“Aku bisa membuat pemantik. Tapi agar kekuatan apinya cukup besar untuk mengalahkan seekor pterotos, aku harus membuatnya selama kurang lebih dua minggu. Itu pun harus melalui beberapa kali percobaan dulu.”
Keempat anak itu pun kembali mengeluh lemas. Sebenarnya Talia punya satu senjata rahasia lagi: Kristal berpindah tempat yang dia dapat dari ayahnya. Akan tetapi ia harus menggunakannya secara hati-hati. Kalau Talia gegabah memakainya, dan berakhir dengan melakukan teleportasi ke tempat ayahnya berada, bisa-bisa ia kena hukuman dari Akademi.
Apapun alasannya, meninggalkan Akademi tanpa izin termasuk pelanggaran. Ayahnya juga pasti akan sangat khawatir dan mungkin memutuskan untuk membuat Talia mengundurkan diri dari Akademi. Terlebih setelah kemarin ia mendapat serangan Dirlagraun. Talia benar-benar merasa dilemma.
“Mau tidak mau, aku tetap harus berlatih lebih giat. Besok mungkin adalah kesempatan terakhirku. Aku akan berlatih selama sisa pelajaran terakhir,” gumam Talia kemudian.
“Kau mau membolos?” tanya Kyle.
“Profesor Murray akan memberikan kelas bebas besok. Kita disuruh berlatih mandiri untuk persiapan ujian praktek bakat sihir. Kau lupa?” timpal Talia.
“Astaga, sebentar lagi tes bakat sihir ya? Aku sudah melewatkan banyak kelas selama pergi dari Akademi,” keluh Leo dengan pundak melorot.
Bagi Departemen Alkemis, tes bakat sihir akan membagi mereka menjadi dua cabang alkimia: pembuat benda sihir atau pembuat ramuan sihir. Keduanya akan menjalani mata pelajaran yang berbeda. Para alkemis yang memilih menjadi pembuat benda sihir akan dilatih untuk menambang mineral seperti mirthril, logam langit, Kristal sihir dan sebagainya. Setelah itu mereka juga akan belajar menempa bahkan membuat senjata. Pembuat alat sihir sehari-hari harus bekerja dalam bengkel dengan tungku sebesar gua yang panas membakar.
Sementara itu, ahli ramuan berkutat pada ilmu botani. Mencabut mandragona adalah salah satu keseharian mereka. Ada banyak tanaman sihir yang lebih menyebalkan dibanding mandragona, tetapi itulah tantangannya. Gosipnya, ahli ramuan juga harus bisa mengumpulkan nyanyian duyung serta air mata goblin untuk membuat potion. Menjadi Alkemis memang bukan pekerjaan mudah.
“Untuk ukuran anak jenius sepertimu tes bakat sihir seharusnya tidak menjadi masalah, Leo. Kau tinggal memilih untuk masuk ke salah satu di antara dua cabang kelas Alkimia. Kau kan menguasai keduanya,” kata Kyle apa adanya.
Leo hanya meringis jahil. “Aku hanya ingin kelihatan panik agar seperti anak-anak lainnya.”
“Tes bakat sihir tidak sesulit kelihatannya,” tutur Susan menceritakan pengalamannya. Ia sendiri berada di kelas elemen tanah. Meskipun bisa melakukan sihir elemen lain, tetapi kekuatan terbesarnya adalah pengendalian tanah serta tumbuh-tumbuhan.
“Kalau begitu, besok aku akan menemanimu berlatih di ruang rahasia saat jam pelajaran terakhir,” ujar Kyle kemudian.
Talia mengangguk.
“Aku akan menyusul setelah selesai pelajaran. Aku sudah membolos terlalu lama. Jadi para Profesor pasti sudah menungguku,” kata Leo.
“Aku juga akan menyusul. Sepertinya besok aku akan sedikit sibuk di klub. Kedatanga seseorang ke Akademi akan menjadi berita utama.” Susan menimpali sembari melirik Leo.
Leo hanya membalas lirikan itu dengan deham canggung.
“Leo, kau juga harus berhati-hati. Sejak kau memutuskan untuk kembali ke Akademi, Ludwig mungkin akan mengincarmu juga,” pesan Kyle serius.
“Tenang saja. Aku sudah mempersiapkan banyak hal saat ada di rumah. Kau tidak perlu khawatir,” sahut Leo cengegesan.
Akhir malam itu pun ditutup dengan obrolan ringan mengenai alat-alat yang dibuat Leo selama dia berada di rumah. Talia juga menceritakan lebih banyak tentang kemampuannya melihat masa depan. Mereka terus mengobrol hingga jam makan malam berakhir. Setelah itu Kyle dan Leo mengantar para gadis ke asrama dan berpisah setelahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top