18. Teman Baru

Tidak banyak yang terjadi setelah itu. Kecuali fakta bahwa sekarang Talia dikelilingi oleh dua anak paling dihindari seakademi,Kyle dan Susan, tidak ada yang special di hari-harinya. Meski begitu, keributan yang ditimbulkan oleh mereka berdua sukses membuat Talia pusing. Kyle dan Susan selalu bertengkar setiap kali bertemu.

Kendati demikian mereka berdua bersikap sangat baik pada Talia. Susan bahkan sering mengunjungi kamar Talia setiap malam dan memastikan gadis itu tidur dengan baik melalui sihir manipulasinya. Terkadang sikap baik Susan membuat Talia waspada, khawatir bila Susan sengaja mengorek informasi rahasia darinya. Namun Susan selalu meyakinkan kalau dia tidak akan melakukan hal tersebut pada teman dan orang terdekatnya.

"Kau adalah teman pertamaku di akademi, Talia. Aku tidak ingin merusak persahabatan kita dengan melakukan hal yang tidak kau inginkan. Lebih baik kau menceritakan tentang dirimu sedikit demi sedikit saja saat kau benar-benar sudah percaya padaku. Aku tidak akan memaksakannya," ujar Susan suatu malam.

Talia sedikit merasa bersalah karena sebenarnya sebenarnya dia tidak secara tulus ingin berteman dengan Susan. Talia melakukannya semata-mata demi menghindari sihir manipulasi Susan beberapa waktu yang lalu.

"Kenapa kau tidak berteman dengan anak-anak seangkatanmu, Susan?" tanya Talia mencoba mengalihkan pembicaraan.

Susan tampak berpikir sejenak. "Kurasa karena kemampuan manipulasiku ini. Orang-orang selalu bersikap waspada di hadapanku, sekalipun aku tidak berniat membuka rahasia mereka," jawab Susan yang duduk di atas ranjang Talia.

Sang pemilik ruangan justru duduk di kursi belakang sambil mendengarkan kisah kehidupan tamunya. "Bukannya kemampuanmu tidak bisa digunakan kalau kau sedang bicara dengan banyak orang?"

"Tentu saja, tapi mereka tetap waspada. Aku memang cenderung disingkirkan dalam pergaulan sosial. Adik dan orang tuaku juga selalu menjaga jarak denganku. Kalau saja aku bisa menyembunyikan kemampuanku. Sayangnya keluargaku sudah menyadarinya sejak aku masih kecil."

Talia kembali bersimpati mendengar cerita Susan. Betapa kesepiannya gadis itu juga. Di luar fakta tentang kemampuan manipulasi itu, Susan sebenarnya adalah anak yang periang dan ramah. Sebagai teman, dia adalah orang yang menyenangkan dan baik hati. Orang-orang terlalu terpaku pada kemampuan special Susan dan justru menganggap gadis itu berbahaya.

Hal yang sama juga terjadi pada Kyle. Meskipun kakak tirinya turut andil dalam membuat Kyle menjadi anak penyendiri, tetapi tetap saja anak-anak lain cenderung menghindari Kyle karena kemampuan gelapnya. Mungkin hal yang sama juga akan terjadi pada Talia seandainya orang-orang tahu bahwa dia bisa membaca masa depan seseorang. Atau mungkin sebaliknya, anak-anak yang penasaran akan hidupnya justru mengerubuti Talia dan meminta diramal. Kedua opsi itu membuat Talia bergidik. Ia tidak mau mengalami dua hal tersebut.

"Menurutku kemampuan spesialmu itu menarik, Susan. Kau bisa memanfaatkannya untuk hal-hal yang positif seperti membantuku tidur nyenyak, atau menghibur seseorang yang sedang sedih," ungkap Talia tulus.

Susan tampak tersipu. "Begitukah? Terima kasih, Talia. Aku memang tidak pernah membenci kemampuanku itu. Tapi karena kau memujinya, aku jadi merasa lebih bersyukur sekarang," ujar Susan tersenyum senang.

"Aku tidak sekedar memuji. Aku tulus mengatakannya. Selama ini kau menggunakan kekuatanmu untuk membuat berita di Surat Kabar Akademi. Mungkin karena itu anak-anak lain merasa sedikit tidak nyaman."

"Ah, itu karena klub surat kabar adalah satu-satunya tempat aku merasa diterima. Aku tidak punya teman untuk berbagi cerita. Saat masih di tingkat satu, salah seorang senior di klub tersebut mendatangiku dan merekrutku secara langsung. Karena terlalu bersemangat aku jadi mendalami peranku sebagai seorang pencari informasi."

"Meskipun begitu, ada hal-hal yang sebenarnya tidak dikorek terlalu dalam. Sebagai seorang jurnalis kau juga harus memperhatikan kode etiknya. Kecuali menyangkut kasus yang sangat berbahaya, kau mungkin bisa menggunakan kemampuan manipulasi. Dan sebaiknya informasi tersebut juga tidak digunakan untuk menyudutkan seseorang, tapi sekedar membuka fakta," nasehat Talia kemudian.

Susan mendengkus geli karena ceramah panjang temannya. "Padahal aku seniornya, tapi justru mendengar nasehat darimu," ujarnya sambil tertawa kecil.

"Ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud menggurui. Itu hanya pendapatku saja."

"Tidak apa-apa Talia. Kata-katamu memang benar. Akhir-akhir ini aku juga hanya mengekspose masalah-masalah yang besar saja seperti penyerangan Dirlagraun kemarin. Semua orang tahu siapa pelakunya, tapi orang itu justru dilindungi karena berasal dari keluarga terpandang. Aku hanya sedikit berharap kalau artikelku bisa menggerakkan perubahan. Sayangnya sangat sulit menggoyahkan Ludwig Gothe. Sekarang bahkan aku justru berteman dengan adiknya," keluh Susan kemudian.

Kini giliran Talia yang tertawa. "Apa masalahnya dengan Kyle. Dia anak yang baik juga. Semua hal buruk yang terjadi di sekitarnya adalah akibat Ludwig. Kyle sama sekali tidak bersalah."

"Yah, sejauh ini memang kejadiannya seperti itu. Tapi kita tidak tahu kedepannya Kyle akan bertingkah seperti apa. Biar bagaimanapun dia juga adalah keturunan Duke Gothe."

"Kenapa kau sangat sensitif tentang Kyle dan keluarga Gothe?" tanya Talia penasaran.

"Tidak ada yang special sebenarnya. Hanya saja sejak bersekolah di Akademi dan melihat tingkah laku Ludwig Gothe yang seenaknya itu membuatku kesal. Kami seangkatan dan Ludwig sudah membuat skandal sejak upacara penerimaan tiga tahun lalu. Dia benar-benar anak yang sangat bermasalah. Aku ingin membongkar semua kejahatannya itu dan membuatnya mendapat hukuman. Bayangkan kalau orang seperti dia menjadi penerus Duke Gothe. Dia akan menjadi bangsawan licik yang jahat," gerutu Susan sambil menghela napas.

"Menurutku, daripada menjadi seorang jurnalis, kau lebih cocok menjadi penyidik, Susan. Kau tidak tertarik untuk bergabung dengan Pasukan Khusus kerajaan?" usul Talia yang sangat tertarik mendengar gerutuan Susan.

Susan mendengkus kecil. "Kau memberiku ide lagi, Talia. Yah, itu layak untuk dipikirkan. Tapi kalau menjadi anggota Pasukan Khusus, aku harus mulai belajar berpedang juga sepertinya."

"Bukankah mereka juga menerima penyihir?"

"Ya. Penyihir yang bisa berpedang."

"Kau bisa mendaftar di bagian investigasi. Tidak perlu turun ke lapangan untuk menangkap penjahat."

"Itu masuk akal," ujar Susan sambil berpikir.

"Iya. Pikirkan baik-baik Susan."

"Tentu. Kalau kau? Apa yang ingin kau lakukan di masa depan, Talia?"

"Hmm ... entahlah. Karena aku putri tunggal ayahku, mungkin aku harus melanjutkan gelar beliau dan menjadi Countess. Sejak kecil aku sudah menerima pelajaran untuk mengatur wilayah Ortega. Tapi sebelum itu mungkin aku ingin berkeliling benua dulu. Berlibur selama beberapa waktu dan melihat keindahan setiap sudut kerajaan Ramona," kata Talia sambil menerawang, membayangkan masa depan yang menyenangkan.

Karena itu Kyle tidak boleh menghancurkan kerajaan. Tandas Talia dalam pikirannya.

"Sepertinya menyenangkan. Aku ingin melihat wilayah Ortega suatu saat nanti. Mungkin saat liburan kenaikan tingkat aku bisa berkunjung. Itu kalau kau mengizinkannya," pinta Susan.

Talia tersenyum hangat. "Tentu saja. Kau boleh datang ke rumahku saat liburan nanti."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top