4. Sekolah Baru

BAB IV

Sekolah Baru

*

Setelah perdebatan alot antara saurdara kembar—sebenarnya hanya Siera yang mengomel, kedua orang itu nyaris menarik perhatian para siswa dan siswi yang sedang berjalan di sepanjang koridor pada hari pertama kehadiran mereka. Kemudian, Sanosuke dan Siera yang awalnya berada di depan pintu, diminta untuk ke dalam ruangan beberapa menit setelah sang Guru hadir dan mengimformasikan kepada para murid, bahwa kelas mereka sekaran kehadiaran anggota baru.

Berdiri di depan, dan akhirnya kembali menjadi pusat perhatian. Dilihat dari keduanya, antara siswi rambut panjang yang dikucir tinggi ekor kuda dan si siswa maka didapati perbedaan ekspresi yang terlalu jelas untuk ditampilkan saat ini. Cemberut dan dingin.

"Hah, baiklah. Kalau begitu, sekarang perkenalkan diri kalian," ucap Itou Kuroda sambil mendesahkan napas karena melihat suasanan kelas yang mendadak heboh dan penuh bisik-bisik.

Anak perempuan sibuk menatap laki-laki yang baru pertama kali mereka lihat, sedang anak lelaki pun melakukan hal sama kepada gadis yang berdiri di depan kelas mereka. kedatangan dua orang pelajar baru, apalagi siswa dan siswi bertampang di atas rata-rata, membuat para penghuni kelas merasa mendapatkan lucky day.

"Harata Sanosuke." Sang Pemuda mengenalkan diri dengan raut tanpa ekspresi, suara yang dikeluarkan juga berintonasi datar.

Kontan saja seisi kelas heboh kembali, khususnya para gadis yang langsung menjadikan Sanosuke sebagai incaran mereka.

"Wooaaa ... tampan!" anak perempuan berteriak dan tertawa-tawa menggoda, sedang anak lelaki cemberut sambil mendecak karena tidak rela perhatian para siswi terfokus dengan 'alien baru' penghuni kelas mereka.

"Kerennn!"

Suasana kelas kian ricuh, membuat Kuroda mulai mengetuk-ngetukkan papan tulis untuk memperingati agar mereka bisa tenang, hingga akhirnya suaranya pun kembali memperingati.

"Jangan berisik, Anak-anak! Baiklah, selanjutnya, Nona." Kuroda menghela napas, dan memelototi muridnya yang bengal dan memang terlihat over aktif ini.

"Harata Siera." Kali ini, nada malas terlalu ketara terdengar dalam ucapan si siswi baru, di sebelah tubuhnya ada sosok Sanosuke yang merespons kelakuan sang Adik dengan lirikan saja. Tidak seperti Kuroda yang sekarang malah menggaruk ceruk leher karena entah kenapa sekarang atmosfer malah berubah. Dua anak bermarga Harata ini seperti tiada minat untuk menjadi pelajar di sekolah ini, khususnya sang Gadis.

"Cantik, ya."

"Ehh... mereka saudara, ya?"

"Adik-kakak, ya?"

Bisik-bisik pun mulai terdengar lagi di ruangan kelas dua SMA. Sang Guru yang khawatir akan keadaan kelas kembali berisik, mulai berbicara kepada dua orang yang masih berdiri di depan.

"Hanya itu saja? Hmm ... baiklah, sekarang kalian akan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Harata Siera, kamu duduk di sebelah Yoshima. Yoshima, angkat tanganmu. Dan Harata Sanosuke, kamu duduk di sebelah Shintaro. Shintaro, angkat tanganmu." Setelah Kuroda mengatakan di mana mereka akan duduk, keduanya pun mendatangi tempat mereka masing-masing tanpa banyak komentar.

Sanosuke berjalan menuju kursi yang telah disediakan, dan ia menatap dingin sekilas ketika berpapasan mata dengan laki-laki yang ada di depan mejanya—Aoryu Takao.

Jangan tanya ekspresi sang Gadis karena sekarang Siera sedang berjalan malas menuju di mana ia akan duduk, dan setelah sampai di sana sambil menghela napas pasrah, ia pun mendudukkan diri bersama kuapan yang menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak tertarik untuk berada di dalam ruangan ini.

Beberapa saat setelahnya, Kuroda menyerukan agar mereka membuka buku matematika, dan lelaki berwajah sama malasnya dengan Siera itu pun mulai menjelaskan materi pelajaran kepada para murid yang seketika terlihat serius, tentu saja mereka tahu betul guru satu ini mendapatkan julukan 'killer' karena terlalu pelit nilai, meski terlihat ramah dan jarang sekali marah.

Wajah anak-anak yang semakin kesal dan kusut, menandakan mereka telah mengikuti pelajaran cukup lama. Soal-soal yang diberikan kepada murid sebagian belum terselesaikan, tetapi sungguh bagai oase di gurun pasir ketika telinga mereka yang peka mendengar bunyi bel istirahat, menandakan bahwa pelajaran telah berakhir.

"Kalau begitu, sisa soalnya kalian kerjakan di rumah. Semoga harimu menyenangkan."

Anak-anak mulai terbawa suasan dengan mendudukkan diri secara sembarangan, sebagian berlalu menuju kantin atau toilet, sebagian lagi memilih tetap di kelas. Siera sendiri menghela napas, dan kemudian tatapannya beralih kepada siswi-siswi yang datang dan mulai mengerubunginya.

Beberapa orang mencoba menarik atensinya, berkumpul di depan Siera untuk mengakrabkan diri. Sang Gadis yang awalnya berwajah malas, kini cukup terhibur dengan ramahnya para rekan sekelas yang terus berdatangan memperkenalkan diri.

"Harata Siera, perkenalkan aku Yoshima Inoe. Yang di belakang kita ini Lian Er Ming dan Chihiro Hanae."

"Inoe, aku bisa memperkenalkan diri sendiri, loh." Er Ming bernada merajuk saat menegur teman yang duduk di depannya itu dan ia iseng menyentil tubuh langsing gadis yang selalu modis di manapun mereka berada. Er Ming memakai kacamata berframe cokelat, dengan rambut hitam lurus sebahu.

"Hehehe ... iya! Maafkan aku, Er Ming." Kedua telapak tangan Inoe membentuk gumpalan seperti orang Cina pada umumnya ketika meminta maaf, gadis yang hari ini rambutnya dikepang kendur dan mengarah ke samping pun tersenyum, hingga menampakkan giginya yang gingsul.

"Hai, Harata Siera. Aku Lian Er Ming, dari Cina dan senang bertemu denganmu."

Tangan Er Ming yang mengarah kepadanya sebagai salam perkenalan pun ia genggam, kemudian tersenyumlah dua orang gadis itu. Ia baru sadar kalau rekan kelasnya ini kelahiran dari negeri Cina, tetapi kalau diperhatikan logat bahasa gadis itu tak terlalu mengarah ke bahasa Cina. Sepertinya telah lama mendiami Jepang, mungkin saja sudah berganti kewarganegaraan juga.

"Hai, Inoe dan Er Ming. Aku juga senang bertemu dengan kalian, dan kalian panggil Siera saja, ok." Bibir merekah Siera menyeringai, menampakkan gigi yang rapi, gadis itu tiba-tiba menjadi semangat karena bertemu dengan orang baru.

"Ah, salam kenal juga Harata Siera, aku Chihiro Hanae." Gadis yang baru berkenalan dengan Siera kali ini cukup imut dengan wajah merah karena malu-malu, mungkin itu adalah sifatnya.

Kembali menyunggingkan senyum, ia pun menerima uluran tangan teman yang duduk di belakang kursinya.

"Eh, Hanae, panggil Siera saja. Iya, salam kenal juga. Hehe." Setelah saling memperkenalkan diri dan memberitahu seputar kesukaan masing-masing, mereka pun mulai mengajak Siera untuk bergabung saat jam makan siang.

"Oh iya, Siera apa kau membawa bekal atau mau ke kantin bersama kami? Soalnya aku sudah lapar." Er Ming kemudian menyengirkan bibirnya hingga terlihat deretan gigi putih saat menawarkan ajakan kepada sang Harata, dan akhirnya mereka pun tertawa karena suara perut masing-masing yang saling bersautan.

Sebelum Siera menjawab perkataan Er Ming, Sanosuke memanggilnya dan memberikan sesuatu kepada Siera. Lelaki itu dengan wajah yang sama datar seperti tadi pagi pun menghampiri meja adiknya, membawakan bungkusan yang berisi makan siang.

"Ini."

"Wah, ternyata dibawakan, nih. Terimakasih, Sanosuke." Siera membengkokkan bibir hingga matanya menyipit ketika menatap Sanosuke, dan dia benar-benar melupakan kekesalannya tadi pagi pada kakak kembarannya itu.

"Hm, dihabiskan, Siera."

"Yes, Sir." Suara Siera cukup kuat dengan tangan yang berada di kepala, membetuk gestur hormat kepada sang Kakak seperti seorang prajurit sejati, dan tentu saja hal itu langsung membuat teman-temannya mereka tertawa.

Sang Kakak hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, sebelum Sanosuke melangkah mejauhi perkumpulan gadis, dia melihat Ando dan Ken yang sangat antusias mendekati adik kembarnya. Jadilah Sanosuke hanya berdiri di samping meja adiknya untuk mengawasi kedua orang itu. Siera masih sibuk membuka kotak bekalnya saat dua orang pemuda yang berlari berebutan dan ribut mendatanginya.

Walau demikian, sepertinya Siera tidak terlalu peduli karena sedang berhadapan dengan bekalnya. Tangan yang lincah kini membuka kotak makan siang, matanya yang indah pun berbinar karena melihat sesuatu yang berada di dalamnya.

"Wah, hari ini tema Pikachu, Kak Hoshi memang jagonya dalam kreasi bekal." Semringah, ia menatap santapannya itu dan tak sabar untuk mencoba. Namun, kedatangan dua lelaki ke depan meja membuatnya tak sempat untuk menyicipi makan siang terlebih dahulu.

"Siera!" Ken dan Ando saling mendorong, langsung mencoba mengakrabkan diri di depan meja siswi baru yang menjadi incaran.

Siera melotot ketika melihat Ken dan Ando, dan dia semakin murka karena mengingat peristiwa kemarin saat di toilet laki-laki. Pemuda bertampang Eropa itu, tentu saja masih ia ingat dengan jelas, yang mengatainya aneh-aneh hingga akhirnya wajah yang cukup tampan dengan pupil biru menawan ia lempar dengan ponsel terbarunya.

Kedua lelaki itu menampilkan senyum lebar, tidak peduli para gadis mulai merasa kesal dan mengusir kedatangan mereka, sementara Sanosuke hanya memandang dengan sinis. Namun, memang dasarnya tidak peduli dengan situasi sekitar, Ando dan Ken pun tetap ingin berkenalan dengan adik dari Sanosuke.

"Siera, kitakan sudah pernah bertemu, tapi waktu itu kita belum berkenalan. Nah, aku Uzukiro Ken dan ini Dan Ando. Kalau yang wajah pucat di sebelah sana itu, kau masih ingatkan? Dia Shintaro Renji, dan di depannya yang kemarin diam terus dan tak mau melepaskan tanganmu bernama Aoryu Takao."

Ken berbicara panjang lebar memperkenalkan seluruh teman-temannya yang ada di dalam kelas ini, sedangkan Siera hanya memandang Takao dengan sinis karena berkat pemuda itulah, Siera akhirnya malah bersekolah di tempat ini.

Aoryu Takao, awas saja kau. Dalam batin berbisik, memikirkan cara untuk membalas perbuatan lelaki itu.

Yang membuatnya kesal dan tidak akan memaafkan Takao, itu karena si pemuda bahkan setelah melihat dirinya dan berpapasan mata, malah membuang muka dan seolah tidak mengenalinya. Padahal Ken saja cukup mengingatnya, dan ia yakin, Takao tidak akan semudah itu melupakannya. Ya, mungkin karena dia adalah jenis pemuda menyebalkan dan selalu keras kepala dan sombong, juga pura-pura pikun.

Dilihat dari raut wajahnya yang dingin dan selalu menatap orang sinis, tentu sudah bisa tertebak karakternya seperti apa. Mungkin, dengan wajah yang memang tampan, lelaki itu adalah salah satu Bad Boy yang ada di sekolah ini. Lelaki jenis inilah yang selalu Siera hindari dan ingin ia habisi. Cih, tidak berguna.

Tidak seperti Siera yang memandang Takao dengan berapi-api dan kesal, Sanosuke yang bingung karena adiknya tiba-tiba diam dan terlihat memelototi sesuatu, pun mengarahkan pandangan ke apa yang sedang Siera tatap sehingga mencebikkan bibir. Dan ia melihat laki-laki yang sudah dicap sebagai sosok yang tak disukai karena berani memperlakukan adiknya dengan cara kasar, apalagi sempat memengangi kedua tangan sang Adik. Tak bisa ia maafkan, dan tak akan ia biarkan Siera dekat dengan laki-laki licik sepeti orang-orang ini.

Mungkin memang Sanosuke terkesan protektif kepada adik kembarnya, tetapi melindungi Siera dan membatasi pergaulan adiknya agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan adalah tanggung jawabnya. Sejak dahulu, ia selalu yang paling terdepan untuk melindungi Siera ketika mereka hanya berdua saja, tanpa kakak tertuanya maka tugas sebagai pelindung adiknya itu lansung jatuh ke tangannya.

Dengan adanya dia di dekat Siera maka laki-laki atau perempuan yang mencoba mengganggu adiknya itu tidak akan ia ampuni.

*

Malam hari di suatu tempat, sosok lelaki berjalan selangkah demi selangkah dalam gelap. Tengah malam seperti ini, saat orang-orang telah tertidur pulas, lelaki itu malah menginjakkan kakinya di sebuah kuil yang terlihat sangat tua dan terletak di ujung distrik kediaman Aoryu.

Derit dari pintu kuil berbunyi ketika dibuka, kondisi itu dikarenakan sudah lama tidak dipergunakan lagi sebagai tempat beribadah. Dirinya masuk dan mengarahkan pandangan ke seluruh penjuru. Desah napas terdengar, kuil yang tak layak lagi karena usia bangunan yang mungkin akan berbahaya ketika digunakan. Lagi pula, distrik elit itu sudah memiliki kuil baru untuk dipergunakan sebagai tempat sarana beribadah dan upacara keagamaan lainnya.

Gelap dan hanya diterangi cahaya senter, suasana yang seram pada tengah malam, juga bunyi hewan-hewan nokturnal yang sedang beraktifitas, tak membuat wajah Takao merubah ekpresinya dari datar menjadi bagai orang yang ketakutan karena situsasi yang mencekam.

Senter yang ia bawa di arahkannya, melihat suasa sekali lagi. Tidak kotor, mungkin ada penjaga yang bertugas membersihkan tempat ini. Takao kemudian melangkah, memutuskan berjalan lebih dalam lagi untuk mencari sesuatu yang ingin diselidikinya.

Kuil Aoryu.

Ia sudah lama mengetahui rahasia yang ada di balik kuil Aoryu ini, sebuah tempat seperti perpustakaan klan yang banyak menyimpan informasi dan sejarah mengenai klan mereka, dan sekarang tanpa diketahui kakaknya yang sedang berada di luar kota, Takao memasuki tempat ini untuk mengunjungi ruangan rahasia yang berada di bawah tanah dan menyelidiki informasi tentang masa lalu klannya.

Informasi rahasia tentang iblis Yamata no Ryu.

Setelah menuruni tangga dan sampai di perpustakaan rahasia, tangan Takao bergerak untuk memencet tombol saklar. Ruangan itu pun seketika menjadi terang.

Tidaklah sembarangan orang yang bisa masuk ke dalam perpustakaan rahasia yang ada di kuil Aoryu, hanya yang berdarah klan dan yang memiliki kemampuan mata khususlah yang bisa membuka segel dari pintu rahasia perpustakaan tersebut. Tidak banyak dari mereka, keturunan Aoryu yang memiliki kemampuan itu. Hanya orang terpilihlah yang bisa memiliki mata ajaib yang merah bagaikan darah.

Langkah kaki Takao terdengar jelas di dalam ruangan yang sepi, ada beberapa buku terletak di atas meja, sepertinya sang Kakak sedang meneliti dan mencari tahu sesuatu. Menatap buku yang tergeletak di sana, ia pun membaca judul yang membuatnya langsung tersenyum tipis.

"Heh," Seringai lelaki itu langsung terpampang di wajah.

"Yamata no Ryu. Segel gaib jelmaan iblis Klan Harata?" pernyataan dan pertanyaan terucap dari bibir tipisnya.

Sepertinya Sang Dewi Fortuna sedang berpihak kepada lelaki yang masih duduk di kelas SMA.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top