2
Hai Hai aku datang lagiii~~~
Jangan lupa bintangnya ✨
~~
"Met, ceritain dong semalem lo di apain aja sama Barta sampe pipi lo merah terus dari tadi. Pasti lagi ngebayangin Barta kan lo?!" tuduh Mikta pada Metan.
Pipi si pemuda manis itu makin memerah mendengar ucapan Mikta barusan.
"Apaan sih, kita cuma belanja doang kok."
"Masa iya? Itu pipi lo makin merah, awas keluar apinya," kata Fiksa ikut menimpali dengan kekehan.
"Isshh ... Iya deh gue ngaku. Semalem pas pulang dari beli sepatu, Barta ngajak gue keliling Alun-alun. Tangan gue gak di lepas, di genggam terus. Terus lo pada tau gak? Barta tuh natap gue terus, bahkan bisa di itung berapa kali dia ngeliat ke arah lain, selebihnya ngeliat gue terus." Metan menceritakan kenangan nya tadi malam saat bersama sang kekasih dengan semangat.
Mikta dan Fiksa ikut bersemangat mendengar cerita mereka. Lain dengan—
"Semangat banget Tan, biasa aja sih menurut aku, soalnya dulu pas kamu belum pacaran sama Barta dia juga begitu, padahal pas itu aku sama Barta gak ada hubungan apa-apa. Dia itu emang care orangnya," kata Khaori dengan kekehan kecilnya.
"Bahkan dulu dia sanggup jemput aku di bandara naik motor, padahal itu kondisinya lagi hujan. Pacar kamu emang baik Tan," lanjutnya lagi.
"Oh gitu ya?"
Semangat Metan untuk bercerita hilang begitu saja. Moodnya tiba-tiba memburuk. Untuk apa Khaori menceritakan hal yang tidak seharusnya Metan tahu.
"Yaudah sih, lagian wajar juga Barta perlakuin Metan begitu karena Metan emang Pacarnya."
Fiksa mencoba menenangkan Metan, dilihat dari air wajahnya, pria manis itu sepertinya kesal dengan ucapan Khaori tadi. "Lagian lo kan Sepupunya, jadi gak salah dong kalau Barta gitu ke lo, Khao."
"It's nothing special," lanjut Fiksa.
"Iya, aku tau. Aku kan gak bilang aku di perlakuan spesial sama Barta, aku cuma menambah kalau Pacarnya Metan itu emang baik. Lagian aku tau diri kok guys, aku gak bakalan rebut pacar sahabat aku sendiri," kata Khaori.
"Hmm, yaudah deh ganti topik aja. Gak enak banget bahas ginian," kata Mikta yang sedari tadi menyimak.
"Oh iya, sabtu depan kayanya Aku gak bisa ikut nonton deh."
Keadaan yang mulai tenang kini terfokus pada Khaori setelah pemuda yang lebih kecil itu berbicara.
"Kenapa?" tanya Metan.
"Aku di ajakin sama kak Bumi buat ikut Basket."
"Kak Bumi? Crush gue?" tanya Mikta memastikan.
Khaori mengangguk. "Iya, semalem dia chat aku, terus maksa ikutan Basket."
"Oh gitu, tumben dia gak ada bilang gue," kata Mikta.
"Ya kan gak semuanya harus di bilang ke kamu Mik." Khaori menepuk pelan pundak Mikta.
Mikta terkekeh. "Ya iya sih, tapi biasanya dia selalu bilang kalau kekurangan anggota Basket."
"Ohh gitu ... Tapi kak Bumi bilang ke aku, katanya emang gak ada yang kurang. Dianya aja yang suruh aku masuk Basket," jawab Khaori sambil menyeruput minumannya.
Kini Mikta terdiam. Apa kak Bumi menyembunyikan sesuatu darinya? Tumben sekali Pria berkulit eksotis itu berinteraksi dengan Khaori, dan mengajak pemuda itu untuk ikut club Basket.
Bukannya apa, tapi kan kak Bumi bisa mengajak Mikta, yang tak lain seseorang yang tengah dekat dengannya.
"Oh iya, Tan. Semalam kamu sama Barta beli sepatu di mana? Soalnya aku belum punya sepatu khusus untuk Basket, mau beli juga tapi gatau store nya ada di mana."
"Di mana-mana ada kok, tapi semalem gue sama Barta belinya di dekat Bundaran lampu merah, soalnya di sana murah-murah trus bagus juga," kata Metan.
"Bundaran lampu merah? Berarti gak jauh dari Alun-alun dong ya?" tanya Khaori dengan suara yang di buat kaget. Dan mendapat anggukkan dari Metan.
"Yaudah deh, ntar aku coba cari di sana juga. Kalau boleh tau, Barta beli sepatunya warna apa?"
"Gue pilihin yang warna merah?"
Kata Khaori melotot. "Kamu serius Tan? Pilihin Barta sepatu Warna merah? Setau aku, Barta gak suka warna yang terlalu mencolok, dia biasanya make warna-warna yang gelap gitu. Kamu gak di kasih tau?"
"Hm? Enggak tuh, Barta gak ada bilang dia gak suka Warna mencolok." Metan tampak berpikir.
"Iya loh, setau aku selama ini Barta gak pernah pakai barang yang warnanya mencolok itu karena emang dia gak suka warnanya. Gak heran makanya barang-barangnya warna gelap semua," tukas Khaori.
Metan sedang menahan singa di dalam tubuhnya untuk tidak keluar. Ucapan Khaori seakan-akan dia lebih tau Barta di banding Metan yang tak lain Pacarnya Barta.
Tapi Metan masih bisa mengontrol emosinya. Bagaimanapun Khaori tetap temannya.
Tak ingin terlalu menghiraukan, ketiga Pemuda di depan Khaori itu kini mencoba fokus pada kegiatannya.
Mikta mencatat pelajaran yang tertinggal di kelas tadi. Fiksa sibuk menjelajahi media sosial di ponselnya. Sedangkan Metan kini tengah menghabiskan makan siangnya, ya mereka kini sedang berada di kantin.
Seharusnya ini sudah jam masuk, tapi Pak Leo, sebagai guru Matematika sedang berbaik hati membiarkan anak muridnya jam kosong, sehingga para siswa bebas berkeliaran di mana-mana.
Sedangkan Khaori, kini mata pria itu sedang menjelajah sekitar kantin. Dirinya berharap menemukan seseorang yang di nantinya, sebelum ke tiga temannya itu menemukan lebih dulu.
Dan benar, di sana Tampak Barta dan Miko berjalan beriringan ke arah meja yang dia dan ketiga temannya tempati.
Tangan Khaori melambai ke tas, memanggil Barta. "Barta! Sini!"
Teriakkan itu sukses membuyarkan perhatian Metan, Fiksa dan Mikta. Kini, mereka bertiga menatap arah pandang Khaori.
Di sama ada Bright yang berjalan ke arah Metan, sambil membawa segelas jus mangga kesukaan Metan.
Metan melebarkan senyumnya, setidaknya moodnya tidak benar-benar rusak, karena sang kekasih sekarang sedang menatapnya dengan mata yang seperti biasa.
Apalagi saat melihat sesuatu di tangan Barta, senyum Metan semakin mengembang.
Barta duduk di kursi kosong sebelah Metan, yang otomatis dia berada di tengah-tengah Metan dan Khaori. Barta meletakkan gelas berisi jus mangga-nya di atas meja.
Menatap sang kekasih dengan pandangan cintanya. Dan melupakan Miko yang masih berdiri di belakang.
"Ekhem, bucinnya jangan lama-lama ya bos. Kita cuma izin ke wc tadi sama pak Bambang." ingat Miko pada Barta yang tidak di hiraukannya sama sekali.
"Tumben gak masuk kelas? Cabut?" tanya Barta lembut pada Metan.
"Enak aja cabut, kita di kasih jamkos tau sama Pak Leo!" seru Metan tidak terima.
"Enak banget, gak kayak pak Bambang pelit waktu. Ini aja kita cuma di kasih waktu 5 menit doang buat keluar," gerutu Barta sambil mencebikkan bibirnya.
"Ya iya lah, kan kalian izinnya mau ke wc! Emang ada orang ke wc sejam?"
"Ada!" seru Barta semangat.
"Siapa?"
"Aku ntar pas bolos sama kamu, sayang." Barta mencubit hidung Metan pelan, sehingga sorakan dari teman-teman terdengar.
"Iuuhh! males banget bolos ke wc sama kamu ... Mau ngapain coba?!" tanya Metan dengan wajah bingung sekaligus malunya.
"Mau pacaran lah!"
Metan tak dapat menyembunyikan wajah tomatnya pada teman-temannya.
Berbeda dengan Khaori, dia hanya menatap Metan sekilas, wajahnya tidak se-semangat tadi. Sekilas ekor matanya menatap pada minuman yang di bawa oleh Barta tadi.
Brakkk!!
Kini, semua mata menatap lantai yang berserakan, ada gelas yang di bawa Barta tadi kini telah tumpah.
Pria bermata elang itu melotot, belum sempat kekasihnya itu minum tapi minuman itu sudah tumpah, bahkan mengotori sepatunya dan Metan sekaligus.
"Yaampun, maaf banget gue gak sengaja, tadi gue ga liat gelasnya ada di situ, jadi ke senggol tangan gue pas mau ambil tisu."
"Maaf banget ya, Barta?"
~~
Miko
Bumi
Huhh, ide nya ngalir banget😭
Semoga ngalir terus deh😭
Jangan lupa bintangnya 😋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top