Juri 3

Ballons (83)

Pertama-tama aku suka ide ceritanya. Sibling in Need yang tersampaikan dengan jelas. Kata demi kata dirangkai dengan gaya tulis yang dibuat "menyerupai" novel terjemahan. Namun, nggak menutupi kalau penulis seolah berusaha keras untuk mengantarkan feel itu dalam cerpen ini. ^^ Agak disayangkan, itu yang bikin aku kurang nyaman ketika baca karena dialognya kaku. But again, in other hand aku suka juga.

Ejaan dan Bahasa aku nggak ada masalah. Tokoh di cerpen ini banyak sekali, ya. Hehe, enggak apa-apa sih sebenarnya, cuma kalau cerpen tokohnya sebanyak ini bakal mengundang kesan alur yang terburu-buru. Aku juga agak bingung dengan latar, belakang tokoh utama. Mungkin karena penulis terlalu sibuk mengenalkan tokoh baru, latar belakang yang seharusnya lebih ditekankan jadi tergeser. Heranlah aku dengan kedatangan balon dan hubungan kausalitas besar di cerpen ini. Jangan lupa, ^^ meski ini genre fantasi, tapi latar belakang tokoh dan konflik pun harus jelas, meski kadang memang (okelah) tidak bisa diterima. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini. Fighting!

Kucing Merah (79)

Aha, aku tega bilang kalau formula ini udah banyak digunakan, cerita yang mengusung kejutan masalah kesehatan mental. Ada beberapa hal yang kurang berhasil kutangkap, misal ini kakak-adiknya mengecat kucing beneran kah? Atau bagaimana? Kalau iya, warna darah menurutku kurang pas kalau digambarkan pakai warna merah menyala, terus kenapa kakaknya memberi opsi warna putih?

Penggunaan gaya bahasa dapat kuterima dengan baik, meski ada beberapa kata yang penulisannya kurang tepat di KBBI. Lalu, ah, aku juga agak janggal dengan kata ganti 'aku' yang dipakai si Dokter, hm. Bagus, agak disayangkan aku nggak menemukan pesan moral atau sesuatu yang spesial di cerpen ini. Mungkin lain kali, penulis perlu mempertegas latar belakang hubungan samar antara kakak beradik ini. Btw, hai Kucing Merah, aku Kambing Merah. Heheh. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Di Bawah Langit Orioya, Kita Bertemu dan Berpisah (83)

Cerpen ini dibuka dengan paragraf panjang. Enggak masalah, sih. Yang kuharap dari satu paragraf panjang adalah aku bisa mendapat banyak titik terang atau mungkin clue untuk melanjutkan ke paragraf selanjutnya, sayangnya, di cerpen ini aku nggak menemukannya. Menurutku terlalu banyak diksi yang digunakan untuk mengembangkan latar, padahal bisa dipersingkat untuk menjelaskan hal lainnya. Jadi, agak lelah bacanya. Penulisannya baik dan lugas, begitu pula dengan alur yang dibawa pun cukup sederhana. Satu lagi, aku tega bilang aku nggak menemukan sesuatu yang spesial dari pertemuan kakak beradik ini. Oh ya, judulnya ... menjelaskan alur cerita banget, ya. Meski begitu, terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini. Fighting!

Pulang (87)

Penyampaiannya yang nggak terbelit-belit bikin aku semangat baca. Eksekusi ide cerita yang berbeda, tapi dapat kuterima dengan mudah. Enak sih bacanya, cuma aku merasa kurang dengan bagaimana hubungan mereka. Karena, kalau saying biasanya yang terbayang bukan cuma visualisasi. Tidak ada emosi ketika membaca cerpen ini, aku mengalir, benar-benar dibawa oleh perasaan tokoh utama. Namun lagi, keberadaan tokoh yang tidak jelas asal usulnya cukup menganggu. Selepas dari itu, penulisan dan gaya bahasa patut kuacungi jempol. Good job.

Kinantan (89)

Wah..., cerpen ini adalah salah satu contoh bentuk eksekusi pas tema event bulan ini. Tulisannya rapi dan enak dibaca, jadi aku kasih poin lebih. Cerpen ini banyak membawa dialog yang panjang yang digabung menjadi satu paragraf, jadi kurang nyaman dibaca di Wattpad. Lain waktu, bolehlah dipisah peletakannya. Aah, terima kasih sudah menyuguhkan cerita manis dua kakak beradik ini.

Buldan Sukma (93)

Pemilihan kalimat opening itu penting, dan dalam cerpen ini penulis berhasil membuatku memutuskan memberikan nilai tinggi. Dari diksi yang tersuguh, aku sudah bisa merasa penulis cukup konsisten dalam menulis dengan gaya bahasanya sendiri. Hubungan emosi antar tokoh pun tergambar jelas, hangat, dan memukau. Ini adalah cerpen yang perlu kubaca ulang dan dan dipahami sampai hati, gaya bahasa yang kusuka. Amanat, satu poin lebih untuk itu. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini!

Meja Makan (83)

How? Wkwk. Apa motivasi penulis untuk menjadikan meja makan menjadi objek kunci dalam cerpen ini? Mungkin di komentar cerpen sebelum-sebelumnya aku menekankan pada latar belakang, tapi di cerpen ini aku akan bertindak sebaliknya. Penggambaran adegan yang entah mengapa menurutku berlebihan, karena tidak mengandung apa-apa yang bisa dibawa untuk adegan selanjutnya. Tapi rasanya ada yang kurang pas di sini, penulisan dan gaya bahasa bagus ini ... sudah sesuai tema belum? Tetap saja, terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Yang Takkan Berpisah (78)

Pertama-tama, ini cerita bagus. Kemudian, maafkan aku karena menilai alur yang kamu pakai nggak cocok untuk cerpen dengan batasan jumlah kata. Padahal, bisa loh dipakai untuk menjelaskan hal lain yang bisa memperhalus transisi per adegan, termasuk ending yang menurutku terkesan tiba-tiba. Kesalahan dalam penulisan juga perlu diperhatikan lagi. Semangat!

Lebaran Setelah Papa Pergi (81)

Awalnya aku bakal mengira sesuatu yang lebih dari cerpen ini, tapi lagi-lagi judul sudah mengambarkan sedikit kilas cerita yang mudah ditebak bagaimana. Aku nggak merasakan emosi di cerpen ini. Beberapa kata sederhana juga tersorot kurang tepat peletakannya. Membaca cerpen ini mengalir dan terasa relate, sampai kupikir kalau penulis mencurahkan segala perasaannya di sini. Fighting! Semoga kita selalu diberi kemudahan. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Cinta Segitiga (85)

Waaa ..., aku apresiasi keberanian penulis untuk mengambil langkah berbeda dengan menggunakan POV kedua. Mungkin karena pembacanya 'cwk' jadi gender si tokoh utama tidak dituliskan secara jelas, biar si pembaca mikir sendiri dirinya siapa, gitu? Gaya bahasanya enak sekali dibaca, tanda baca dan penulisannya kupikir enggak ada masalah, kecuali dialog bertanda seru yang sebenarnya tidak perlu di kapital. Kurangnya itu aja sih, selebihnya bagus. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Dimana Surgaku (80)

Wait, kenapa aku malah menangkap pertemuan ibu dan anak daripada kakak dan adik wkwk. Siblings in Need-nya mana, kupikir. Konsepnya bagus, cuma salah tema. Penceritaannya agak terlalu lambat, tapi karena tulisanmu rapi dan enak dibaca, jadi kukasih poin lebih. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Misi Bertemu (80)

Ada sedikit banyak kesalahan kepenulisan yang kutangkap di dalam cerita. Alurnya terbilang lambat, karena memakai gaya kepenulisan novel. Tapi gaya menulisnya enak dibaca, huhu. Pembaca berasa digiring dari perasaan tidak terima ke dalam kedamaian yang mengena lewat pertemuan mereka. Keren. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Kabar Angin (95)

Penulisannya rapi dan rasanya aku tidak menemukan kesalahan yang mengganggu pembawaan cerita ini. Penggambaran suasana yang memukau dan bikin aku semangat melanjutkan. Kecuali, nama yang sulit entah dari penulisannya atau pengucapannya. Terima kasih sudah menggiringku pada ending yang entahlah, aku suka. Bahasanya meski ditulis dengan gaya tulis yang menyerupai cerita terjemahan, tapi dialognya enggak kaku dan biasa. Good job.

Another Nightmare (95)

Kalimat pembuka ditulis seolah sedang diajak bercerita oleh pembaca, atau menjawab pernyataan dari pembaca. Untuk pesan moralnya juga bagus secara keseluruhan, pembawaan suasana dan ketepatan penulisan bikin pembaca nyaman. A really good story indeed. Good job.

Keinginan Terakhir (83)

Mhm .... Gimana ya aku jelasinnya, cerpen ini sudah cukup bagus sebenarnya. Namun, kalau melihat tema, aku agak nggak menangkap apa-apa yang sesuai. Alur dan ide yang diambil pun mungkin bisa mudah ditebak beberapa orang. Ada bagusnya penulis sekarang mulai mengulik dan memahami lebih banyak ide yang kiranya bisa dijadikan petasan.

Pulang (81)

Jika memasukkan kata asing (tidak termasuk dalam Bahasa Indonesia dan serapannya), maka seharusnya penulisannya diketik miring. Cuma itu yang mengangguku dari awal hingga akhir cerita. Seluar dari itu, cerita yang dibawakan memukau. Lewat cerita ini aku banyak belajar dan ditampar. Luwes, amanat digilir satu persatu sampai akhir yang lumayan memuaskan.

Yang Tak Kasat Mata (79)

Kulihat ada sedikit banyak kesalahan penulisan yang bikin keluwesan cerita berkurang. Padahal, aku suka kalimat pembukanya. Tema yang diambil nggak bisa dibilang sederhana ini, cuma kurasa masih bisa dieksekusi lebih baik lagi nanti. Maaf nggak banyak komentar dariku, fighting!

That Night (80)

Haduduh, aku suka idenya. Tetapi, setelah kutelaah agak jauhan, ada beberapa latar suasana yang kurang hidup, banyak kata ditumpahkan di awal. Sehingga, menjelang di akhir cerita ceritanya kurang memuaskan, huee. Namun, terima kasih ya sudah berpartisipasi dalam event bulan ini. Fighting!

Banyu Sagara (81)

Sebetulnya poin plus dari cerita ini adalah karena penulis memilih ide yang biasa dan sederhana. Aku dapat feel-nya, hei. Dialog dan penyampaian karakter tokohnya juga baik, jadi aku pun juga dapat banyak pelajaran. Terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Surat Wasiat Darurat (83)

Setelah membaca cerita ini, aku bingung. Mulai dari latar belakang masing-masing tokoh, motivasi mereka berpisah dan bertemu, meski sudah kucoba memperhatikan beberapa detail yang kupikir bisa membantu. Tapi, tetap saja cerita ini masih banyak meninggalkan tanda tanya. Selebihnya, sudah bagus kurasa.

Ezrareza (80)

I knew it :D Aku suka bagaimana penulis mengolah ide dengan diksi yang memukau. Ini ceritanya santai, bahasanya ringan, dan dialognya jelas. Di bagian akhir, aku cukup dibuat terkejut, huee. Cuma ada beberapa kesalahan kepenulisan yang tertinggal saat revisi. Even so, terima kasih sudah berpartisipasi dalam event bulan ini.

Otherwise (85)

Ah .... Aku nggak bisa banyak berkomentar. Cerita ini rapi dan terstruktur, komposisi dan gaya bahasanya bikin nostalgia dengan bacaan yang biasa kupinjam dari perpustakaan. Lima Sekawan, sedikit banyak mirip itu. Sudah, cerita ini seru. Aku berpikiran akan membacanya lagi di lain waktu. Terima kasih banyak sudah memberikanku bacaan bagus pekan ini.

Story by Rachel (89)

Cerita ini bagus. Penulis paham bagaimana dia bisa membawa ketertarikan pembaca, kayak aku tamu yang ikut tour di suatu museum, dan penulis dengan baik menyuguhkan sei-seni yang membuatku bertahan sampai akhir dan justru semakin tertarik dan puas ketika keluar. Terima kasih, you did a really good job.

Puncak Gunung (87)

Mari singkirkan pembahasan tentang diksi dan penggunaan tanda baca di sini, salut. Karyanya menarik, dan aku berhasil mendapatkan feel yang kuharap di paragraph pertama. Alurnya mengalir tenang dan tanpa halangan, apalagi kejutan si Liam di belakang menjelakan hubungan kakak beradik ini seperti apa. Ah ..., suka pokoknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top