Juri 2

Selamat pagi/siang/malam/tengah malam/dini hari semuanya, bagaimana ipen bulan ini? Cukup mudah, 'kan, ya?

//dikeroyok massal

Oke oke, sebelumnya salam dari Binjai—oh enggak. Mohon izin ya untuk memberikan nilai dan ulasan walau para peserta ipen di sini mungkin banyak yang lebih berpengalaman dan lebih tinggi jam terbangnya daripada aku. Hanya saja, aku di sini memberikan review sejujur-jujurnya kayak review resto artis di yutub-yutub //plak. Di sini aku beneran anti sugarcoating club jadi mohon maaf sebelumnya kalau nanti ada review yang kurang berkenan di hati kakak-kakak dan teman-teman peserta.

-----

[Ballons] : 8.7

Pertama-tama, aku mau apresiasi dulu wkwk. Great job buat author! Dari segi penulisan, sama enggak ada masalah dariku. Tokoh-tokoh yang berperan di sana bener-bener digambarkan seperti hidup bersama kita. Sayangnya, aku harus baca berkali-kali baru paham inti dari cerita ini (mungkin aku yang emang agak kurang ngeh). Juga, aku masih mencari-cari peran/makna dari balon yang terus disebutkan di cerita, dan sekaligus menjadi judul dari cerita ini. But, cerita ini tetep bagus! Aku ngerasain ikatan persaudaraan yang kental di antara Beatrice dan yang lainnya.

Note : Oh aku baru ngeh wkwk. Jadi Beatrice ini ceritanya kabur pakai balon, terus akhirnya memutuskan untuk pulang ke keluarganya. Okaay, that's great! Thank you udah buat cerita ini :)

[Kucing merah] : 8.9

Cara penulisan dalam cerita ini bener-bener pas 'feel'-nya di aku. Plot twist-nya juga bagus dan cukup 'kena'. Awalnya aku ngerasa aneh sama kelakuan kakak beradik yang suka mewarnai kucing kayak ayam warna-warni itu wkwk. Tapi, semuanya terjawab sudah di akhir cerita, bahwa si Kakak masuk rumah sakit jiwa karena psikopat. Lalu, informasi yang disampaikan dalam cerita bahwa psikopat itu berasal dari genetik, bener-bener mengingatkanku pada salah satu drama korea yang ada Lee Seung Gi itu.

Anyway, thank you udah buat cerita ini!

[Di Bawah Langit Orioya, Kita Bertemu dan Berpisah] : 9.1

Aku paling suka diksi yang dipakai di awal sampai akhir cerita. Tapi sayang, bagiku paragraf di awal terlalu panjang. Better kalau dibagi menjadi 2 paragraf agar membacanya lebih enak. Dari segi alur, aku enggak ada masalah. Juga dari segi keseluruhan cerita, almost perfect but not perfect at all (karena paragraf yang terlalu panjang di awal tadi). Bagian favoritku adalah pada saat kakak beradik bertemu kangen dan bercakap-cakap, dan bagian terfavorit adalah penutup dari cerita. Bener-bener bikin pembaca nyesek, huhu. Thanks udah buat cerita ini, anyway.

[Pulang] : 8.7

Bagus wkwk. Ya, itu respon pertamaku (dalam hati) setelah membaca cerpennya. Diksinya pas, enggak terkesan kaku dan enggak lebay juga. Aku suka. Cuman, kurangnya di sini, entah aku yang kurang ngeh atau apa, aku masih bingung siapa sosok Dokter Petrova. Sepertinya, yang kutangkap dari ceritanya, Dokter Petrova ini semacam karakter abstrak/hantu/atau sesuatu dari dunia lain yang mengambil wujud Dokter Petrova, 'kan? Lalu kenapa dia harus mengambil wujud Dokter Petrova? Apa hubungan antara Dokter Petrova dengan si aku? Mungkin dokter yang nanganin si aku pas keracunan bubuk nutrisari itu kali ya? //plak

But, anyway thank you udah buat cerita ini!

[Kinantan] : 9.2

Daebbak sih ini. Awalnya aku ngira si Kinantan yang manusia, kakaknya yang hantu. Ternyata, si kakak yang manusia dan si Kinantan yang hantu. Berbeda dengan cerita lain yang kakak adeknya bertemu dengan suasana yang begitu haru dan manis, ini kakak adeknya malah ada cekcok dulu. Untuk diksi, ini favoritku. Bener-bener dituliskan dengan pas, ditambah lagi dengan penutup yang membuatku terkamchagiya. Wkwk pertanyaanku : iblisnya cogan enggak?

Anyway terima kasih sudah menuliskan ini!

[Buldan Sukma] : 9.8

Cerita terkeren sampai aku enggak bisa berkata-kata. Mulai dari judul, diksi, alur, penokohan, latar, feel, really perfecto. Bener-bener terasa kental Sundanya, kayaknya penulisnya juga sesepuh di Montaks deh :) punten Akang/Teteh....

Kurangnya, enggak ada. Makanya aku kasih nilai sempurna. Makasih banget yaa udah nulis ini, kayaknya setelah ini aku harus banyak belajar dari penulisnya karena ini bener-bener daebbak guys!

P.S : btw sepertinya penulis pernah buat cerpen koran? Karena saat dibaca, benar-benar seperti membaca cerpen koran bagiku. Yang jelas, ini bukan kaleng-kaleng. This is literally art. Excellent!

[Meja Makan] : 8.7

Dari segi diksi, alur, sudah terancang dengan cukup matang. Tapi, di bagian sebelum si Aku mengelus batu nisan, membuatku harus membaca lebih dari sekali, baru paham. Lalu aku juga melihat di salah satu scene, si Aku belum tau bahwa si Kakak sudah meninggal. Namun, tiba-tiba setelah itu si Aku sudah berada di batu nisannya si Kakak, dan tau informasi detil tentang kematian kakaknya padahal di awal-awal dia hanya tau bahwa kakaknya akan datang dari ayahnya. Jadi aku merasa seperti ada yang miss di sini, sepertinya.

But, anyway penulisanmu yang rapi, dan diksimu yang mengalir dengan lancar seperti air di dalam pipa ruc*ika membuat poin plus di sini. Terima kasih sudah menuliskan ini! :)

[Yang Takkan Terpisah] : 8.7

This is a good story, tentang dua kakak beradik yang tinggal berdua dengan orang tua yang meninggalkan mereka, entah kemana? Diksi, penulisan, aku enggak ada masalah karena bagus dan enak banget buat dibaca. Cuman, dari segi alur seperti terlalu banyak pengenalan di awal cerita dan di akhirnya seperti mendadak terlalu cepat untuk pace-nya atau alur ceritanya seperti agak ngebut di akhir. Jujurly sebenernya ini masalah yang sering kualami juga selama menulis di event-event sebelumnya, mengingat jumlah kata juga dibatasi. Solusinya, untuk bagian pengenalan bisa dibuat seefektif mungkin dengan menghapus adegan-adegan yang sekiranya tidak diperlukan, sehingga nanti di akhir enggak terkesan terburu-buru.

Anyway terima kasih sudah menuliskan ini!

[Lebaran Setelah Papa Pergi] : 8.4

Dari segi penulisan dan feelnya, cerita ini bagus. Namun, masih ada sedikit (enggak banyak kok wkwk) kesalahan penulisan seperti kata 'se rumah' yang seharusnya ditulis 'serumah' dan penulisan salam. Selain itu ada cara penyampaian yang aku kurang familiar dalam narasinya, kayak 'belumlah masuk'. Juga, sebenernya cerita ini bagus, cuman yang lebih menjadi sorotan di sini justru perasaan si Aku terhadap kepergian Sang Papa. Hal itu bagus karena alasan berpisahnya para saudara adalah kepergian Sang Papa, tapi seharusnya yang lebih disorot adalah perasaan si Aku terhadap saudara-saudaranya yang sempat punya konflik dengan si Aku.

Di sini aku merasa kurang puas dengan si Aku yang dengan mudahnya memaafkan si Saudara. Kalau aku jadi si Aku, pasti bakalan lebih banyak konflik batin atau mungkin perseteruan lagi walaupun ujung-ujungnya bakalan maafin juga. Sayangnya, bagian tersebut kurang di-explore. Tiba-tiba sudah memahami saja, padahal selama itu si Saudara sudah bikin beban mental.

[Cinta Segitiga] : 9.0

Sebenernya, secara subjektif, this is my cup of tea. Seru banget asli, pengen baca lagi rasanya cuman ada bagian yang bikin pengen meringis saking sadisnya. Cerita ini juga unik karena rata-rata cerita di sini memakai POV 1 dan POV 3, dan di sini ceritanya menggunakan POV 2. Cuman, jujurly aku bingung sama gender si Kamu di sini dan justru aku sadar, hal tersebut merupakan poin plus karena kamu ternyata juga menyisipkan berbagai petunjuk di sana. Kemungkinan terbesarku, si Aku ini cewek 'belok'. Sebab petunjuk yang pertama, si Kamu pas abis diculik dan tau kalau enggak pake atasan, si Kamu langsung nutupin bagian dada. Dia juga langsung ngecek apakah ada bekas ahay ahay dari kakak cowoknya.

Yap. Seandainya si Kamu itu cowok, dia enggak bakalan refleks nutupin dada, melainkan meluk tubuhnya sendiri karena kaget tiba-tiba enggak pake baju atau cuman diem kaget. Sebab, bagian dada buat cewek itu.... tau sendirilah astaga wkwk. Panggilan 'Nona' pas polisi dateng pun langsung memperjelas hal itu. Tapi, ini teoriku. Bisa jadi aku salah.

Kurangnya, aku enggak melihat peringatan atau disclaimer kalau ini bakalan mengandung violence, rape, dan hal-hal berbau dewasa. Sebab, walau sadis-sadis //plak... tetap saja ada anak-anak di Montaks yang belum aman membaca cerita jenis ini, meskipun kalau aku sendiri suka baca beginian. Anyway, terima kasih sudah menghiburku dengan ini!

[DIMANA SURGAKU] : 9.0

Penulisannya bagus, feel-nya dapet. Awalnya aku bingung karena yang lebih disorot di sini adalah si tokoh yang ditinggal orang tuanya, dan enggak menyoroti perasaan si tokoh yang ditinggal saudaranya (ya, soalnya saudaranya belum lahir). Tapi, kebingunganku ketutup sama penulisannya yang bagus, rapi, enak dibaca, dan dapet feel-nya. Ditambah lagi bagian akhir yang membuatku berkata, "oh, finally I get the point". Mudah sekali seseorang luluh hanya karena anak kecil yang polos dan imut. Thanks udah nulis cerita ini!

[Misi Bertemu] : 8.4

Baca ini serasa lagi nyetir, terus tiba-tiba ada mobil lain yang mendadak berhenti di depan sehingga mau enggak mau harus langsung injak rem sekuat tenaga. Di awalnya sudah bagus karena mengisahkan tentang kakak adik yang mau ketemu diam-diam. Tapi, bagian akhirnya membuatku kaget dan itu justru malah menjadi nilai minus dariku. Kupikir setelah itu mereka berdua bakalan saling menguatkan dan comeback ke tempat masing-masing dengan jiwa yang lebih kuat. Sayangnya, mereka malah... yah anu. Selain itu, di sini juga ada beberapa bagian yang typo. But, selebihnya sudah bagus dan enak dibaca. Thanks sudah menuliskan ini!

[Kabar Angin] : 9.4

Akhirnya bener-bener bikin mengbaper. Aih, rasanya pengen punya saudara macam si Cinder. Aku paling suka diksi pada bagian pembukaan cerita. Selebihnya, aku bener-bener enggak ada masalah. This is really good story, cuman ya masa' si Cinder udah capek-capek beliin lu perhiasan tapi malah dilempar di depan mukanya wkwk. Anginnya juga bikin panik aja, aku juga ikut panik karenanya.

Btw thanks sudah menuliskan cerita ini!

[Another Nightmare] : 9.0

This is a great story. Endingnya bener-bener nyesek, kupikir si kakak enggak jadi dokter kayak yang di drakornya Song Joong Ki sama Song Hye Kyo itu. Tapi, ternyata dia tetep aja pergi ke medan perang buat jadi dokter mumpung adeknya koma (setidaknya itu yang kutangkep dari ceritanya). Soalnya kalau adeknya cepet sadar, pasti si kakak udah dihalang-halangin. Mana si kakak meninggal pula huhu, sedih :"(

Penulisannya bagus, bagian pembukanya bener-bener yang aku suka karena diksinya. Good job! Terima kasih sudah menuliskan ini :)

[Keinginan Terakhir] : 8.7

Dari segi penulisan, bagus. Seru juga buat dibaca, ngebayangin gimana si Melly kangen sama kakaknya dan pengen mereka berdua main seharian. You did a good job! Cuman, sayangnya, aku bisa dengan cepat menebak akhirnya di pertengahan. So, aku enggak kaget pas si Ibu bilang Melly sebenernya udah meninggal. Aku sering nemuin cerita dengan pola kayak gini, cuman aku lupa judul-judulnya. Sayang sebenernya, kalau ternyata si Aku yang jadi hantunya, mungkin aku bakalan lebih tertarik wkwk. Anyway, thanks sudah menuliskan cerita ini!

[Pulang] : 9.8

Saingannya Buldan Sukma nih wkwk. Ayo bersaing yang sehat wahai dua cerpen favoritku.

Penggambaran latar oke, diksi, pembukaan yang apik, membuatku speechless. Saat awal membacanya, aku merasa seperti membaca cerpen luar. Penggambaran situasi di dalam cerita seperti daun bergemeresik, decit kayu dari kaki meja yang menggores lantai dengan cepat, dengan metafora atau pengibaratan itu bener-bener favoritku. Like.. apa ya? Kayak membandingkan dua peristiwa yang berbeda, tapi memiliki feel yang sama. Wkwk lupakan.

Walaupun ada kosakata Jawa di sini, tapi masih tetap bisa dimengerti tanpa harus google translate. This is great! Layak buat saingan sama cerita-cerita bagus lainnya di sini. Thank you sudah menuliskan cerita ini :)

[Yang Tak Kasat Mata] : 8.5

Sebenernya ini bagus, aku suka pembukaannya. Apalagi di awal ditambahkan semacam quotes atau kata-kata mutiara yang menggambarkan inti dari cerita ini. Cuman, semakin digulir ke bawah, aku merasa semakin aneh dengan alurnya. Rupanya, ada bagian yang tidak konsisten, yang sempet aku tanyain juga di kolom komentar. Tapi, semoga saja ini karena akunya yang kurang fokus. Cuman jujurly (astaga jujurly hahaha) kurasa semakin ke bawah eksekusinya semakin diburu-buru. Aku masih belum paham motivasi Ivan buat ngelukain si adik. KDRT? Sepertinya iya, karena Ivan marah harus nikah sama adiknya (padahal itu maunya dia).

Btw, mulai dari kata 'untunglah' sampai 'menikah' kurasa membuat si kakak menceritakan kasus pemerkosaan adiknya dengan begitu datar. Akan lebih baik si kakak dikasih emosi dikit agar pembaca bisa bersimpati padanya. Seperti, "Untung saja laki-laki sialan itu mau bertanggung jawab, dan tentu saja dia harus bertanggung jawab. Dia bertanggung jawab dengan menikahi adikku walau adikku tak suka padanya..." jujurly, aku ngerasa datar padahal ini lagi ngomongin adiknya yang diperkosa orang. Tapi, selebihnya dari segi penulisan, rapi dan enak dibaca apalagi pas bagian awal. Thanks sudah menuliskan ini!

[That Night] : 8.7

Setelah baca dua kali, finally I get it. Ternyata, si Fadil ngelakuin kejahatan ke keluarganya buat mancing si Farel pulang. Psychopath behavior (aku suka Yandere). Atau mungkin, si Fadil sengaja bunuh diri biar si Farel yang dituduh membunuh. Secara penulisan, diksi, alur, tertata dengan rapi. Hanya saja di bagian akhir, aku merasa seperti diburu-buru. Cuman entahlah, mungkin perasaanku saja?

Anyway, terima kasih sudah menuliskan ini!

[Banyu Sagara] : 9.7

Dari ceritamu, aku belajar. Enggak perlu konflik yang berat untuk membuat sebuah masterpiece. Cukup menulis cerita sederhana semacam ini, hatiku udah tersentuh dan terpana akan sifatnya Mas Banyu yang penyayang keluarga. Ceritanya terasa hidup, dan terasa nyata. Like, beginilah keluarga mereka. Mas Banyu mengingatkanku pada ayahku yang juga harus membayar uang kuliah adik-adiknya, menggantikan peran orang tua. Thank you sudah menuliskan cerita ini!

[Surat Wasiat Darurat] : 8.7

Penulisannya bagus, dan emosi tokohnya bener-bener dapet. Cuman, aku belum nemu alasan kenapa si kakak dan adik terpisah. Yang kutangkap, mungkin karena si kakak sibuk jadi CEO. Si adik main genshin impact. Terus, yang jadi nilai minus dariku (padahal sebenernya nilai cerita ini bisa di atas 90-an kalau enggak ada minusnya) adalah, dia masih sekolah (karena pas diculik dia pakai seragam sekolah) tapi kenapa berani cat rambut warna biru muda macam Kuroko? Menurutku itu tidak masuk akal, kecuali kalau diceritakan dia bersekolah di Isekai. Atau sekolah model. Atau sekolah buat jadi Idol. Walaupun cerpen bisa dibuat sesuka imajinasi kita, tetapi tetap harus sesuai sama logika pembaca. Jika enggak sesuai, beri penjelasan yang bisa bikin cerita itu pas di logika mereka. Cuman, selebihnya bagus. Seru bacanya, jadi pengen milikin abangnya //plak. Anyway thanks sudah menuliskan cerita ini!

[EZRAREZA] : 9.7

Diksinya mantep, aku suka wkwk. Awalnya, aku ngira penulisnya enggak konsen pas nulis si adik berumur 10 tahun, tapi bilangnya 7 menit lebih muda padahal si kakaknya udah SMA. Ternyata, itu adalah sebuah petunjuk dan aku enggak sadar awokwk. Astaga betapa ppabo-nya diriku. Cerita ini almost perfecto, feelnya juga dapet. Tapi, tetep yang jadi favoritku di sini adalah diksinya. Thank you anyway sudah menuliskan cerita ini!

[OTHERWISE] : 9.8

Dari sekian banyak cerita fantasi atau isekai-isekaian di ipen ini, cerita ini adalah cerita fantasi yang paling aku suka. Girl/Boy, imajinasimu itu lho. Saat membacanya, aku seperti membaca cerita fantasi anak-anak terjemahan. Then, yang menjadi perhatianku adalah, penggunaan dialog tagnya. Sepertinya, penulisnya benar-benar khatam dalam mempelajari dialog tag. Even jujurly aku sebenernya ngerasa kurang belajar tentang dialog tag. Mungkin penulisnya bisa membantuku untuk tidak malas belajar soal dialog tag ini, atau apakah penulisnya adalah yang sering kasih materi kepenulisan di Montaks? Karena feeling-ku mengarah ke seseorang....

Anyway terima kasih sudah menuliskan cerita ini! Semoga bulan depan bisa duduk di kursi julid eh jurig yaa :)

[Story by Rachel] : 9.2

Semakin ke bawah, aku ngerasa cerita di sini semakin bagus. Untuk penulisannya, aku enggak ada masalah sama sekali. This is a great story, dengan diksi yang apik dan enak dibaca. Plot twist-nya dapet, pokoknya aku enggak ada masalah sama sekali. Cuman, awalnya aku enggak paham sama karakter ibunya si aku. Semakin ke akhir, akhirnya aku paham. Apalagi di bagian akhir, dijelasin sejelas-jelasnya mengapa si Ibu bisa begitu dan kenapa si aku ngerasa kalau cerita yang ditulisnya bisa jadi kenyataan di kemudian akhir. Lalu, pemikiran si Rachel di bagian akhir membuatku cukup puas dan berpikir, "pinter juga dia." Anyway thanks sudah menuliskan cerita ini!

[Puncak Gunung] : 9.2

Great story! Aku terkesan dengan pemikiran kolot para tokoh di sana, kecuali Rose dan Liam yang memang masih waras. Seneng juga akhirnya Rose sama Liam bisa bertemu. Penulisannya aku enggak ada masalah, diksinya bagus dan enak dibaca. Girl/Boy, imajinasimu itu lho wkwk. Thank you anyway sudah menuliskan cerita ini, maaf kalau ulasannya pendek :").

----

Sekian penilaian dariku, terima kasih dan selamat untuk yang bulan depan bakalan jadi juri~ tetap semangat semuanya!

Luv, Cherry <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top