12/02/22: Day 12

Tema: Buat cerita dengan kalimat pembuka, "Apakah takdir bisa diubah?"

~~~~~~~~~

Surya POV

"Apakah takdir bisa diubah?" Temanku, Ray menoleh begitu mendengar pertanyaanku.

"Ada angin apa sampe kau jadi melankolis begini?" Bukannya menjawab, Ray malah menyenggol pundakku dengan pundaknya sembari tertawa geli.

"Ah sudahlah, kau memang gak guna." Aku mendecah tidak peduli, menyebalkan sekali responnya.

"Apa ini, apa ini? Apa seorang Surya sedang puber? Hahahaha." Dan bangsatnya, dia malah tertawa terbahak-bahak.

"Diamlah." Sudah suasana hatiku buruk, mendengarnya berbicara begitu membuatku jadi ingin menjahit mulurnya rapat-rapat.

"Aduh, aduh, maaf—hahaha— habisnya tidak pernah aku lihat kau ngedrama begini." Tangannya yang merangkulku, ingin sekali ku lempar jauh-jauh.

"Ngedrama matamu! Sudahlah." Gerutuku, menepis tangannya.

"Haihh, maaf lah. Sini cerita saja, jangan dipendam begitu." Telat sekali ucapannya. Kebiasaannya memang, tertawa dulu baru menolong.

"Traktir aku," ucapku pendek.

"Dih, banyak kali maumu." Ray mengangkat sebelah bibirnya. "Haursnya orang banyak duit macammu yang traktir." Dia malah menggerutu sekarang.

"Ya sudah."

"Haih, iya iya! Jangan macam cewek cepat ngambek gitu lah!" Akhirnya, dia mengalah. Yah, jika begini kan marahku padanya berkurang.

Tidak ingin berlama-lama di trotoar, kami mengunjungi mamang bakso di tepi jalan. Tempat terbaik untuk curhat, menurutku.

"Jadi, ada apa?" Sebelah alis Ray terangkat, matanya memang menatapku tapi tangan dan mulutnya sibuk makan.

"Jadi cowok pertama tuh capek. Ortu berisik banget belakangan ini." Aku menggerutu sembari memainkan bakso-bakso di mangkukku dengan sendok.

"Diomeli lagi soal streamer itu?" Kini Ray menghentikan aktivitas makannya dan sepenuhnya mendengarkanku.

"Ya gitu lah. Dikata enggak guna, ini-itu, bacot banget, mereka di rumah saja jarang. Tau apa mereka?" Ingin rasanya kugebrak meja, tapi pasti menganggu.

"Contoh Si Luna lah, Langit lah. 'lebih dewasa' lah. Cerewet banget." Aku benar-benar tidak tahu lagi. Ingin kukeluarkan semua emosiku sekarang.

Si Ray, dia makan lagi. Tapi aku setidaknya aku tau dia dengerin dengan seksama.

"Susah memang, buat orang lain satu pikiran ama kita-kita. Tapi sodara-sodaramu bantu toh?" Ucapnya di sela-sela mengunyah bakso.

"Enggak tau mereka sama masalah ini. Enggak pernah cerita aku, males cerita-cerita begini ke mereka." Aku menghela napas, kesal dan lelah.

"Haih, ribet amat. Kalau kau cerita ke sodaramu kan mereka bisa bantu ngomong ke ortumu kali?" Ray malah mengomel dengan mulut yang membulat karena bakso.

"Udahlah. Males aku, biarin aja lah." Aku mendecah dan mulai memakan baksoku.

"Dih, labil memang." Gerutu Ray lantas kembali makan.

Mau cerita pun, harus bagaimana? Aku sudah terlanjur begini.

.

.



12/02/2022
Author's Note

Daann masalah Surya pun akhirnya muncull!!!

Mungkin (kalau temanya cocok) aku bisa masuk konfliknyaaa yeaay!!!

Beruntung banget temanya bisa cocok hari inii hwhwhw.

Semoga besok pun juga cocok!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top