10/02/22: Day 10
Tema: Buat tulisan dengan tema "10 hal yang membuatmu bahagia"
~~~~~~~
Luna POV
"Kak Luna, mau bertaruh?" Langit menawarkan dengan wajah yang serius sekali, genggaman pada raketnya juga terlihat kuat. Kali ini, pertandingan badminton diadakan lagi, sebenarnya hanya untuk menentukan siapa yang bisa mengundang temannya datang di hari minggu ini.
"Apa?" Sepertinya mendengar dulu taruhannya bukan sesuatu yang buruk. Baru kali ini Langit begitu terlihat menginginkan sesuatu dariku.
"Yang kalah, kabulkan 1 permintaan yang menang." Sambung Bintang.
"Katakan dulu apa permintaanmu." Kini aku merubah posisiku menjadi santai yang tadinya bersiap melempar bola badminton.
"Gitar, besok aku ingin gitarku sendiri." Aku benar-benar terdiam begitu mendengar apa yang diingankannya. Itu bukan barang yang bisa dibeli begitu saja oleh pelajar!
"Kenapa tidak minta ke Mama atau Papa saja sih?" Mungkin jawabanku kini terdengar jengkel, tapi biarlah toh memang permintaannya di kira-kira.
"Aku tidak mau. Deal tidak?" Wah, anak itu sepertinya ingin sekali gitar sampai tidak sabar begini. Aku menghela napas pelan, saatnya katakan selamat tinggal pada tabunganku.
"Series full Harry Potter. Itu yang kumau." Aku menatapnya balik, yah aku memang menginginkan series itu dari dulu sih. Mungkin ini kesempatan.
"Dan, mari persingkat waktu main. Siapa pun yang mendapat skor pertama dia menang." Sambungku.
Jujur aku pun tidak yakin bisa mendapat skor pertama, tapi aku ingin membuat permainan lebih menyenangkan dan mempertaruhkan semuanya di lemparan pertama.
"Oke. Deal." Langit menjawab pendek.
"Baiklah, kumulai ya. Kali ini aku serius." Aku memasang kuda-kuda mantap, dan mulai melemparkan bola badminton.
Kugenggam erat raketku, mengambip ancang yang cukup dan—
Dash!
Pukulan itu kupastikan tidak terlalu kuat atau pelan namun bola badminton itu melesat cukup kencang menuju sisi kanan lapangan.
Tak!
Seperti yang diduga, Langit bisa menerimanya dengan mudah. Aku bersiap untuk berlari ke arah mana pun lapangan.
Karena aturan yang bebas, Langit suka sekali memukulkan bola badminton sembarang arah. Tapi menilik posisiku yang agak ke depan, sepertinya dia akan melempar ke belakang.
Begitu bola badminton dipukul balik oleh Langit, bola terpental tinggi. Aku tersenyum lantas berjalan ke belakang dengan santai.
Aku tau jurusnya yang ini, entah apa yang dilakukannya, bola badminton terus melambung sampai arah tertentu dan tiba-tiba jatuh begitu saja. Jadi yang perlu kulakukan hanya mengikuti arah bola badminton ini.
Kupukul balik bola itu ringan. Aku ingin melihat, sejauh mana bola badminton ini melambung di tangan aku dan Langit.
TAK!
Bola itu langsung melesat cepat ke arah depan, aku berlari secepat mungkin dan menyelamatkan bola badminton tersebut. Sepertinya Langit tidak menginginkan permainan yang santai.
Aku memukul bola itu rendah namun cepat, membidik sudut kiri lapangan. Seharusnya Langit kesulitan mengejarnya karena posisinya lumayan jauh.
TAK!
Wah, ternyata tidak! Sejak kapan dia jadi secepat itu? Dan kini bahkan aku sangat tidak diuntungkan! Bola badmintonnya melesat ke belakang dengan cepat dan—
Tuk.
Bola badminton itu menyentuh tanah.
"Haha." Aku tertawa miris, seharusnya kukejar sekuat tenaga, tadi itu nyaris sekali!
"Selamat Langit, kau akan menipiskan isi tabunganku." Aku berbalik, tersenyum padanya.
Langit balas tersenyum. Tentunya senyumannya beda denganku, dia terlihat gembira sekali, bahkan giginya pun terlihat.
Anehnya, aku terkekeh melihat ekspresinya, ikut senang. Yah, aku sudah lama tidak melihat dia tersenyum selebar itu.
Mungkin tidak apa sekali-kali mengorbankan tabunganku untuknya kali ini.
Aku menepi dari lapangan, bersiap pulang.
"Sungguh tak apa, tabunganmu itu kan—"
"Tidak apa. Kamu lihat selebar apa dia tersenyum? Sudah lama sekali aku melihatnya sebahagia itu. Tabunganku tidak ada apa-apanya dibanding dirinya." Aku memotong ucapan Surya lantas duduk di tepi lapangan.
"Maksudmu, kamu bahagia melihatnya senang?" Surya terkekeh, sepertinya dia mengejek.
"Entahlah." Ah, kini aku benar-benar ingin meninjunya, bisa-bisanya dia menghina perasaanku.
"Kupikir kamu bukan tipe seperti itu, haha." Wah, anak ini benar-benar cari mati, dia bahkan duduk di sampingku sekarang. Apa kutinju saja?
"Jahat sekali, kamu mengenalku selama 16 tahun dan kamu tidak tau apa yang membuatku bahagia?" Aku mengangkat sebelah alisku, menatapnya.
"Tidak dong." Surya mengangkat bahu.
"Kalau begitu sebutkan 10." Aku tersenyum menantangnya. Dapat kupastikan dia tidak akan mencapai hingga sepuluh. Yah, maksudku ini Surya, seseorang yang mengabaikan hal seperti ini.
"Euh..." Haha lihat, dia benar-benar berpikir keras.
"Rumah bersih, cerita masa lalu, belajar, ketenangan, badminton, memasak, membaca buku...." Surya menjeda begitu lama. Dia benar-benar tidak tahu rupanya, padahal aku sudah berharap tadi.
"Hahhh kamu ini, kamu bahkan sedikit keliru dalan beberapa hal. Aku tidak menjadikan membaca buku, belajar sebagai kesukaan. Aku hanya tidak suka menghabiskan waktu, aku melakukannya karena aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selain itu." Jelasku sembari meraih air minumku
"Apalagi memasak, aku melakukannya hanya agar kita makan tahu?" Sambungku, menatapnya dengan ekor mataku sebelum meneguk dari botol minum.
"Lalu badminton, aku melakukannya hanya dengan kalian, kau tahu? Aku tidak melakukannya di sekolah. Aku hanya suka menghabiskan waktu dengan kalian seperti ini. Entah itu nonton bersama, bermain bersama atau sekadar berbincang." Aku melanjutkan setelah selesai minum.
"Lalu apa 10 hal itu?" Surya memandangku dengan sorot mata kekalahan. Seharusnya aku yang kesal padanya karena tidak mengenalku dengan baik.
"Kalau dihitung dengan hal-hal remeh. Rumah bersih, produktif, kalian percaya padaku, menghabiskan waktu dengan kalian, bermain dengan temanku juga, mempelejari sejarah, jalan-jalan kurasa, hal-hal yang imut, mendengar cerita dan tidur tepat waktu? Belakangan ini jam tidurku berantakan sekali." Aku menyebutkannya sembari menghitung dengan jari-jariku. Sepertinya sudah sepuluh.
"Terserahlah, aku tidak begitu peduli juga." Surya berkata demikian dan pergi. Dia pergi begitu saja! Wah, kurang ajar sekali.
Aku memposisikan botol ku dan meleparkannya ke kepala Surya, "Dasar menyebalkan!"
.
.
10/02/2022
Author's Note
Aku bingung harus cerita tentang apa... dan cuma berakhir bincang-bincang dengan Luna dan Surya...
Yah setidaknya temanya dapet deh haha.
Ya udah aku juga gak mau curhat jadi udah gini aja Author's Note nyaa!
Sampai ketemu besok!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top