Siapa Yang Terbaik [1]
Penelope melebarkan gaun berwarna merah mudanya. Seharusnya dia berada di atas mobil balapnya daripada ikut acara makan malam di Kerajaan Disney. Memangnya untuk apa dia menyombongkan gelar putrinya?
Mata bulat Penelope melirik ke kanan-kiri. Di mana pohon-pohon permen masih setia berdiri di sana. Belum ada tanda-tanda balapan akan dimulai. Namun, dia sudah siap-siap melompat dari jendela kamarnya.
"Putri Penelope!" panggil para prajurit kue.
Penelope hanya berbalik sekilas untuk menampilkan senyum dengan jari tengah dan jari telunjuk yang diacungkan. Selanjutnya dia melompat dari ketinggian, lalu menghilang sekejap mata. Tiba-tiba saja tubuhnya sudah berada di atas mobil.
"Mari kita bertanding!" ucap Penelope pada teman-teman di kanan-kirinya.
Seruan Penelope membuat wasit segera menaikkan bendera hitam putih kotak-kotak. Senyum mengembang dan mata hitamnya fokus pada arena balap. Dia tuli sekarang pada para prajurit kue yang terus memanggilnya.
Warna merah berganti kuning, lalu hijau. Penelope segera menancapkan gas dan bergegas pergi ke garis akhir. Di depannya sudah ada tiga mobil balap yang menghadang, tidak memberikan dia kesempatan sedikit pun.
Penelope lalu membelokkan stir, membawa mobil kuenya naik ke sebuah tanjakan yang tinggi. Dia sengaja menancapkan gas sangat tinggi agar mobilnya dapat melambung tinggi di udara. Ketiga pengemudi itu menganga lebar bahkan menghentikan kegiatannya.
Penelope sampai di garis akhir dan dia langsung berdiri di atas mobilnya. "Ya, aku menang lagi!"
Dia melompat tetapi tidak lagi turun ke bawah. Segera dia melihat siapa yang tengah memegang kerah bajunya; yang membuat napasnya sesak. Penelope segera menggembungkan pipinya.
"Kau tidak seharusnya di sini, Ralph," ujar Penelope, "pergi ke konter mainanmu dan jangan ganggu aku."
"Wow, kamu marah? Aku ke mari karena para Kue itu memintaku untuk menangkapmu, Penelope. Bukan begitu, Fixit?" ucap seorang laki-laki bertubuh sepuluh kali lipat darinya.
Penelope mencoba memukul laki-laki itu tetapi tidak terasa. Akhirnya dia memilih untung menghilang dan muncul di atas kepala Ralph. Dia tetap menyilangkan tangan di depan dada dan mengembungkan pipi.
"Ya ... jadi, Putri Penelope, kami akan mengantarmu ke Kerajaan Disney," ucap laki-laki yang seukuran dengannya. Laki-laki itu setia dengan baju bengkel dan palu emas.
"Nah, sekarang mari kita pergi," ucap Ralph yang lalu melangkahkan kaki.
Kaki besar Ralph memang diterima oleh warga Candy, tetapi masih ada yang risih karena tiap kali laki-laki datang pasti ada barang yang rusak. Seperti saat ini, kakinya menginjak mobil salah satu peserta.
"Oh tidak, terjadi lagi," ucap Ralph.
"Akan segera aku perbaiki!" Fixit mengambil palu emasnya. Dengan satu ketuk mobil kue pun kembali menjadi bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Ralph hanya bisa cemberut. Penelope yang iseng pun mengambil salah satu ranting dari pohon permen. Dia dengan sengaja memasukkannya ke dalam mulut laki-laki besar tersebut.
"Makanlah, Ralph. Sudah, puk puk, kamu enggak perlu kesal gitu. Ralph si penghancur bukan gelar yang buruk kok," ucap Penelope sambil menepuk kepala Ralph pelan.
"Ya, ya, ya, terserah."
Ralph dan Fixit melanjutkan perjalanan mereka ke sebuah bukit yang membatasi dunia game. Mereka akan dijemput oleh kereta super cepat. Penelope sendiri berbaring di atas Ralph sambil melihat ke langit-langit. Di mana awan menunjukkan gambar permen.
Dunianya sangat manis, semanis permen yang tersebar di berbagai tempat. Bahkan kerajaannya pun terbuat dari berbagai makanan. Mulai dari kue panggang, roti, astor dan tentu saja permen. Mencerminkan permainan gadis sekali tetapi dengan nuansa game balapan.
Tiba-tiba penglihatannya menjadi gelap. Penelope mulai membenahi posisinya. Tidak lupa dia merapikan Tiara di atas Durai hitamnya.
"Ralph, apa perlu aku ke Kerajaan Disney? Aku malas ... semua putri punya pasangannya, tapi aku?" gerutu Penelope.
Suara bising antara besi yang bergesekan dengan besi lainnya membuat Penelope semakin menunggu. Laki-laki raksasa itu menurunkan tubuh Penelope dari atasnya. Dia lalu menguap.
"Bawa saja Fixit denganmu, Penelope. Kamu jadi punya pasangan, kan?" usul Ralph.
Kedua orang tersebut langsung berteriak tepat di telinganya. "Hey!"
"Apa salahku? Kenapa kalian berteriak di telingaku hah?!" balas Ralph yang hampir saja menepis wajah Fixit tetapi dia mencoba mengingat keadaan mereka. "Penelope butuh pasangan, wajar jika aku menunjukku, kan?"
"Begini, Ralph, aku sudah punya istri," ucap Fixit tegas.
"Dan aku tidak mau ditemani tukang bengkel seharian! Aku maunya dengan ...." Penelope tiba-tiba menghentikan ucapannya, dia menatap mata besar raksasa tersebut. "Kamu menyebalkan Ralph."
Ralph hanya bisa geleng-geleng. Sepanjang perjalanan mereka tidak saling berbicara. Hening pun menghampiri karena satu per satu penumpang mulai turun di arena game yang dituju mereka. Di gerbong delapan, Fixit akhirnya turun dan bermesraan dengan gadis berambut pirang.
Ralph jadi benar-benar sendirian---Penelope tidak bisa dihitung. Perhentian Disney adalah jalur paling terakhir. Dia melihat ke samping dan Penelope masih setia menggembungkan pipinya.
"Ayolah! Kita sudah sampai, Penelope," ujar Ralph, "pergi!"
"Kamu itu pengusir atau ikut denganku sih?" gerutu Penelope seraya memutar matanya.
Ralph geleng-geleng. Dia mendorong tubuh kecil Penelope untuk keluar dari kereta. Dia tidak memedulikan rengekan gadis itu sekarang.
"Aku masih banyak urusan!" Mulut Penelope menganga lebar ketika tangan Ralph kembali ke dalam kereta. Laki-laki raksasa yang tengah tersenyum itu pun hanya melambai-lambaikan tangannya.
"RALPH!!!" teriak Penelope. Dia lalu memajukan bibirnya beberapa sentimeter, mungkin cocok jika disandingkan dengan Paman Donald Duck sekarang.
Kerajaan Disney dipenuhi banyak orang dari berbagai tempat untuk menghadiri pesta ulang tahun. Bagaimana bisa Ralph memiliki urusan? Biasanya saja laki-laki raksasa itu bersembunyi di bawah batu sambil menunggu siang hari.
Penelope berbalik dari jalur kereta, dia berjalan maju ke arah kerajaan. Mengabaikan para pengawal yang menawarkan tumpangan. Penelope bukan putri manja. Dia memilih untuk menggunakan kekuatannya dan berpindah-pindah tempat sekaligus mengagetkan orang-orang.
Dia menggunakan kekuatannya sekali lagi tetapi tiba-tiba air yang besar menghantam tubuhnya dan membuat Penelope basah kuyup. Mata hitam bulatnya segera melihat pada pelaku. Gadis tinggi dengan baju sederhana.
"Ah, maafkan aku gadis kecil," ucap gadis tersebut pada Penelope.
"Bajuku basah." Penelope hanya bisa protes tetapi gadis itu hanya menggaruk bagian kepala belakangnya saja.
"Aku tidak membawa baju, mungkin teman-temanku yang tinggal di sini memiliki baju seukuran denganmu," ucap gadis tersebut.
Penelope mengangguk. Dia menatap lekat-lekat rambut cokelat ikat gadis itu. Seperti orang pedalaman yang tidak terawat saja. Bahkan Bibi Pochahontas pun masih suka merawat diri.
---------
Cerita ini didedikasikan untuk ujian pertama WATN. Dan jurusan yang sama ambil adalah Lamborghini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top