Lintas Kamar Dan Kelulusan

Warning typo bertebaran dan tulisan masih berantakan harap maklum karena ngetik mode kesurupan :v

"Pak besok jadi jenguk Najwa kah?" tanyaku kepada bapak di seberang telepon.

"In syaa Allah, kenapa memangnya? " tanya bapak.

"Besokkan pindahan kamar, kalau bapak jadi jenguk, ada yang bantuin Najwa angkat barang-barang," jelasku.

"Oh, iya in syaa Allah besok bapak jadi ke sana. Ya sudah disiapkan aja dulu biar besok enak," ujar bapak.

"Iya, Assalamualaikum."

Pindah kamar adalah tradisi yang selalu dilaksanakan setiap pergantian kelas. Tahun lalu aku kembali sekamar dengan Zahra, Ayra, dan Rina.

Tak tahu besok apakah akan sekamar lagi dengan mereka atau dengan teman yang lain.

Tujuan dilakukan sistem pindah kamar ini untuk membuat para santri dapat akrab dengan teman lainnya. Terkadang ada pula kamar yang isinya berbeda kelas seperti kelas 3 wustho dan 3 ulya yang digabung. Ini agar saling mengenal dengan kakak kelas lainnya.

Tak terasa hampir tiga tahun aku belajar di pesantren ini. Yang dulunya aku khawatir tidak bisa nonton televisi. Yang khawatir aku tidak betah dan takut kangen rumah. Sekarang telah terbiasa, yang awalnya makan dengan terong sambel sangat menakutkan sekarang malah jadi makanan favorit.

Banyak hal telah kulalui, bermacam-macam hukuman sudah pernah aku rasakan kecuali hukuman karena pacaran dan hukuman berat lainnya.

Menyaksikan banyak hal yang mungkin akan kurindukan suatu saat nanti.

Dan karena aku telah naik ke kelas tiga wustho, aku mendapatkan kamar yang bercampur dengan kakak kelas 3 ulya.

Dari daftar nama yang kubaca ada sebagian yang tidak terlalu dekat denganku, tapi sepertinya aku cukup senang karena sekamar dengan sarah.
Walau kami jarang bersapa tetapi sarah adalah gadis periang yang baik sekali.

Mungkin ini kesempatan untuk lebih dekat dengannya.
***
Aku berkenalan dengan Sarah dan Rahma. Pertemanan yang menyenangkan karena aku merasa sifat kita cocok saling melengkapi.

Sarah yang kelewat hyperaktif dan sedikit centil sedangkan Rahma tipe pendiam di depan namun cerewet apabila kenal serta diriku si sensitif.

"Najwa, cepatin aku nanti gak bisa lihat rombongan Akhi Hafidz."

Sambil menarik-nariku untuk cepat berjalan ia terus saja mengoceh.
Sedangkan Rahma hanya melihat Sarah dengan pandangan seperti sudah biasa terjadi. Rahma terkadang suka nyeletuk "Sudah-sudah Sar, zina mata terus."

Kalau sudah begitu biasanya Sarah langsung bungkam dan tidak lagi mengoceh pertanda ia kesal. Dan sebagai penengah aku mencari topik obrolan lain semisal tentang rekreasi atau khataman untuk akhir tahun belajar kami di sini.

Bahkan sangking dekatnya kami apabila salah satu dijenguk kami akan naik bertiga sehingga orangtua kami sudah saling mengenal satu sama lain.

Sarah sendiri berasal dari ibukota Samarinda sedangkan Rahma dari kecematan yang masih dekat dengan Samarinda.

Sedangkan aku berasal dari desa yang lumayan jauh dari pondok pesantrenku.

"Ayo naik," ajak Sarah.
"Ngapain?" tanyaku dan Rahma barengan.

"Aku dijenguk sama mamakku, ayo naik bareng aku," jelasnya.

Aku dan Rahma bersiap-siap untuk ikut bersama Sarah.

Terkadang aku malu ketika kami berjalan bertiga bersamaan karena di antara mereka akulah yang paling pendek dan Rahma yang paling tinggi.

Ritual hari minggu ketika tidak dijenguk. Izin pergi ke luar gerbang apabila ada jatah untuk ke luar, beli jajan atau kebutuhan, yang terakhir tidur dan menonton televisi.

Berbeda jika dijenguk, bahkan setiap menitnya terasa menyenangkan, melepas rindu, makan bersama, dan lain-lain.

-*-

Rekreasi selalu diadakan ketika santri telah selesai melaksanakan ujian. Dan destinasi yang akan kita kunjungi adalah Pantai Manggar yang berada di Balikpapan.

Malam sebelum rekreasi, para santri sibuk menyusun segala sesuatu yang ingin dibawa. Mulai dari pakaian, alat mandi, sampai bekal perjalanan.
Begitu pula yang sedang aku, Sarah, dan Rahma lakukan.

"Yuhuu ke pantai," ujar Sarah ceria.
"Duh, yang lagi senang," balasku.
"Biasa itu Naj, kan di pantai bisa cuci mata. Kayak gak tahu Sarah aja," timpal Rahma telak.

Sarah mulai cemberut, mereka memang sangat bertolak belakang. Seperti Sarah pertanyaan sedang Rahma jawabannya. Kalau Najwa jelas petunjuk pengerjaannya.

"Udah gak usah kelahi, cepet beresin itu yang mau di bawa besok," ujarku menengahi.

"Siap Bos! " teriak mereka serempak.
- *-
Pagi sekali tepatnya setelah salat Subuh seluruh santri berkumpul di depan gerbang untuk dibagi ke dalam bus yang sudah di sewa pihak pondok pesantren.

Tentunya ustaz-ustazah serta petinggi yayasan pun ikut berlibur bersama kami.
Perjalanan menuju pantai berlangsung selama kurang lebih empat jam. Yang diisi dengan musik-musik yang disediakan om supir.
Ada yang makan dan minum bekal yang dibawa dan ada yang memilih tidur.

Aku duduk di sebelah Sarah, sedangkan Rahma di sebelah Aisyah. Sedikit khawatir karena kulihat Sarah mabuk kendaraan. Untung saja aku tak terpengaruh ketika ia muntah.

Karena aku sudah biasa menaiki kendaraan seperti bus atau mobil taksi.

Ketika Sarah mabuk aku memberi kantong plastik, tissu, dan minyak angin. Aku katakan padanya untuk terus memakan permen agar tidak mual.

Sesampainya di pantai kami diberi waktu hingga pukul tiga sore, tetapi saat salat dhuhur kami harus berkumpul untuk menunaikan ibadah dahulu.

"Ke mana dulu nih?" tanyaku.
" Main banana boat yuk!" ajak Sarah.
Aku dan Rahma setuju saja dan mengikuti Sarah untuk membayar banana boat yang mau kita gunakan itu.

Sensasi bermain yang seru, dan menegangkan karena di akhir kami dijatuhkan ke air.
Sangat menyenangkan berlibur di sini.

Oh ya, karena rekreasi seluruh angkatan ini tetap dipisah antara yang putra dan putri. Kami diturunkan di bagian pantai yang berlawanan, bertujuan agar tidak ada yang mencari kesempatan untuk berduaan.

"Ke mana lagi nih?" tanya Rahma.
"Sewa ban itu aja kita mengapung di atasnya," ujar Sarah lagi-lagi sebagai penyumbang ide.
"Oke," ujarku setuju.

Puas mengapung kami mencari kegiatan lain seperti mengubur Sarah dengan pasir. Dan setelah puas kami memutuskan untuk membersihkan diri. Dan bersiap berkumpul untuk salat dhuhur.
..
..
..
Setelah melaksanakan salat, kami memutuskan untuk mencari cemilan dulu sebelum makan siang bersama.
"Pokoknya beli es, aku haus banget dari tadi minum air laut, " ujar Sarah.

" Kirain kamu kebanyakan minum liur dari tadi melotot lihat laki-laki di seberang sana," balas Rahma lagi.

Sebelum terjadi perang dunia, aku terlebih dahulu memotong momen mereka berdua.

"Itu di sana ada es doger kayaknya enak tuh," ujarku menarik tangan mereka berdua.

Sarah tidak jadi cemberut, binar matanya tampak cerah dan senyum merekah kala keinginannya didapatkan.

Selepas membeli es doger kami membeli pentol bakar dan cemilan lainnya.

Setelah puas berkeliling membeli berbagai makanan cemilan, kami kembali ke tempat berkumpul untuk makan siang yang telah disediakan dari pihak ponpes.

Sungguh hari yang menyenangkan, ke luar dari lingkungan ponpes selama seharian.

Setelah makan kami berjalan-jalan sebentar sambil melihat pernak-pernik yang dijual di pinggir pantai.

Sesuai dengan kesepakatan kami kembali ke bus pukul 3 sore dan mampir ke pesantren terdekat untuk ikut salat ashar berjama'ah.

***

Luas sekali wilayah pesantren yang kami kunjungi. Dari gerbang depan ke pemukiman mungkin berjarak satu kilo meter menuju masjid putra.

Silaturahmi ke tempat kyai ponpes tersebut, lalu ketika pulang kami dibekali roti buatan santri ponpes Balikpapan ini.

Sesampainya Samarinda waktu sudah menunjukkan isya, sehingga kami menqodho' salat magrib di masjid besar Islamic Center Samarinda.

Karena sudah malam kami makan di Tepian Samarinda dengan menikmati pemandangan malam di kota ini.
***
Setelah rekreasi ada namanya khatam Al-Qur'an di rumah santri yang meminta.
Setelah itu kami sibuk persiapan untuk perpisahan sekolah dan pondok.

**-
Kelulusan santri sudah dekat, setelah melewati berbagai ujian mulai dari materi hingga praktik dan yang terakhir setoran nadhom kitab imriti yang nantinya akan dipakai untuk penampilan di muada'ah.

Muada'ah  merupakan perpisahan pondok yang acaranya ada pelantikan PSP baru serta penampilan terakhir untuk calon wisudawan dan wisudawati Ponpes An-Nur.

Penampilan berupa membawakan nadhom sesuai dengan kelompok yang dibagi dengan nada yang berbeda-beda

Dan sebelumnya kami telah memesan baju yang akan digunakan untuk penampilan muada'ah. Baju angkatan ini biasa dibuat untuk sebelum kelulusan seperti ini.

Kami memilih kain batik biru dengan model yang telah disetujui para santri.

Hari H berlangsung. Kami yang telah latihan pun menunggu giliran untuk penampilan masing-masing. Selesai penampilan barulah pelantikan ketua dan wakil ketua PSP baik putra maupun putri.

Acara utama yaitu wisuda dengan pemberian kalung wisuda dan ijazah santri.

Lalu bersalaman dengan ustazah bagi yang putri dan bersalaman dengan ustaz bagi yang putra.

Setelah itu ada sedikit nasihat dari pak Kyai untuk kami para santri yang telah lulus. Lalu dilanjutkan dengan hiburan berupa shalawat yang dibawakan oleh grup shalawat putra.

Dua hari setelah muada'ah sekolah mengadakan haflah takhtim atau kelulusan sekolah. Selama dua hari kami dilatih paduan suara dan berjalan ketika mengambil raport dan dibelikan kalung wisuda.

Selesai haflah takhtim kami dinyatakan lulus dan sudah boleh pulang ke rumah masing-masing.

Berfoto dengan teman-teman yang tidak melanjutkan sekolah di ponpes lagi. Berpelukan dan saling meminta maaf. Hari itu adalah hari yang mengharukan setelah tiga tahun kami bersama, saat suka dan duka.

Dari Abud Darda' radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun 
memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top