Cobaan

Warning typo bertebaran dan tulisan masih berantakan harap maklum :v

 مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]


Setiap mahluk yang diciptakan tak akan selalu dalam keadaan baik. Bersama dengan waktu perubahan pasti terjadi.

Dan yang terjadi padaku di dekat semester ganjil kelas dua ulya ini adalah diberikannya oleh Allah penyakit untuk menggugurkan dosaku.

Inintelah terjadi sejak kelas satu kemarin, bolak-balik aku sakit di bagian yang sama sampai suatu hari seorang dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa aku terkena penyakit usus buntu.

Di mana di dalam usus tersebut terjadi pembusukan yang mengakibatkan sakit yang tak karuan.

Aku menahannya meski tahu, dan ketika aku memberi tahu ibu dan bapak. Aku diajak terapi herbal dengan pemijatan kaki.

Lama menjalani hal tersebut tetapi sakit tak kunjung sembuh. Hingga suatu hari aku merasakan mati rasa di bagian perut hingga kaki, sehingga aku digotong oleh teman-teman untuk dibawa ke kamar.

Pengasuhan dan ustazah sibuk menelepon orangtua tentang keadaanku yang memburuk.

Hingga pada akhirnya ibu memutuskan untuk membawaku ke rumah sakit untuk periksa lebih lanjut.

Berkali-kali tetapi hanya antibiotik dan anti nyeri yang diberi.

Ibuku kesal dengan pelayanan rumah sakit tersebut dan membawaku kembali ke pondok. Dan mengatakan ke pada pengasuhan jika aku tak kunjung baik. Untuk menelponkan ibuku.

Aku tahu ibu pasti lelah, mengurusku yang sedang sakit seperti ini. Aku sangat merasakan kasih sayang seorang ibu yang nyata. Membuatku bertekad tidak akan mengecewakannya lagi.

Maka aku mencoba untuk menahannya tetapi sudah tak mampu bahkan aku tak bisa memakan makanan karena pencernaan ikut mengalami kesakitan.

Dan ketika ibuku datang ibu menyuruhku bersiap karena ibu membawaku ke sebuah rumah sakit swasta untuk meminta operasi agar penderitaanku berkurang.

Ibu membawaku ke UGD dan menjalani pemeriksaan awal.

"Gimana ini sus? Anak saya dioperasi atau tidak?" tanya ibu.

"Menurut dokter yang memeriksa tadi, anak ibu akan dioperasi jam 2 siang nanti," jawab Suster sambil mengantarkan aku ke bangsal yang sudah diatur.

Setelah berbaring ditempat tidur. Suster memasangiku dengan infus. Karena pertama kali aku amat ketakukan tetapi semua sirna karen pemasangan tidak membutuhkan waktu lama.

"Adik jangan makan apa pun karena orang yang akan dioperasi harus puasa sebelum di operasi, " jelas suster tersebut.

Aku belum makan dari sebelumnya, dikarenakan sayur dan lauknya pedas. Jadi, sama saja aku berpuasa sejak pagi.

"Bu kira-kira aku gak bakal kenapa-napakan dioperasi?"  tanyaku sedikit takut.

"In syaa Allah nggak. Berdoa makanya karena Allah yang memberikan kesembuhan untuk kamu," jawab ibu.

Setelah dinyatakan aku akan dioperasi, ibu sibuk menjawab telepon yang masuk. Sehingga ibuku keluar dengan leluasa.

Tak henti-henti aku menyebut asma Allah,  ketika aku telah dibawa ke ruang tunggu operasi.

"بسم الله الرحمن الرحيم "
Merasakan hawa yang lebih dingin dari bangsalan.

Banyak sekali alat-alat yang tak aku mengerti.

Sampai aku dibawa ke ruang operasi, pertama adalah ada alat seperti tensi tapi lebih besar. Yang akan mengecek setiap beberapa menit.

Ketika dokter bedah telah masuk, aku disuruh duduk untuk suntik bius.

Cukup menakutkan tapi berlalu begitu saja.

Karena badanku mulai mati rasa dan selanjutnya aku tertidur.

Selesai operasi tubuh bagian bawahku masih masi rasa.

"Istirahat ya ibu mau makan dulu," ucap ibu sebelum meninggalkan aku keluar.

Aku tidak diperbolehkan minum sampai buang angin. Dan ternyata setelah 12 jam aku baru bisa buang angin dan minum setelah sangat kehausan.

Selama tiga hari dua malam aku menginap di bangsalan. Dan diperbolehkan pulang setelah berhasil buang air besar, dan  asal tetap kontrol di tanggal yang ditentukan.

Di rumah aku disambut dengan keluarga lainnya seperti kakek, nenek, dan paman, bibi yang sudah menungguku.

Ramai sekali, aku yang masih lemas hanya berbaring saja. Sambil mendengarkan cerita dan nasihat dari kakek dan nenekku.

"Cepet sembuh ya, nduk. Biar cepet kembali ke pondok dan gak banyak ketinggalan pelajaran," ujar kakekku.

"Aamiin."

Selama hampir sebulan hingga jahitanku mengering aku baru kembali ke pondok pesantren.
Tentunya Sarah dan Rahma sangat mengkhawatirkan aku. 

"Alhamdulillah, Syafakillah temanku," ucapnya berdoa.

"Aamiin. "

***
Karena aku kembali seminggu sebelum ujian pondok. Aku mulai menyicil untuk menembel kitab-kitab yang belum dimaknani.

Hasil yang kudapat lebih menurun dari biasanya karena kehadiranku yang sedikit.

Aku hanya bisa berjanji untuk lebih giat lagi setelah benar-benar sehat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka ia akan mendapat pahala hijrah menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diperolehnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka ia mendapatkan hal sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top