Tiga

Karena Gray tak kunjung bergerak Akia baru sadar kalau kedua tangan Gray terisi oleh semua kejutan yang dibawanya.
Akia mengambil botol anggur, Mawar dan kotak cincin dari tangan Gray lalu meletakkan diatas meja make up dibelakangnya.
Akia mengambil cincin dan kembali ingin menangis membaca ukiran dibagian dalam cincin tersebut
G & A together forever

"Sudah berapa lama kau mempersiapkan ini?" bisiknya parau dengan airmata yang meleleh sambil menyerahkan cincin kedalam tapak tangan Gray yang langsung mengepal,mengenggam erat cincin tersebut.
Akia lalu merapat dan menggenggam tangan Gray, membawa ke bibirnya.

"Aku berjanji Gray, aku akan selalu bersamamu. Apapun yang terjadi aku akan terus mencintamu" ucapnya penuh perasaan.

Gray masih terus diam dan hanya terpaku menatap Akia.
Akia jadi malu karena mungkin Gray tidak menyangka kalau ternyata Akia seterus terang ini dengan perasaannya.

"Gray.. Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanyanya mulai gugup.

Gray menggeleng dan menghembuskan napas kuat seperti sedang menghalau beban di dadanya.
"Kau benar-benar membuatku kaget"
Desahnya melepas satu tangan untuk memgusap wajahnya yang masih basah akibat air yang terus mengalir dari rambutnya.
"Aku tak menyangka kau punya perasan sebesar ini padaku" kekehnya parau.

Akia merona.
"Aku.. Aku mungkin sudah jatuh Cinta padamu saat pertama kali kita bertemu. Aku saat itu mencoba membuang perasaanku karena umurku yang lebih tua darimu dan sebetulnya aku juga tidak yakin kau bisa suka pada perempuan biasa-biasa saja sepertimu" urainya terus terang yang berhasil membuat Gray semakin terperangah.

"Tapi sekarang aku lega karena tidak perlu lagi berusaha menahan perasaanku padamu sebab kau ternyata juga punya perasaan yang sama denganku"
Tambahnya malu-malu.

Akia menunduk menatap tangan Gray yang masih terkepal mengenggam cincin.
"Gray.. Apa kau tidak mau memakaikannya padaku?" tanyanya makin merona.

Gray menghela nafas dan membuka genggamannya, terpaku memperhatikan cincin emas putih mengkilap yang berkilauan terkena cahaya lampu.
Perlahan Gray mengambil cincin tersebut lalu tangan satunya menyentuh jemari Akia yang terulur siap dipasang akan cincin.

Sejenak Gray terdiam sebelum menyarungkan cincin ke jari manis Akia.
Akia tertawa gugup.
"Gray.. Aku takkan menjual cincin ini. Apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskannya. Aku lebih baik kehilangan segalanya daripada kehilangan cincin ini"
Janji Akia yang tak berani membalas sorot mata Gray yang menusuk tajam.

Akia kaget saat Gray menarik kuat jarinya dan menyarungkan cincinya terlalu kuat, dia terpekik kaget karena cincin tersebut tidak bisa masuk sampai pangkal jari manisnya, hanya muat sampai dipertengahan ruas paling bawah.

Gray terdiam, begitu juga Akia.
Tak mau sampai Gray malu atau tak enak hati, Akia cepat-cepat bicara.
"Bukan kau yang keliru. Akhir-akhir ini aku memang makan lebih banyak. Boboyku naik berapa kilo, pantas saja cincinnya jadi sempit" dustanya
Desahnya menyesal.
"Kalau begitu untuk sementara sampai beratku turun, aku akan memakainya di kelilingking saja"
Putusnya sambil menukar letak cincin tersebut.
"Nah Begini lebih baik" ucapnya sambil tersenyum meski dalam hatinya Akia kecewa sebab cincin ini lebih seperti cincin persahabatan dibanding cincin pemberian seorang kekasih.

Gray mengangguk pelan.
"Ya.. Begitu juga bisa" katanya.

Akia memperhatikan cincin tersebut untuk sejenak saat merasakan nada kecewa dalam suara Gray.
Mungkin dia harus diet agar cincin ini benar-benar bisa muat di jari manisnya.

"Ah.. Kalau begitu keringkan tubuhmu dan pakai jacket ini dulu Gray.
Untuk yang bawah kau bisa memakai handuk ini dulu.
Sebaiknya kau ganti baju agar Aku bisa memasukannya ke mesin pengering "
Katanya ceria berjalan  keluar membawa bunga dan botol anggur.
"Aku akan siapkan gelasnya. Kita bisa merayakan peresmian hubungan kita"

Gray terus menatap Akia sampai akia keluar dan menutup pintu.
Akia melompat gembira dan menahan sorakan senangnya.
Dia belari kecil ke dapur meletakan anggur di meja dan memasukan bunga ke dalam gelap yang diisi air.
Bunga ini akan terus Akia simpan meski kelak sudah kering kerontang, batinnya.

Akia mengambil dua gelas biasa karena dia tidak punya gelas yang sesuai untuk minum anggur lalu mengeluarkan kue yang tadi siang dia buat dari dalam kulkas.
Rasa vanilla kesukaan Gray, karena saat membuat kue ini Akia memang memikirkan Gray.

Saat mendengar langkah Gray mendekat dia berbalik dan tersenyum mengulurkan tangan meminta baju Gray yang basah sedangkan matanya bersinar senang melihat Gray memakai jacket yang terlihat kekecilan baginya.
Handuk Akia juga jadi kecil dan hanya bisa menutupi lutut keatas.

"duduklah. Tunggu aku akan mengeringkan bajumu dulu" kata Akia meninggalkan Gray yang sudah duduk sebelum Akia selesai bicara.

Sepertinya baju Gray terkena lumpur jadi Akia tidak bisa hanya mengeringkannya.
Akia memeriksa saku kalau-kalau ada barang yang belum Gray keluarkan.
Setelah aman barulah dia memasukan semua ke mesin cuci otomatis dan kembali ke dapur ke tempat Gray menunggu.

Akia tercengang melihat Gray yang sudah minum duluan dan isi botol anggur juga sisa setengah.
Bagaiamana cara Gray minum sebanyak itu?
Atau Akia yang tidak sadar kalau dia kelamaan di ruang cuci?

"Gray.. " panggil Akia saat Gray sepertinya tidak sadar kalau Akia kini berada di dekatnya.

Gray menoleh, matanya sedikit merah begitu juga dengan pipinya yang merona.
"Apa kau minum sebanyak itu dalam waktu sebentar saja?" tanyanya saat Gray kembali menuang anggur dalam gelasnya yang sudah kosong.

Akia menahan gelas saat Gray berniat meminum isinya.
"Gray, aku rasa cukup. Kau takkan bisa pulang jika mabuk berat"
Ucapnya.

Gray tersenyum sedih.
"Apa kau akan mengusirku?" Tanyanya

Akia menggeleng.
"Bukan begitu. Aku hanya berpikir kalau kau mungkin akan pulang"
Jawabnya cepat.

Gray berdiri menjulang di depan Akia.
"Kalau begitu malam ini biarkan aku menginap" pinta Gray menangkup pipi Akia.

Akia menelan ludah.
"Tapi Gray.. " jawabnya mengambang.

"Kenapa..?? " desak Gray.
"Bukankah kau mencintaiku. Jadi apa salahnya malam ini aku memelukmu" rayunya dengan suara rendah.

Akia mencoba mundur tapi Gray langsung merenggut pinggangnya.
"Kalau kau benar-benar mencintaiku maka biarkan aku menyentuhmu. Aku tak ingin tidur sendirian dan kecewa memikirkan malam ini"
Geramnya.

Akia menggeleng.
"Gray.. Aku.. Aku tidak... Maksudku aku tidak punya pengalaman dengan pria.. Kau, kau adalah pria pertama yang kucintai. Tapi.. Aku tidak berpengalaman.. Aku... Aku rasa kita menundanya dulu sampai aku yakin bisa... "

Gray begitu intens mendengarkan Akia.
Wajahanya terlihat kaget.
"Benarkah? " tanyanya terdengar tidak percaya, memotong penjelasan Akia yang panjang lebar.

"Aku tahu.. Melihat umurku kau mungkin ragu. Aku suka pria tapi tidak Ada yang membuatku rela memberikan apapun.
Kau yang pertama Gray.. Aku rela memberikan semuanya padamu, tapi aku takut kau akan kecewa"
Bisiknya..

Gray membungkuk, mengangkat Akia dalam gendongannya.
"Aku takkan tahu kalau tidak Mencobanya. Serahkan saja semuanya padaku. Kau tinggal menikmatinya.
Jadi diamlah dan rasakan saja semua yang aku lakukan"
Tegas Gray yang tidak memberi peluang Akia untuk menolak sambil bergegas masuk ke kamar.

Akia mati kutu tak tahu harus melakukan atau mengatakan apa untuk menolak Gray yang sudah menutup pintu kamar dan menjatuhkan Akia ke atas kasur.

**********************************
(08112019) PYK.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top