Dua

Rencana Akia buyar karena dua hari terkahir sebelum liburan, Gray tidak masuk kerja katanya dia sakit padahal hari-hari sebelumnya mereka semua sibuk hingga tak punya waktu bicara serius.

"Sakit atau tidak Gray biasanya pasti pulang ke rumah orangtuanya setiap libur. Kau takkan bisa menemuinya" ucap Amelia saat Akia minta alamat Gray.
Akia berniat memasakan sop agar perut Gray berisi, biasanya orang sakit kan tidak selera makan.
Akia juga bisa merawat Gray sampai keadaannya lebih baik.
Tapi kalau orangnya tidak ada bisa apa Akia.

"Jadi kau benar tidak ingin ikut bersamaku dan Riz?" tanya Amelia lagi untuk kesekian kalinya karena Akia menolak ajakannya ikut berlibur bersama.

Akia menggeleng.
"Tidak. Sebaiknya aku dirumah dan bersih-bersih saja" desah Akia.

"Kenapa tidak pulang kampung saja. Aku rasa tiga hari pasti cukup untuk melepas rindu" usul Amelia.

Akia menggeleng.
"Tidak. Perjalanannya membuat lelah, terlalu jauh. Aku sudah mengirim uang jadi mereka yang disana bisa merayakan tahun baru tanpaku"
Akia tidak mungkin bilang kalau uangnya tidak akan cukup untuk pulang kampung. Jadi uang buat beli tiket bis bisa Akia kirim pada orangtua dan adiknya di kampung.

Amelia akhirnya mengalah tapi gantian Riz yang kini memujuk Akia tapi tentu saja Akia juga menolak.
Dia tidak mau jadi nyamuk penganggu diantara dua orang yang sedang kasmaran.

Jadilah Akia menghabiskan malam tahun baru sendirian dengan menonton koleksi film lama di temani segelas cola dan keripik.
mendekati tengah malam ponselnya berbunyi padahal Akia sudah hampir ter tidur didepan TV yang masih menyala.
Nomor tersebut tidak ada dalam kontaknya jadi untuk sejenak Akia ragu mengangkatnya.

"Hallo... " jawabnya saat telpon tersebut terus berbunyi untuk ketiga kalinya.

"Akia?! " desah lega suara di seberang sana yang membuat dada Akia berdebar kuat.
"Aku pikir kau takkan menjawabnya atau aku yang memasukan nomor yang salah"

"Gray?!" bisik Akia yang merasa kesulitan bernapas.

Gray tertawa lega.
"Tentu saja ini aku. Aku mendapatkan nomor HP dan alamatmu dari Kantor" terangnya
"Aku tahu ini sudah larut tapi Apa boleh aku ke rumahmu?"
Tanyanya kemudian.

Akia tercekat, bibirnya bergetar.
"Kenapa?" bisiknya saat melihat hujan di balik jendela.

Gray tertawa.
"Kejutan. Akan kukatakan begitu sampai di sana"
Gray kembali tertawa gugup tapi juga begitu lepas dan bahagia membuat Dada Akia berdebar oleh kebahagia.

"Baiklah. Kau boleh datang" bisiknya pelan.

Begitu sambungan terputus Akia langsung melompat dan bergerak cepat membereskan dan membersihkan flatnya, mulai dari kamar sampai ruang tidur meski dia sendiri bertanya-tanya kenapa melakukan itu, tidak mungkin juga Gray masuk ke kamarnya bukan?

Setelah Akia mengganti bajunya dengan yang lebih layak.
Dress selutut tanpa lengan.
Rapi tapi tidak genit dan tidak terkesan menggoda.
Akia tidak mau Gray salah sangka dan lari begitu melihatnya.

Akia menunggu dengan berjalan hilir mudik di ruang tamu.
Mungkin kalau lantainya tanah, sudah tercetak bentuk lingkaran yang dalam sebab seringnya Akia berputar-putar di tempat yang sama.

Begitu bel berbunyi, dia langsung berlari.
Saat tangannya bersiap memutar kunci Akia ingat untuk merapikan rambut dan mengatur napasnya.

Begitu membuka pintu Akia dibuat kaget karena Gray sudah basah kuyup.
"Masuklah" ajaknya menarik baju Gray, sebab kedua tangan Gray tersembunyi dibelakang punggung.

"Maaf aku mengganggumu malam-malam begini. Tapi aku rasa hanya ini waktu yang paling tepat"
Kekeh Gray yang mengedarkan pandangannya ke seluruh flat dan berhenti di pintu kamar.

"Sebaiknya aku mengambilkan handuk untukmu. Aku punya jacket ukuran besar yang aku rasa masih muat di tubuhmu"
Guman Akia menunjuk ke arah pintu kamar.

Gray mengangguk.
"Terimakasih" katanya yang membuat Akia bergegas menuju kamarnya.

"Apa Amelia ada di dalam?"
Suara Gray terdengar tidak jauh dari kamar.

Akia bergegs mengambil handuk di rak terbawah lemarinya dan jacket dibagian teratas.

"Tidak dia tidak ada di sini. Dia pergi bersama Riz. Ini tahun baru mereka pertamanya sebagai sepasang kekasih"
Jawab Akia yang lupa kalau Gray belum tahu tentang Akia dan Riz.

Selesai, Akia mundur dan berbalik ke. Luar tapi malah bertabrakan dengan Gray yang ternyata sudah berdiri dibelakangnya.
"Gray.. Apa yang... " Akia terdiam begitu melihat apa yang dipegang Gray di masing-masing tangannya, wajah Gray terlihat kaget dan tegang.

"Jadi Amelia tidak ada bersamamu?" ulangnya.

Akia menggeleng.
"Sebenarnya ini rahasia tapi kurasa Amelia takkan keberatan jika kau tahu tentang hubungannya dan Riz"
Jawab Akia yang berpikir untuk memberi tahu Amelia duluan sebelum Gray bertanya padanya.

Gray diam tanpa bicara, menatap Akia tajam.
Akia yang tidak enak hati menunduk dan saat itulah dia melihat apa yang Gray pegang di kedua tangannya.

Mata Akia membesar, terpaku pada kotak cincin dan sebotol anggur mahal dengan setangkai tulip Indah berwarna merah terselip dipinggir botol.
Di bagian dalam tutup kotak cincin yang terbuka bertuliskan G♡A

Jari Akia gemetar menyentuh cincin tersebut.
"Gray.. Kau datang untuk memberikan ini?" bisiknya tidak percaya.

Gray terpaku sejenak sebelum mengangguk pelan.
Mata Akia berkaca-kaca, dipeluknya Gray erat.
Akia menempelkan pipinya ke dada Gray.
"Ya tuhan Gray.. Aku pikir ini hanya perasaan sebelah pihak. AKu bahkan malu untuk bermimpi" bisiknya terisak.
"Andaikan aku tahu kalau kau punya perasaan yang sama padaku.
Aku akan bilang lebih cepat kalau aku mencintaimu"
Tuturnya malu-malu.

"Apa maksudmu?" tanya Gray perlahan.

Akia melepas pelukannya dan mundur selangkah agar bisa menatap mata Gray yang terlihat bingung.
Bibir Akia tersenyum.
"Kenapa kau tidak mengatakannya lebih cepat Gray, kalau tidak kita bisa kencan bersama Amelia dan Riz.
Dua pasang teman yang menghabiskan libur bersama adalah impian terpendamku"
Katanya lagi yang kini menyentuh cincin tersebut dengan jari gemetar.

"Terimakasih Gray" bisiknya
"Aku benar-benar tidak menduga kalau kejutan inilah yang kau maksud. Ini malam terindah dalam hidupku" ungkapnya terus terang antara isak dan tangis.

Gray masih terus diam menatap Akia dengan sorot matanya yang aneh.

"Kenapa diam saja Gray?" tanya akia lembut menekan tapak tangannya yang dingin ke pipinya Gray lalu berjinjit memberi kecupan di sudut bibir Gray.
Hal paling berani yang Akia lakukan pada pria seumur hidupnya.

Akia lalu mundur dan tersenyum malu.
"Apa kau tidak mau memakai cincin ini padaku?" tanyanya pelan.

Gray menatap cincin, jemari Akia yang terulur lalu pada mata Akia yang bersinar oleh kebahagian yang belum pernah dilihatnya.
Gray menelan ludah, jakunnya bergerak naik turun.
"Akia.. Aku.. " desahnya yang sepertinya tidak tahu harus bicara apa dan terlihat bingung dan serba salah.

Akia menggeleng.
"Tidak perlu bicara apapun Gray. Cincin, Mawar dan anggur ini sudah cukup memberitahuku bagaimana isi hati dan perasaanmu padaku"
Katanya cepat-cepat takut Gray adalah tipe pria yang tidak bisa mengatakan isi hati yang sebenarnya.
Akia tidak mau Gray merasa canggung.

Gray tidak perlu jadi pria bermulut manis sebab semua yang Gray lakukan sangat romantis dan manis.

************************************

(07112019) PYK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top