Pertunangan
Halooo. Cerita mainstream aja. Perjodohan, benci jadi cinta wkwkwk. Ini tuh udah tamat lama dalam bentuk cerpen, trus aku buat panjang di Karyakarsa. Sekarang aku up di sini tapi sellow ya. Yg mau ke Karyakarsa Monggo sekali. Mamarika eh mamakasih ❤️
🌺🌺🌺
Wanita berusia 25 tahun dengan blus kuning gading itu tertunduk malu saat kepergok mencuri pandang pada anak dari sahabat ibunya. Pria pemilik paras rupawan itu terus saja menatapnya tanpa berniat mengakhiri tatapannya. Itu adalah kali pertama mereka bertemu satu setengah tahun lalu di rumah Bagas.
Kini, Azkia sudah berstatus tunangan Bagas dan bulan depan resmi menjadi istri dari pria di sisinya ini. Wanita itu bahagia tetapi tidak dengan Bagas, pria itu mungkin tak menghendaki perjodohan ini, perjodohan karena janji yang diucapkan ayah Bagas di depan pusara ayahnya.
Ristanto, ayah Azkia mengembuskan napas terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit. Beliau tewas terkena pisau saat menyelematkan ayah Bagas dari perampok saat perjalanan pulang dari luar kota. Sejak itulah, Pak Faris mengambil alih tugas ayahnya membiayai keluarga Azkia dan berjanji menjadikan dirinya menantu.
"Mas, kamu mau aku ambilkan makanan? Dari tadi aku lihat kamu belum makan sama sekali," tawar Azkia hati-hati.
Pria di sisinya menoleh lalu mengangguk. "Boleh."
Perempuan yang mengenakan gamis ungu dengan hiasan renda emas di salah satu sisinya itu pun berdiri ke meja makan untuk mengambil makanan. Ia mulai mengisi piring kosong tersebut dengan lontong, sate ayam, dan sambal.
Ia kembali ke sisi Bagas lalu menyerah piring tersebut. Tak lupa ia membawa segelas kopi panas. "Aku nggak tahu Mas mau makan apa, jadi aku ambilkan sate," jelasnya.
Bagas mengangguk lalu mulai makan. Ia bukan pemilih makanan meskipun ada beberapa makanan yang ia hindari karena alergi. Ia makan dalam diam begitu pula Azkia menungguinya tanpa berkata.
"Gimana, Gas, dilayani calon istri? Makanannya jadi enak, kan? Sampek nggak tolah-toleh (tengak-tengok)," goda Faris.
Pria potongan cepak tersebut berdecak seraya melirik sengit menanggapi godaan ayahnya. "Nggak enak ya nggak enak, Yah, nggak ada hubungannya dilayani apa nggak."
"Tapi paling nggak rasa nggak enaknya berkurang, Gas, kalo dilayani."
"Ck. Apaan sih, Yah, nggak jelas." Setelah makanan di piringnya habis Bagas berdiri lalu pamit keluar ke teras depan untuk mencari angin.
Azkia mengikuti Bagas karena ada hal yang ingin ia bicarakan. Usai mengambil duduk di kursi lain, ia pun mulai mengutarakan niatnya. "Mas, maaf sebelumnya. Apa setelah nikah nanti aku masih boleh kerja?" Ia memejamkan mata, merapal doa agar diperbolehkan pria itu.
Tanpa menatap wanita di seberangnya, Bagas menjawab pertanyaan wanita di sisinya, "Boleh, asal tugas dan kewajibanmu nggak lalai." Pandangannya fokus pada layar ponsel dan berbalas pesan dengan wanita yang mengisi hari-harinya.
Azkia bersyukur atas izin yang diberikan Bagas, setidaknya ia tidak sungkan jika ingin membantu ibunya seperti sebelumnya. Walau beliau sudah melarang tapi dirinya bersikeras membantu sampai adiknya lulus kuliah dan bekerja. "Makasih, Mas," ujarnya dengan senyum lebar.
TBC.
Udah kenalan kan? Jangan lupa subscribe ya. Babay 😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top