8

Tepat jam tujuh malam terdengar ketukan di pintu rumah Aluna. Segera saja gadis itu meraih gagang pintu memastikan orang yang ditunggunya telah tiba. Dan dugaannya terbukti. Bayu yang sedang tersenyum manis muncul di depan mata saat Aluna membuka pintu rumahnya.


Pria itu terlihat lebih errr... Sexy. Ya dada bidang, perut rata, juga lengan yang membuat Aluna menelan ludah adalah perpaduan sempurna. Pria itu mengingatkan Aluna pada sosok Captain America, Chris Evans. Perpaduan sempurna itu masih dilengkapi dengan tubuh tegap menjulang yang membuat Aluna merasa kerdil seketika. Dan jangan lupakan aroma parfum segar yang membuat Aluna hampir saja menempelkan hidungnya pada dada bidang Bayu yang benar-benar sandarable. Benar kata Mulan Jamela, mungkin ini lah makhluk tuhan yang paling sexy. Ck ck ck... Oke, stop Aluna hentikan kegilaan dalam otak mu.

"Eh, Mas Bayu. Masuk dulu, Mas. Aku cuma tinggal ambil tas aja kok," Aluna merespon sapaan Bayu beberapa saat kenudian. Pria itu mengembangkan senyum melihat kegugupan gadis di depannya itu.

Gadis yang terlihat berkali-kali lipat lebih mengagumkan dari pada tadi pagi saat pertama kali mereka bertemu.

Bayu mengiyakan ajakan Aluna, ia melangkahkan kakinya menuju sofa dan mendudukkan dirinya di sana. Kesan feminin begitu terasa di ruangan itu.

"Kamu tinggal sama siapa, Lun?" tanya Bayu sesaat sebelum Aluna berlalu ke kamarnya.

"Sendirian, Mas," jawab Aluna dengan sedikit lebih keras karena ia sudah memasuki kamar untuk mengambil tasnya.

"Orang tua kamu ada di mana? Kamu bukan asli sini ya?" Bayu semakin penasaran dengan asal usul Aluna. Bayu tak lantas mendapatkan jawaban dari gadis itu. Baru beberapa menit kemudian setelah Aluna muncul di ruang tamu, gadis itu menanyakan ucapan Bayu.

"Mas tadi nanya apa? Aku nggak denger," Aluna terkekeh menyadari ketololannya.

Bayu ikut terkekeh geli, "Orang tua kamu ada di mana? Apa kamu bukan warga asli sini?"

"Ooo... Itu. Iya aku bukan asli sini. Aku kelahiran Jakarta. Terus kuliah di sini. Setelah kuliah sempat pulang ke Jakarta sebentar terus balik lagi ke sini."

"Loh, ngapain balik lagi ke sini? Kan enak tinggal di ibu kota, neng," gurau Bayu.

"Pengen aja ngerasain suasana yang lebih tenang. Yah meskipun di sini tak bisa dikatakan tenang sih. Macet juga sudah di mana-mana tidak seperti jaman kuliahan dulu," jelas Aluna. Ia tak akan mengatakan alasan kepindahannya ke ke kota ini. Cukup dia dan orang tuanya saja yang tahu. Ia tak mau orang lain menertawakannya atau bahkan memperolok kebodohannya. Kebodohan yang di mata Aluna sendiri berarti kebebasan.

"Yuk, ah aku sudah siap nih," Aluna segera mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau Bayu semakin dalam mengetahui permasalahan pribadinya. Ia belum siap membaginya kepada siapapun.

Mereka pun akhirnya beranjak meninggalkan rumah Aluna. Tak sampai tiga puluh menit kemudian mereka sudah sampai di sebuah hotel bintang lima. Aluna yang tak menanyakan tujuan mereka seketika dihinggapi tanda tanya besar.

Yang niat mentraktir makan malam kan Aluna. Nah ini kenapa si Bayu yang nentuin kemana mereka akan makan malam? Kalau Bayu yang bayarin sih nggak masalah. Suka-suka dia, nah kalau Aluna? Jelas ia tak akan mau. Masak ia harus merelakan uang yang ia hemat dengan jungkir balik untuk makan malam di tempat mewah ini?

"Mas serius nih, kita kesini? Makan ditempat lain aja deh. Aku punya tempat enak untuk kita makan malam. Pasti Mas Bayu suka," Aluna secara tersirat ingin menyelamatkan isi dompetnya.

"Aku pengen ngajak kamu ke sini, Lun," jawab Bayu pelan. Aluna seketika menaikkan alisnya. Serius?
Jika menilik ucapan Bayu sepertinya pria itu memang berniat mentraktirnya makan malam. Yes! Rezeki anak shaleha.

Banyak duit juga tuh orang. Atau mungkin jangan-jangan pria tampan di sebelahnya punya niat lain. Bukan hanya sekedar makan malam. Atau... Jangan-jangan Bayu adalah seorang penjahat kelamin. Setelah mereka makan malam Pria itu akan merayunya dan mengajak ngamar. Pria itu pasti berpikir Aluna akan merasa sungkan karena sudah diajak makan malam dan akhirnya menuruti ajakan Bayu.

Ya ampun Aluna, kenapa yang hinggap di otak hanya pikiran buruk juga kotor saja? Emang secantik apa sih diri mu sampai bisa membuat pria luar biasa tampan di sampingnya melakukan apa yang ada dalam khayalannya? Aluna merutuki pikiran melanturnya.

"Kita mau ngapain ya, Mas, kok ke hotel?" akhirnya Aluna memberanikan diri bertanya. Itu jauh lebih baik dari pada ia hanya hidup dalam pikiran absurdnya sendiri.

"Kalau ke hotel mau ngapain lagi biasanya, Lun?" jawab Bayu sambil menyeringai.

Waduh, gawat! Jangan-jangan pikiran buruk Aluna benar-benar terjadi. Tidak bisa dibiarkan. Aluna harus bertindak.

"Maksudnya apaan tuh? Jangan bilang Mas Bayu niat ngajakin Aluna ngamar gitu? berbuat Asusila? Ih, gini-gini Aluna bukan cewek gampangan lo. Mending Mas Bayu turunin Luna di sini sebelum Aluna bisa berbuat sadis. Jelek-jelek gini aku pernah lumpuhin jambret yang pernah niat ambil dompet aku loh," Aluna berbicara seenaknya mengeluarkan isi pikiran pendeknya.

Seketika pria di sampingnya terbahak keras mendengar ucapan Aluna. Ia tak menyangka jika gadis yang ia bawa bersamanya begitu polos juga lucu. Ya itulah kira-kira penilaian Bayu.

Aluna yang melihat tawa Bayu yang seolah enggan berhenti hanya bisa memanyunkan bibirnya. Apa yang salah dari ucapannya tadi. Kalau ke hotel tentu aja mau bobok-bobok cantik kan? Bisa juga makan malam, meskipun hal itu belum tentu menjadi tujuan utama. Bagaimana dengan menghadiri pesta pernikahan? Oke, Aluna melupakan kemungkinan itu. Dan kemungkinan lain yang sempat Aluna pikirkan adalah meeting. Bisa saja Bayu mengajaknya untuk menemaninya rapat dengan rekan bisnisnya, tapi... Tak mungkin juga malam-malam seperti saat ini ada rapat. Sudah pasti itu terjadi tadi siang saat matahari masih bersinar. Lagi pula siapa sih Aluna sampai ia diajak meeting oleh Bayu? Rekan kerja, bukan. Asisten, jelas tidak. Istri, apalagi.

"Oke, Lun. Kamu aku turunin sekarang. Karena kita sudah sampai," Pria itu seketika menghentikan mobilnya yang baru Aluna sadari sudah ada di depan loby hotel. Seorang petugas hotel mendekati mobil mereka. Bayu segera mengajak Aluna turun dan membiarkan petugas hotel membawa mobilnya untuk dibawa ke area parkir.

Aluna yang masih kebingungan hanya mematung saat Bayu mengajaknya berjalan memasuki loby. Akhirnya pria itu menarik tangan Aluna dan membawanya masuk bersamanya.

Mau tak mau Aluna mengikuti langkah lebar Bayu memasuki loby hotel. "Mas aku beneran mau pulang aja. Aku nggak keberatan kok pulang naik taksi. Mas lanjutin aja acaranya," acara yang tak Aluna tahu apa. Ia menarik tangannya dari genggaman Bayu. Namun pria itu justru semakin mengeratkan genggamannya dan  membawa Aluna memasuki benda berbentuk kotak persegi yang akan membawa mereka entah kemana.

Saat mereka hanya berdua di dalam lift, Aluna semakin gemetar. Duh, nasib gini amat. Baru kenal cowok keren kok ternyata berniat mengerikan kepadanya. Mungkin inilah akibatnya jika ia terlalu mudah tebar pesona. Baru kemarin ia dan Satria jalan berdua eh begitu ketemu Bayu, Aluna jadi hinggap ke pria yang tak mampu Aluna tolak keberadaannya. Lagian siapa sih yang bisa nolak jika diajak jalan pria seperti Bayu? Duh, rugi banget kan?

Tapi kalau ternyata dia adalah seorang penjahat kelamin bagaimana? Oh tidak... Aluna pasti akan berada dalam masalah dan pasti saat ini ia sudah tak terselamatkan.

###
Cerita ini juga bisa diakses di google play store dan gramedia digital. Versi cetak bisa dipesan di shopee official grassmedia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top