21

Cerita lengkap dan sudah direvisi bisa dipesan di shopee grassmedia official. Ebook bisa diakses di Gramedia digital dan google playstore.

###
Aluna terbahak mendengar kalimat Bayu, "Mas Bayu nggak usah bikin anak orang baper. Dosa tahu."

Bayu seketika berdeham tak nyaman. Sepertinya Aluna menganggap kalimatnya hanya gurauan. "Lun, aku serius. Nggak ada niat main-main. Sejak pertemuan kedua kita seharusnya kamu sudah sadar jika aku berniat mendekati kamu. Bukankah waktu itu aku sudah mengatakannnya." Alis Aluna seketika bertaut mencoba mengingat apa yang pria itu ucapkan.

"Aku memang tidak mengatakan secara langsung tapi aku berharap saat itu kamu sudah paham jika aku berniat berhubungan serius dengan kamu." Aluna seketika ingat dengan ucapan pria dihadapannya ini.

Ya. Pria itu memang tak mengatakan niatnya secara langsung. Ia hanya memberikan waktu untuk Aluna mengenal lebih jauh tentang diri masing-masing karena saat itu mereka baru saja berkenalan.

"Bagaimana, Aluna. Bisa kita membawa hubungan ini ke arah yang lebih jelas? Jika kamu bersedia aku akan membawa orang tuaku untuk menemui keluarga kamu." Aluna menganga seketika.

Kenapa dua hari ini ia dikelilingi orang-orang nekat yang tiba-tiba mengajaknya memulai hidup baru. Aluna bahkan tak mampu membedakan apakah ia sedang mendapatkan berkah, ataukah musibah.

Bahkan hal yang paling menakutkan bagi Aluna adalah kedua pria yang mengajaknya menjalani hubungan yang lebih serius itu justru sedang menjebaknya. Meskipun tidak masuk akal Tapi Aluna sempat berpikir jika ia sedang dijebak oleh salah satu reality show di sebuah stasiun televisi swasta nasional yang biasanya menampilkan pasangan yang sedang berselingkuh. Membayangkannya saja seketika membuat Aluna bergidik ngeri.

Maklum saja, semuanya terasa begitu aneh bagi Aluna. Bagaimana mungkin ia dilamar dua orang pria tampan dalam waktu hampir bersamaan. Apa yang akan ia lakukan? Apakah ia harus berkata apa adanya pada pria di hadapannya ini? Ya. Sepertinya ia harus melakukannya. Jujur adalah jalan yang terbaik.

"Sebelumnya aku minta maaf, Mas. Sepertinya terlalu dini jika kita bahas masalah ini. Yah, Mas Bayu tahu sendiri kita masih belum mengenal satu sama lain, alasan berikutnya masih belum ada rasa emmm..." Aluna berpikir sejenak, takut menyinggung perasaan pria itu. "...Cinta diantara kita. Mas Bayu salah jika memilih aku menjadi pendamping hidup, mas. Saat ini bisa dikatakan aku sedang dekat dengan seorang laki-laki lagi pula aku juga akan bertunangan." jawab Aluna panjang lebar. Berharap Bayu mengerti.

Tarikan napas berat terdengar di telinga Aluna. "Jadi sudah seserius itu hubungan kamu dengan kekasihmu hingga kamu akan bertunangan." gumamnya pelan.

"Bukan." Aluna mengkoreksi pikiran Bayu.

"Mereka adalah pria yang berbeda," Aluna berharap Bayu memahami kalimatnya.

"Maksudnya?"

"Mereka adalah dua orang yang berbeda. Pria yang dekat denganku dan calon tunanganku." Hening. Tak ada kalimat yang terlontar setelahnya. Baik Aluna maupun Bayu sama-sama tak bersuara. Bayu mencoba mencerna kalimat Aluna, sedangkan Aluna bersiap menghadapi respon yang akan Bayu lemparkan.

Aluna tahu, ia baru saja menunjukkan aibnya sendiri. Bagaimana mungkin seorang gadis yang akan bertunangan namun tetap menjalin hubungan dengan pria asing.

"Kamu menjalin hubungan dengan seorang pria padahal kamu akan bertunangan? Begitukan maksud kamu?" Bayu menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa setelah terdiam cukup lama. Apa lagi ini. Kenapa gadis yang coba ia dekati ternyata begitu rumit.

"Ya, kurang lebih seperti itu. Aku sebentar lagi akan bertunangan namun aku dekat dengan seorang pria. Hingga detik ini aku bahkan tak tahu wajah calon tunanganku seperti apa. Orang tuaku yang berniat menjodohkan kami." Bayu menganggukkan kepala. Akhirnya paham dengan sikap Aluna.

"Lalu kamu mencoba peruntungan dengan menjalin hubungan dengan pria lain meskipun sudah tahu jika hubungan kamu tidak akan bisa dibawa ke mana-mana?" Aluna mengulas senyum. Kalimat Bayu tak ada yang salah. Ia pun mengangguk mengiyakan.

"Beri aku kesempatan yang sama seperti pria itu. Lagi pula sepertinya meskipun kamu dekat dengan dia tapi kamu tak sepenuhnya mencintai dia," tebakan Bayu kembali tepat.

"Kenapa Mas Bayu bisa berbicara seperti itu. Mas Bayu tidak tahu apa-apa," Aluna malu mengakui kalimat terakhir Bayu adalah sebuah kebenaran.

"Jika kamu mencintainya pasti kamu tak akan membiarkan diri kamu keluar rumah untuk makan malam bersamaku malam ini. Kamu juga tak mungkin dengan mudahnya menceritakan permasalahan kamu kepadaku, si pria asing. Orang yang mencintai pasangannya tidak akan melakukan apa yang kamu lakukan barusan Aluna. Jadi izinkan aku masuk dan memenangkan hati kamu juga orang tua kamu." ucap Bayu tegas yang seketika membuat nyali Aluna mengkerut.

"Aku nggak bisa, Mas. Aku kan sudah bilang aku sebentar lagi akan bertunangan. Beberapa bulan lagi aku akan kembali pulang ke Jakarta. Aku akan meninggalkan kota ini. Termasuk berhenti dari pekerjaanku. Jadi percuma saja jika aku menjalin berhubungan dengan siapapun. Lagi pula aku sudah bilang, saat ini aku dekat dengan seorang pria." Aluna kembali mengusir pergi Bayu dari kehidupan pribadinya.

"Dekat dengan laki-laki yang tidak kamu cintai."

"Aku juga tidak mencintai kamu, Mas."

Bayu mendesah, tampak berpikir. "Aku tetap tak akan mundur," putus Bayu akhirnya. Aluna mendengus. Entah kenapa dua hari ini ia terus menerus berhubungan dengan pria-pria pemaksa.

Seandainya saja posisi Aluna tidak seperti saat ini yang sudah terikat dengan janji kepada orang tuanya, tentu segalanya akan lebih mudah. Aluna akan mencoba menerima apa yang ditawarkan oleh Satria ataupun Bayu dengan sukarela. Tentu saja Aluna tidak akan menerima mereka dua-duanya. Ia akan tetap kembali memikirkan siapa di antara kedua pria itu yang bisa membuatnya benar-benar nyaman.

Satria dan Bayu adalah dua sosok yang begitu luar biasa. Pasti banyak wanita di luar sana yang begitu menginginkan posisi Aluna. Namun kembali lagi, toh Aluna tak mungkin bisa memilih mereka. Beberapa bulan lagi ia akan bertunangan dengan pria asing yang bahkan namanya saja Aluna tak tahu, tak ingin tahu lebih tepatnya. Aluna tak pernah sekalipun bertanya pada orang tuanya tentang pria yang akan menjadi masa depannya itu. Kedua orang tuanya hanya mengatakan jika pria itu adalah anak sahabat mereka saat orang tua Aluna masih berada di bangku sekolah.

"Terserah kamu deh mas. Aku sudah kasih peringatan. Aku juga nggak bisa kasih apapun. Mas sudah tahu posisiku seperti apa. Akan lebih baik jika Mas Bayu menjalani kehidupan mas tanpa ada aku di dalamnya. Semuanya pasti akan lebih mudah." Kali ini Aluna benar-benar tegas memutuskan. Jangan sampai ia seperti kemarin malam yang tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan Satria hanya karena tak tega melihat pria itu memohon kepadanya.

"Aku tinggal sebentar ya, mau ganti baju dulu. Nggak nyaman banget jika pakai baju kayak gini," Aluna menunjuk dirinya sendiri hendak beranjak menuju kamarnya tanpa menunggu respon Bayu. Secara tersirat gadis itu berniat mengusir Bayu agar segera meninggalkan rumahnya. Hari sudah cukup larut, ia tak ingin membiarkan dirinya berdua saja dengan seorang pria di dalam rumah. Dampaknya akan buruk bagi mereka berdua. Salah satunya adalah mendapat teguran dari petugas keamanan komplek perumahan Aluna yang bisa jadi muncul tiba-tiba di rumahnya.

Namun belum sampai kakinya melangkah pergi, tarikan kuat di tangan seketika Aluna rasakan. Aluna yang tanpa persiapan seketika kembali ambruk dan terduduk di sofa. Belum sempat keterkejutan hilang dari otaknya, Aluna merasakan jari jemari menelusup ditengkuknya, menarik kepalanya maju dan detik berikutnya sebuah benda kenyal mendarat di bibirnya. Kesiap kecil seketika keluar dari mulut Aluna dan itulah kesalahannya. Benda kenyal itu seketika menyerbu dengan cepat meraup milik Aluna.

Seketika Aluna sadar, Bayu sedang melakukan apa pada dirinya. Pria itu sedang berusaha menciumnya. Aluna berusaha menarik kepalanya mundur dan mendorong tubuh Bayu. Sia-sia, pria itu begitu kuat membelit tubuhnya.

Akhirnya Aluna hanya bisa pasrah saat bibir Bayu melumat Aluna dengan panas. Mau tak mau gelenyar asing itupun timbul perlahan. Awalnya Aluna yang enggan merespon ciuman Bayu perlahan membuka bibirnya membalas ciuman Bayu, menerima apapun yang pria itu berikan. Dan efeknya benar-benar di luar dugaan. Benar-benar menyenangkan, Aluna merasakan debar-debar asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Bayu yang mendapatkan angin segar tak menyia-nyiakan kesempatan yang ia dapat. Mencecap apa yang ada pada diri Aluna yang rasanya benar-benar luar biasa. Ia tak ingin berhenti saat ini, lebih tepatnya tak bisa. Merasakan Aluna yang pasrah membuatnya semakin tak bisa mengendalikan diri. Ia bertekad mulai saat ini ia tak akan melepaskan gadis dalam pelukannya itu. Bagaimanapun caranya ia harus mendapatkannya.

###

Mampir ke lapak Riverside dan The  pursuit of perfection juga, yuk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top