8

"Sarapan dulu Ra" Kata Ratna saat melihat Airra yang hendak membuatkan susu Kevin.

Airra membalikkan badannya melihat ke belakang ada Ratna berdiri jarak 2 meter darinya.

"Iya kak Nanti bentar lagi. Mau buat susu si Kevin dulu" Kata Airra, ia menyendokkan tiga gelas sendok susu ke dalam botol DOT.

Ratna mengangguk saja kemudian ia pergi ke meja makan yang tak jauh dari dapur.

Setelah selesai membuat susu, Airra memberikan nya pada Kevin yang masih ada di tempat tidur.

Tempat tidur Kevin ini ukurannya besar di sekeliling nya di beri pembatas agar Kevin tak terjatuh.

"Atih Ta..ta" Kata Kevin pada Airra.

"Sama-sama Kevin" jawab Airra.

Melihat Kevin yang sudah terlihat santai tiduran sambil mengedot Airra memilih keluar.

"Kak, Airra ijin keluar sebentar ya" Kata Airra saat sudah di ruang makan.

Ketiga manusia itu menoleh pada Airra.

"Mau kemana Ra?" Tanya Ratna ia lalu menyendokkan kembali nasi ke mulutnya.

"Mau ke rumah kak. Ngambil paspor. Lupa aku Pasport ku gak ada di tas apalagi pas keluar aku gak ada bawa apa-apa" jawab Airra.

Krieet

Suara kursi yang di dorong terdengar pelakunya Arkan.

"Ayo gue temenin. Kak, Bang Arkan duluan ya" setelah mengatakan itu Arkan pergi keluar terlebih dahulu.

Airra ngeblank dia melongo.

Ratna dan Andre saling lirik-lirikan satu sama lain.

"Em.. Airra" panggil Andre yang membuat Airra tersadar dari kebengongannya.

"Eh? Iya bang"

"Itu sana sama Arkan"

"Iya, biar Arkan temenin gak usah pake angkot segala nanti telat" Ratna ikut menimpali.

"Ng.. iya kak. Kalau gitu aku pigi dulu ya kak, bang. Kevin udah aku mandiin semua Udah siap dia lagi minum susu" ucap Airra.

Ratna dan Andre mengangguk.

"Iya, nanti kakak ke kamar selesai makan"

••

"Yakin kau mau ngawani aku?" Tanya Airra ragu.

Arkan menoleh ke Airra lalu menggernyit kan keningnya.

"Emangnya kenapa? Yakin lah" jawab Arkan.

Airra memainkan tangannya ia gelisah.

Airra yakin saat menginjakkan kakinya ke rumah pasti bakalan ada ribut besar dan Airra takut Arkan melihat itu.

Airra malu kalau Arkan melihat bagaimana toxic nya keluarga nya.

"Ng..

"Udahlah, pakai sabuk pengaman Lo. Nanti di tangkap Razia" pesan Arkan setelah memasang sabuk pengamannya dan melihat Airra juga melakukan hal yang sama barulah Arkan menjalankan mobilnya.

~~

Tak terasa mereka telah sampai juga di depan rumah Airra.

"Kau tunggu disini aja ya. Biar aku ke dalam" pesan Airra saat sebelum turun.

"Iya" pada akhirnya Arkan hanya menurut saja.

Airra mulai memasuki rumah di lihatnya rumah masih berserakan kemungkinan Mamaknya masih belanja keperluan Kede.

"Huftt Alhamdulillah..kaya nya Mamak masih belanja".ucap Airra dalam hati.

Airra melangkah kan kakinya ke dalam kamar, saat membuka pintu kamar Airra melihat kamar yang sangat berantakan dan Nana yang tergeletak di atas tempat tidur. Nana masih molor!

Airra menggelengkan kepalanya melihat seisi kamar.

Dasar Nana pemalas. Kalau bukan dirinya yang membersihkan kamar, kamar tak mungkin akan rapi!

Buru-buru Airra membuka lemari yang ia kunci dan kuncinya memang selalu Airra bawa kemana-mana.

Airra ambil semua barang-barang pentingnya seperti beberapa perhiasannya dokumen-dokumen pentingnya ke dalam tas Selama ini Airra diam-diam membeli Emas yang berbentuk perhiasan sebagai tabungan tanpa Mamak dan adiknya ketahui.

Setelah semua sudah ia masukkan ia gegas keluar dari kamar.

~~

Mamak Airra memasuki halaman rumah tapi saat melewati mobil Arkan yang terparkir di depan rumahnya ia menggernyit bingung kenapa mobil itu di parkir depan rumahnya?

Ada tamu kah?
Batin Mamak Airra sambil memarkirkan kereta Matic nya di teras rumah.

"OOO jadi kau ya anak setan yang pulang?! Mau ngapain kau kesini ha?! Mau maling?!"

Airra terperanjat melihat kehadiran Mamaknya tepat di depannya saat ia ingin keluar dari rumah.

Mamaknya sudah berdiri di depan pintu.

"Mana ada aku maling, aku mau ngambil paspor ku. Majikan ku mau ke Malaysia aku ikut jagain anaknya disana" jawab Airra.

Mamak Airra berkacak pinggang wajahnya merah padam.

"OOO bagus kali kau yakan, adek kau merajuk sampe seminggu gara-gara gak tebelik HP yang dia mau itu. Kau malah enak-enakan mau jalan-jalan ke Malaysia sana. Yang gak ada lah otak mu itu" pekik Mamak Airra terdengar sampai ke tetangga

Sakit sekali mendengarnya.

"Mak.. aku bukan mau jalan-jalan loh. Aku kerja! Lagian bukan salahku si Nana merajok. Aneh Mamak ini" sungut Airra ia melirik keluar takut Arkan mendengar perkataan Mamaknya.

Semoga dia gak denger
Batin Airra.

"Enggak-enggak! Jangan kau pigi dari rumah ini sebelum kau kasih aku duit untuk belikan hp si Nana. Kau kan semalam gajian kan? Bawak mari semua duit kau" Mamak Airra mengadahkan satu tangannya di hadapan Airra

Airra menggelengkan kepalanya menolak dengan tegas.
"Enggak Mak! Enak kali. Kalo Mamak minta untuk keperluan Rumah gak masalah ku kasih, itupun jangan lah semua. Aku juga butuh uang" Jawab Airra.

Mamak Airra semakin naik pitam di ambilnya sapu yang ada di sampingnya
"Memang babi kau yakan! Pelit kali kau jadi Anak! Minta itu duit nyaa!!"

Bugh bagh bugh

Mamak Airra memukuli Airra

"Mak..Udah Mak..sakit" ucap Airra sambil menangis.

Sebenarnya Airra bisa saja melawan mamaknya dengan mendorongnya tapi tak mungkin Airra lakukan itu. Dia tak mau jadi anak durhaka.

Melawan perkataan Mamaknya saja ia sudah merasa jadi anak yang durhaka apalagi melawan seperti itu?

Nana mendengar kegaduhan yang terjadi di luar dengan gerakan malas ia keluar. Ia kepo apa yang sedang terjadi di rumah ini? Sepertinya juga itu suara Airra.

Apa Airra pulang?
Batin Nana.

Dan benar saja. Airra pulang dan sedang di pukuli Mamak mereka. Bukannya melerai atau memisahkan keduanya Nana hanya menyaksikan Saja, ia duduk di bangku yang tak jauh dari mereka.

Airra menyadari akan kehadiran Nana dan dia merasa sangat sedih juga kecewa melihat adiknya tak mau meredakan emosi Mamak nya.

"Mana. Sini uangnya!"

"Enggak Mak, gak mau aku. Gara-gara kau ini ya Nana kau kalo mau barang itu kerja beli pake duit kau sendiri jangan taunya menyusahkan akuu" teriak Airra disertai air mata.

Nana hanya mendecih, ia enggan menjawab perkataan Airra.

"Jangan kau salahkan si Nana. Memang udah kewajiban kau menolong dia, dia itu adek kau"

"Makkk kalo si Nana tadi susah, lagi sakit dia pasti ku tolong. Ini Dia sehat waalfiat tapi taunya makan tidur keluar main, ngapain aku nolong dia!"

"Memang anji..

"Ada apa ini? Tante.. apa-apaan mukulin anak seperti itu?!"

Pekik Arkan melihat Airra masih di pukuli Mamaknya, ia sudah masuk ke dalam rumah menerobos Mamak Airra yang menghalangi.

Melihat wajah tampan Arkan Nana terperangah ia langsung jatuh hati detik itu juga. Buru-buru ia bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Mamaknya.

"Mak..Udah Mak, kasian kak Airra" ucap Nana tiba-tiba berlagak seperti gadis polos.

Airra yang menyaksikan itu tersenyum sinis.

Pande kali dia main ekting
Batin Airra.

"Biar aja dia pantes di kek gitukan. Anak durhaka kok, kau pulak siapa? Oo pacar si Airra kau kan? Oo jadi selama ini si Airra gak pulang ke rumah tidur dia sama kau? Udah buat apa aja kalian ha? Udah kumpul kebo kan?!" Mamak Airra tiba-tiba menuduh mereka.

"Mak! Mamak apa-apaan sih ngomong kaya gitu?! Dia ini adik majikan ku!" Pekik Airra tak terima.

"Airra, sini!" Arkan mengibaskan tangannya menyuruh Airra mendekat.

Airra mengangguk menyetujui, ia sudah berdiri di belakang Arkan.

"Saya tidak habis pikir dengan Anda, Tante. Anda orang tua Airra tapi sanggup melakukan hal seperti itu. Saya bisa aja melaporkan anda dengan pasal kekerasan pada anak" ancam Arkan.

Mamak Airra tersenyum remeh, ia berkacak pinggang.

"Sok paten kali kau, apa pulak mau melapor-melapor"

"Saya polisi Tante. Saya bisa mengkasuskan Tante" Arkan memperlihatkan kartu identitas sebagai perwira polisi di hadapan Mamaknya Airra.

Mamak Airra terdiam kaku wajahnya pias sekarang.

"Ja..jadi kau polisi? Jangan lah.. jangan kau laporkan aku. Ra, minta maaf Mamak Ra. Jangan kau laporkan aku ke polisi" mohon Mamak Airra, sekarang Mamaknya melihat Airra dengan tatapan memelas. Hilang sudah wajah beringasnya.

"Mamak tenang aja, gak mungkin aku laporkan Mamak. Udah ya Mak aku pigi dulu jam 10 aku udah mau berangkat" pamit Airra.

"Udah ayok Ar, jangan di panjangi lagi" bisik Airra pada Arkan yang di angguki Arkan.

Arkan sudah keluar terlebih dahulu meninggalkan mereka.

Nana seperti orang tak kasat mata saja. Arkan tak menoleh sedikitpun padanya.

"Ihh dia kira aku makhluk halus apa? Oiya Ra, bilang sama laki-laki itu aku kirim salam. Ada nomor Wa dia? Bagi lah" kata Nana.

Airra menggernyit kan keningnya merasa geli pada Nana.

"Apaan sih kau?"
Selepas mengatakan itu Airra pergi keluar dari rumah.

"Ihhh Airra sialannn!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top