7
Sudah seminggu berlalu semenjak Airra keluar dari rumah tapi sejak itu juga Mamak Airra tak pernah lagi menelfon atau mengirim pesan padanya.
Airra tersenyum getir memandang layar HP nya.
Tak seberharga itu Airra di mata Mamaknya. Pikirnya
"Mamak lagi apa ya? Sehat gak ya?" Walau bagaimanapun Airra tetap saja mengkhawatir Mamaknya itu.
"Si Nana bantuin Mamak gak ya? kalo enggak kasian kali Mamak ngerjain semuanya sendiri, Mamak udah tua" lirihnya sedih.
Arkan sedari tadi hanya melihati Airra.
Itu anak pasti lagi sedih.
Batinnya
"Airra. Itu Kevin manggili Lo tapi gak Lo sahuti dari tadi" Arkan menegur Airra membuat Airra tersadar dari lamunan dan pikirannya
"Eh! Iyanya? Eh iya Kevin. Kenapa mang?" Tanya Airra, matanya kini melihat Kevin.
"E'ek.." kata Kevin.
Airra sudah paham itu berarti Kevin sedang Pop dan memang tercium bau tak sedap.
"Udah siap Kevin e'eknya Nang? Kalau udah siap biar kita cebok"
Kevin mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Dah dah" katanya.
Airra mengangguk lalu lekas membawa Kevin ke kamar mandi untuk membersihkan Kevin.
**
"Lo pasti kepikiran sama orang tua Lo kan?" Tanya Kevin selepas ia ikut bergabung duduk di samping Airra.
Mereka berdua sedang berada di gazebo belakang rumah.
Airra bisa bersantai seperti ini saat Kevin sudah tertidur.
Anak itu memang setiap jam 4 selalu tertidur dan bangun saat hampir Maghrib tiba.
Tapi tak perlu takut Kevin tidak akan bisa tidur nanti malamya, walaupun Kevin bangun Maghrib tapi nanti pas jam 9 Kevin bisa tertidur dengan sangat lelap
Airra tersenyum lirih.
"Iya. Kepikiran Mamakku aku, kasian dia sebetulnya kalau aku gak ada. Dia yang ngerjain semua kerjaan rumah" jawab Airra sendu.
Dalam hati Arkan sungguh heran dengan ibu nya Airra ini. Anak sebaik Airra kenapa bisa di perlakukan seperti itu? Lihatlah walaupun Ibunya sering menyakiti hati Airra tapi Airra tetap saja khawatir pada Mamaknya.
Belum tentu nyokapnya mikirin dia. Batin Airra ia melirik Airra sebentar kemudian mata nya melihat lagi ke depan.
"Nyokap Lo ada nanya kabar Lo?" Tanya Arkan.
Airra menggeleng lesu
"Gak ada"
"Itu namanya nyokap Lo gak ada rasa khawatirnya sama Lo. Udahlah gak usah Lo pikirin"
Airra menghela nafas panjang.
"Huffttt..iya lah" katanya.
••
"Nana, jangan tidur aja lah kau Na. Bantuin dulu Mamak" kata Mamak Airra meminta tolong pada anak keduanya, Nana.
Nana memutar bola matanya merasa malas kemudian melirik Mamaknya yang berdiri di depan pintu kamarnya sebentar lalu lanjut lagi bermain hp.
Seharian Nana ini hanya tidur-tiduran saja di kamar sambil bermain hp. keluar kalau lapar atau mau main ke rumah temannya.
"Males. Kerjain sendiri! Hp ku bukan Mamak belikkan, Malu aku loh sama kawan-kawan ku HP ku ketinggalan jaman" Eluh Nana dengan nada meninggi.
"Bukan mamak gak mau belikkan kau HP Ra, tapi tau sendiri kau Mamak gak ada duit sebanyak itu" Kata Mamaknya.
"Alah memang dasarnya Mamak gak mau ngusahakan. Minta si Airra kan bisa kalo Mamak suruh Airra pinjam sama bos nya pasti di kasih"
"Udah Mamak bilang sama dia Na, tapi gak mau dia kau tengok lah gara-gara itu minggat dia dari rumah terakhirnya Mamak juga yang keteteran"
"Alahh udahlah Mak, keluar lah Mamak sana males kali aku nengok mukak Mamak"
Memang Nana ini bisa di katakan anak durhaka. Lihat saja cara dia berkata kepada Mamaknya
"Yaudahlah gak apa-apa Mamak kerjakan rumah semua jangan marah lagi kau ya Nang, sakit kali hati Mamak nengok kau marah kaya gitu nanti kalo lapar kau makan ya, Mamak udah maksain lauk kesukaan kau" Kata Mamaknya pada Nana setelah mengatakan itu Mamaknya kembali mengerjakan pekerjaan rumah yang belum siap sepertinya hari ini ia akan membuka kede nya sore hari saja.
"HM" jawab Nana, ia hanya berdehem.
"Si Airra ini pun kaya bujang. Bukan mau dia ngasih duit untuk beli hp iPhone, pelit kali dia. Gak ada duitnya kan tinggal minjam dia sama bos nya bayar pake gaji dia nanti" Kata Nana semakin benci melihat Airra.
••
"Ra, siapin baju-baju kamu ya kita mau berangkat besok pagi" Kata Ratna pada Airra.
Saat ini Airra sedang berada di kamar Kevin, ia melipat pakaian Kevin.
Setiap pukul 10 malam saat Ratna dan Andre pulang Airra memang memilih masuk ke dalam kamar Kevin karena Airra memang tidur bersama Kevin.
Airra segan dengan Andre dan Arkan jadi ia lebih memilih masuk ke dalam kamar. Sebelum masuk ia mengambil semua kebutuhannya jadi saat malam hari dia membutuhkan sesuatu sudah tersedia semuanya. Airra akan keluar kamar pada esok hari saat semua orang di rumah sudah bangun.
Kening Airra menggernyit.
"Mau kemana kak?" Tanya Airra.
"Ke Malaysia. Bang Andre mau jumpa sama kolega disana dia bakalan ada kerja disana nanti bangun apartemen" jawab Ratna, ia sudah duduk di sofa yang berada di kamar ini.
"Wihh cair.." goda Airra
"Hahaha..doain aja lancar Ra"
"Aamiin kak..tanpa kakak minta pasti ku doakan urusan pekerjaan kakak sama Abang supaya lancar. Jadi Kak, kalau bang Andre di Malaysia kakak disini?" Tanya Airra.
Ratna menggelengkan kepalanya.
"Enggak lah Ra, ikutlah kakak sama Abang. Bangun apartemen kan lama kalo kakak biarkan Abang mu di Malaysia sana sendiri takut kakak ada perempuan gatal nyangkut sama Abang mu" jawab Ratna menggebu-gebu.
Airra mengangguk saja.
"Jadi, kerjaan kakak? Kevin?" Tanya Airra.
"Nah itulah yang tadi mau kakak bilang sama kamu. Kakak bakalan tinggal disana selama beberapa bulan Kevin kakak ajak tapi maaf kamu enggak ya Ra, karena kakak bisa urus Kevin disana. Kakak kan gak kerja" jawab Ratna.
Mendengar itu mendadak Airra jadi sedih, sedih karena di tinggal Ratna dan sedih jika Kevin di bawa dan ia tidak ikut itu berarti ia tidak bekerja lagi. Mau dapat uang darimana Airra? Dan mencari pekerjaan dimana lagi dengan gaji segitu banyak.
"Ra gak usah khawatir. Kakak tau apa yang ada di pikiran kamu. Walaupun Kevin kakak ajak dan kamu berhenti jadi kakak asuh Kevin untuk beberapa bulan nanti kamu tetap bakalan kerja. Kakak kan ikut Abang ke Malaysia sana tapi butik gak ada yang ngawasin, jadi kakak minta kamu yang gantiin kakak. Kamu ngawasin butik-butik kakak ya. Setiap hari Selasa sampe Rabu kamu ke butik yang ada di mall sana kalo hari Jumat sama Sabtu kamu ke butik yang ada di jalan putri hijau sana"
"Tapi kak.. Aku kan gak ada pengalaman tentang butik kakak. Aku juga bingung ngawasin apa disana?" Tanya Airra bingung.
Ratna tersenyum saja ia mulai merenggangkan pundaknya yang terasa pegal.
"Kalau soal itu kamu santai aja. Kamu tinggal jaga toko disana ngawasin yang beli, laporan hasil penjualan nanti sama kakak" kata Ratna.
"Oohh kalau gitu insyaallah bisa aku kak" jawab Airra.
Ratna mengangguk.
"Yaudah gih siap-siap besok jam 10 kita berangkat siapin keperluan Kevin juga ya" pesan Ratna.
"Iya kak, eh tunggu. Jadi Arkan adik kakak sendirian di rumah?" Tanya Airra.
Mendengar pertanyaan Airra Ratna tersenyum jahil kepada Airra.
"Kenapa? Khawatir yaa sama Arkan makanya nanyain?" Goda Ratna.
Airra tersenyum malu.
"Ihh.. bukan loh kak, mana ada. Nanya aja aku"
"Hahaha.. iya deh iya. Arkan balik ke Jakarta ada pekerjaan dia disana" jawab Ratna pada akhirnya.
Airra mengangguk-anggukkan kepalanya saja.
"Ooo gitu.. oiya kak, kerja dia apa? Kenapa santai aja ku tengok dia apa dia gak kerja?" Tanya Airra lagi.
"Dia kerja. Dia itu polisi dia disini karena ada pekerjaan, pihak sana yang menyuruh Arkan untuk nyelesaikan kasus di Medan" jawab Ratna yang buat Airra terkejut dia membelakan Matanya.
Arkan polisi? Pantas saja Arkan punya senjata api. Airra jadi teringat kejadian seminggu yang lalu.
Memang cocok sih badan Arkan itu jadi polisi.
"Ooi gitu"
"Iya Ra, udah lah Ra. Kakak ngantuk nih mau tidur"
"Eh, iya kak.. tidur lah kak"
"Iya Ra, selamat malam ya"
"Iya kak, selamat malam" kemudian Ratna pergi keluar dari kamar.
Selepas kepergian Ratna Airra baru teringat.
"Alamak mati aku. Paspor ku kan ada di rumah Mamak, gak ku Bawak"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top