4
"Mak. Gak ada sarapan?" Tanya Airra.
Baru saja ia selesai bersiap urusan rumah sudah ia kerjakan semua. Perihal masak memang urusan Mamak nya tapi hari ini Airra tidak melihat adanya makanan di meja makan.
Mamak Airra yang sedang menata jualannya melirik Airra sebentar lalu kembali menata belanja nya lagi.
"Enggak. Hari ini enggak ada Makanan, kan udah ada makanan kau gak mau kau bagi-bagi tadi malam kan? Yaudah makan itu aja lah" Ucap Mamak Airra terdengar sinis di telinga nya.
Airra menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Mak.. Mak..perkara itu pun di masalahin loh. Selama ini aku seringnya membelikan kalian makanan, sekali-kali aku mau belik makanan untukku sendiri pun gak bisa? Telewat kali"
Rasanya Airra sudah mau menangis saja.
"Ha! Ngungkit lah kau itu. Adek kau mau itu tapi gak kau kasih, udahlah masak Indomie aja sana kau" Kata mamaknya lagi, kali ini Mamaknya udah duduk di bangku kebesaran nya.
"Gini kali lahh Mamak. Bukan gak tau aku kalo Mamak masak, tapi mamak berondokkan . Tau aku Mak.. yaudah lah pigi lah aku, Assalamualaikum!"
Berondokkan artinya sembunyikan/menyembunyikan
Mamak Airra terdiam sebentar.
Airra tau jika dirinya menyembunyikan Makanan di lemari?
Airra berjalan ke pinggir pasar yang biasa lewat angkot. Dari tadi Air matanya berjatuhan ia merasa tak habif fikir kenapa Mamak nya bisa berbuat seperti itu? Apa-apa Nana, apa-apa Nana. Airra ini seperti anak yang tak kasat mata tak ada harga nya sama sekali. Bukan mengungkit ini yaa padahal selama ini Airra sudah mengeluarkan tenaga dan uang untuk membantu Mamaknya tapi kenapa Mamaknya selalu berpihak kepada Nana.
"Kapan lah aku bisa keluar dari rumah itu. Tapi kalau aku gak dirumah lagi nanti kalau Mamak kenapa-kenapa aku gak tau. Merasa bersalah kali aku nanti gak ada di samping Mamak" gumam Airra dengan masih menangis.
Sebenarnya dia setelah lulus SMA keterima kuliah di luar negeri, Beasiswa lagi. Tapi karena Mamaknya melarang dan berkata
"Udahlah Nang.. kau disini aja jangan keluar negeri sana. Nanti kenapa-kenapa aku tak bisa kau menengok aku"
Dari situ Airra membatalkan niatnya melanjutkan kuliahnya kepikiran dengan perkataan Mamaknya.
"Amplas..amplass"
Airra tersadar dari lamunannya kala mendengar teriakkan kernet angkot.
"Bangg, naik bangg" teriak Airra.
"Haa iya kak. Naek lah kak" kata Kernet Angkot itu.
Buru-buru Airra naik, setelah Airra naik dan beberapa penumpang lainnya naik barulah angkot tersebut melaju.
••
"Maaf ya kak telat sikit, ribut lagi sama keluarga ku" Airra berucap sungkan pada Ratna yang nampak sudah bersiap hendak pergi kerja.
"Lah? Kenapa lagi kamu sama keluarga mu?" Tanya Ratna.
"Biasalah kak. Mamak lagi-lagi selalu bela Nana, Adekku" Airra berkata sendu.
Ratna menghela nafas ia msta Airra yang sembab. Sudah di pastikan Airra habis menangis.
"Ra.." Ratna memanggil pelan nama Airra serta menepuk pundak Airra pelan.
"Kalau kamu gak tahan tinggal di rumah Mama kamu. Kamu bisa tinggal disini kakak malah senang loh Kevin bisa ada yang jagain, kamu bisa tidur sama Kevin nanti gaji kakak naikin " ucapnya.
"Aduh kak..gak usahlah. Gak enak kali aku, nanti ngerepotin malah mau di tambah pulak gaji nya keenakan aku nanti" Airra cengengesan.
Ratna tersenyum hangat serta menggelengkan kepalanya.
"Gak apa-apa Ra. Mana ada merepotkan, itu semua gak seberapa sama pengorbanan kamu yang udah nyelamatin Kevin waktu itu. Sampai kamu mertaruhkan nyawa kamu" Ratna berujar lirih.
Memang benar. Saat Ratna hamil dulu saat itu usia kandungannya sudah berumur 9 bulan tinggal menunggu hari ia sedang berjalan-jalan di pasar sengaja jalan kaki kaya dokter banyak berjalan untuk mempercepat proses persalinan nanti nya tapi pada saat Ratna hendak menyebrang ke rumahnya ia hampir saja tertabrak mobil kalau saja Airra tak mendorongnya alhasil Airra yang tertabrak dan Ratna jatuh. Untungnya ia jatuh di rumput dan tanah tidak terlalu sakit tapi pada saat itu juga ia lahiran sedangkan Airra di larikan ke rumah sakit akibat luka serius.
Dari situ Ratna ingin memberikan beberapa uang sebagai imbalan tapi Airra menolak. Ia hanya ingin bekerja katanya dan kebetulan Ratna membutuhkan Kakak sitter untuk anaknya nanti karena ia dan suami akan sibuk tak sempat untuk mengurus anak mereka jadilah Airra di pekerjakan menjadi kakak sitter untuk anaknya.
Ratna ingat saat itu Airra berkata dengan wajah memohon serta air mata yang berlinang.
"Kak, bang.. mohon kali aku kasih aku kerjaan. Aku capek di sindir-sindir mamakku di bilang pengangguran taunya Bebani orang tua"
"Alah kakak ini, asik itu-itu aja yang di bahas reflek aku itu gak mungkin juga ku biarkan perempuan hamil tertabrak di depan mata ku" kata Airra.
"Ish kamu ini lah. Udah deh itu aja yang kakak bilang, pokoknya gak ngerepotin!kalau kamu udah gak tahan tinggal di rumah kamu lagi, kamu bisa tinggal disini. Udah ya..kakak pergi dulu, assalamualaikum "
"Iya kak. Waalaikumussalam "
••
Arkan sedari tadi hanya memperhatikan Airra yang menemani Kevin bermain. Airra tak seperti biasanya wajahnya terlihat sedih, kedua matanya terlihat bengkak.
"Itu anak kenapa? Habis nangis?" Gumam Arkan penasaran.
"Ah! Ngapain juga gue pikirkan?" Batinnya bergejolak antara ingin tau dan menolak untuk ingin tau!
"Lo kenapa?"
Tuh kan? Mulut sama otaknya gak sinkron?
Airra melihat ke Arkan yang Tengah duduk di sofa tak jauh dari posisi dirinya dan Kevin.
"Gak ada. Gak apa-apa aku" jawab Airra lalu ia melihat lagi ke Kevin.
"Ta tak.. Ola" tunjuk Kevin memperlihat bola di tangannya pada Airra.
Airra mengangguk seraya tersenyum.
"Iya Vin. Itu namanya bola, warna nya apa?"
"Ilu" jawab Kevin.
"Ihh Masya Allah..Kevin pinterr iya ini bola nya warna biru" Airra mengecup kedua pipi Kevin yang sudah mirip seperti bakpao itu.
Kevin tersenyum senang. Kevin memang sangat suka di puji.
Arkan yang melihat itu ikut tersenyum.
Memang Arkan akui Airra itu ngomongnya kasar. Tapi kalau soal mendidik anak bagus sudah cocok seperti nya menjadi ibu.
"Eh Ra, ngomong-ngomong Lo umurnya berapa sih?" Tanya Arkan lagi.
"Aku? Umurku 24 bulan 3 ini" jawab Airra.
Bulan 3? Berarti 1 bulan lagi? Batin Arkan.
"Oo udah bisa nikah tu Lo"
Airra menggeleng.
"Enggak ah. Masih banyak yang mau ku gapai nanti kalo aku nikah aku gak berpenghasilan Suamiku Layas sama ku. Jangan suamiku, Mamakku aja suka Layas nengok aku" kata Airra yang tanpa di sadari dia sedikit curhat.
Layas artinya Sepele.
Kening Arkan mengkerut dia tidak mengerti satu kata yang di ucapkan Airra tadi.
"Layas apaan dah?" Tanya nya.
"Eh iya baru sadar aku. Kau kan orang kota mana tau cakap kek gitu. Layas itu maksudnya sepele" Airra menerangkan tangannya mencomot mobil yang tercecer.
Arkan mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Oo..gak semua laki-laki gitu kali. Itu sih anggapan Lo aja" kata Arkan lagi.
Airra mengedikkan bahunya.
"Gak tau lah, intinya aku masih mau cari duit banyak-banyak mau buka usaha sendiri biar walaupun aku udah nikah nanti aku bisa mandiri tanpa embel-embel meminta sama laki"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top