25. PERCOBAAN
Gara-gara punya HP baru jiwa pemalas gue semakin naik aja levelnya. HP bagus, kuota banyak, SINYAL 4G PULA SEKARANG. Gimana gue nggak seneng? Harapan gue setelah sekian lama akhirnya tercapai. Selain bikin gue mampu melakukan banyak hal yang semula gue angan-angani; main game, nonton anime--ONE PIECE, download film sampe streaming video masak serta kuliner, gue juga jadi bisa menghemat dan menyimpan duit di celengan--yang gue kumpulkan untuk beli HP baru-- lebih lama lagi. Siapa tau nanti duit di celengan ini bisa buat gue beliin motor, kan? Meski kayaknya nanti pas saat itu tiba gue keburu lupa gimana cara menaiki motor itu sendiri.
Hal lainnya lagi yang bikin gue ngerasa agak keganggu lantaran dibekali HP berkualitas dan bagus adalah fakta mengenai gue yang gak bisa menahan diri untuk nggak mencari video bokep homo di situs-situs porno.
KAN KACAU.
Ujung-ujungnya gue jadi gelisah, kaget, ngeri, takut dan sange sendiri sampe coli sambil membayangkan gimana rasanya andaikan Minnions si Juan masuk ke dalam lubang tempat gue biasa mengeluarkan tai. Alhasil, kontol gue jadi lemes lagi disebabkan bayangan nyeri yang pasti mendera di sekitar situ nanti. Hiii.
Klak-klik cari-cari informasi terkait pengalaman anal, hasilnya kebanyakan jawaban berbahasa Inggris yang malah ngebuat gue keburu pening saking nggak sanggup copy-paste dan menerjemahkan lewat Google. Hingga gue iseng-iseng cari cara mengenai persiapan sebelum anal seks dan menemukan hasil yang cukup ... ngundang rasa penasaran. Dan gobloknya langsung gue praktekan di kamar mandi yang malah berujung perih dan bikin tambah parno lagi.
BUSETTT. Gue masukin satu jari aja sakitnya begini, gimana jadinya kalo Minnions si Juan yang nyapa? Bisa-bisa lubang pantat gue sobek kali. Ngilu gue bayanginnya, Setan! Gak bisa tidur nyenyak gue dihantui bentuk Minnions sewaktu ngaceng yang meski bentuknya belum gue lihat langsung, pasti jelas nggak setara ukuran kontol cowok Asia kebanyakan. Kan dia ada darah bule. Duh. Meski dari yang gue baca juga, katanya anal seks itu bisa menciptakan kenikmatan tiada tara andai dilakukan dengan cara yang benar disertai persiapan matang.
Ah, sialan. Bodo amat, deh. Gak mau pusing lagi gue. Menyingkirlah kalian semua wahai prostat, kondom, pelumas, Minnions dan juga sperma encer. Tinggalin gue sendirian sekarang!
Namun, memikirkan semua itu menumbuhkan satu pertanyaan besar lain di kepala gue, dong. Mengenai cowok gue sendiri.
Si Juan ini masih perjaka atau udah ada pengalaman seks sebelumnya, ya?
Mau coba tanyain langsung, takutnya dia mengira gue malah kepengin. Ya, emang, sih. Dikit. Tetep, gue belum siap untuk sementara ini.
Gue membuka galeri, menampilkan beberapa potret selfie Juan yang mendominasi isi koleksi foto di HP ini. Padahal gue sendiri mana pernah selfie. Sekalinya makek kamera depan buat ngaca dan video call sama dia doang.
Panjang umur banget. Cowok yang lagi gue pikirin ini mengirimkan panggilan video yang segera gue terima. Memperlihatkan wajah gantengnya yang keliatan segar dan agak berkeringat.
"Elo habis ngapain?"
"Sit up sambil coli."
Jawabannya bikin gue batuk-batuk gugup. "Emang bisa, ya? Nanti ajarin gue dong!"
Dia ketawa. "Serius elo mau? Emangnya elo bisa sit up?"
Tau aja nih daki kudanil.
Gue menggelengkan kepala seraya terkekeh. Walau nggak keliatan jelas, gue yakin si Juanda nggak memakai baju sekarang di situ. Wangi dia pasti seksi banget, deh. Ah, mau nyium.
Alis Juan mengernyit. "Kenapa muka lo mendadak mupeng gitu? Sange lo ngeliat badan gue?"
Anjir. Gue terlalu larut dalam khayalan mengenai keseksiannya. "Ng-nggak, ya. Ngarep aja lo." Lalu berdeham sebelum meralat. "Ya, dikit, sih."
Lantas Juan dengan sengaja memperlihatkan tubuh bagian bawah dia dari dada putihnya sampai ke ... ANJIR. SI BANGSAT CUMA PAKE SEMPAK. Mana cakep banget model sempaknya.
Paras gue mendadak panas gini. "Elo sebenarnya habis ngapain, sih?" tanya gue sembari mengubah posisi duduk. Pisang tanpa nama gue agak ngaceng ini, kampret.
"Gue habis berenang, kok. Apaan? Masa elo percaya gue habis sit up sambil coli?" responsnya tampak geli.
Hadeuh. Ya, gue kira emang gak mustahil ada cowok yang bisa sit up dan coli sekaligus. Melatih badan sekaligus senam jari, kan?
"Elo lagi ngapain?"
Pertanyaan Juan membuyarkan gue dari lamunan senam jari. "Maunya sih ngejawab lagi mikirin elo, tapi nanti kedengeran terlalu norak. Jadi gue jawab aja lagi mikirin makanan, deh."
Dia tersenyum. "Elo laper?" Sembari menggosok-gosok rambut basahnya dan memperlihatkan bulu ketiaknya yang tipis dan rapi.
Gue lapar mau jilat badan elo, Juan. Batin gue menjeritkan nafsu.
"Nggak, kok. Gue udah makan barusan. Hari ini elo masak apa?"
Dia berjalan sambil bicara "Gue hari ini bikin salad doang, terus berenang. Gini-gini gue lagi menjalani program diet supaya bisa punya tubuh ideal."
Anjir. Tubuh udah cakep dan keren gitu masih kurang ideal emang? Terus badan gue ini apa kabarnya? "Penting emang?"
Juan meletakkan HP, sementara dia tengah mengambil air di kulkas. "Bagi gue sih penting. Punya badan ideal dan kuat jasmani rohani dapat memudahkan apa aja. Gak gampang sakit, gue selalu keliatan fresh dan stamina terjaga. Terlebih gue bakalan ngebutuhin banget ini badan pas nanti having sex sama elo, kan?"
Entah deh ekspresi gue saat ini udah kayak apaan. Asli ngedengar pernyataan dia tadi gue shock abis. Segala hal yang dilakukannya selalu punya niat terselubung.
"Gak usah masang muka minta dijejelin kontol begitu, Bego," tegurnya sebelum meneguk air.
Mulut gue seketika mingkem. "Anjing lo!" Sesaat setelahnya teringat mengenai keingintahuan gue soal dia. "Elo udah sering, ya?"
"Apaan?" Dia meletakkan air.
"Ya, itu. Ng-ngeseks?"
Mendapati pertanyaan dari gue, gantian kali ini dia yang dibikin melongo. "Elo kan tau gue sukanya cowok dan mantan gue cewek semua. Dipikir Minnions gue bisa bangun gitu meski dipancing menggunakan teknik paling erotis mereka?" Dia geleng-geleng pelan.
Gue manggut-manggut. "Oh. Berarti elo masih perjaka juga." Di sini gue jadi lega mengetahuinya.
"Iya. And at least, sebentar lagi gue udah bisa bebas melepas keperjakaan karena akan segera masuk ke jenjang usia yang matang." Dia terkekeh sambil mengedipkan mata. "If you know what I mean."
Anjir. Bayang-bayang Minnions yang ngejar-ngejar lubang pantat gue seketika melintas lagi di pikiran. Terkutuklah lo, Minnions.
Juan mengambil kembali HP-nya. "Gue mau mandi, nih. Kita udahan aja atau elo mau sekalian ngeliat body telanjang gue di shower?
Tawarannya gue balas cibiran. "Nggak perlu ya, Tuan Bangsat. Silakan Anda mandi sendiri sana."
Dia terkekeh. "Okay, then. Bye."
Panggilan video terputus. Meninggalkan gue bersama wujud tubuh telanjang Juan yang seksi di bawah shower. Bikin ngaceng total si pisang tanpa nama di balik celana.
Terpaksa senam jari, deh. Dan semoga kilasan Minnions yang menghantui lubang anus gue nggak bakal muncul lagi. Kalo sampe tetep muncul, gue sumpahin pemiliknya kepleset di kamar mandi.
EH. RALAT. JANGAN SAMPE, ANJIR. GAK MAU GUE SAMPE JUAN KENAPA-KENAPA. WALAU BANGSAT BEGITU GUE CINTA MAMPUS KE DIA.
___
"Eh, sejak kapan elo punya HP ba--anjrit! SAMSUNG GALAXY S--"
Buru-buru gue menyumpal mulut Setya menggunakan plastik bungkus roti. Seketika aja dia bungkam sebab keselek. Mata gue dengan panik menyisir suasana kelas, merasa lega karena anak-anak lain sibuk dengan urusan masing-masing.
"Gak usah heboh deh elo. Kayak baru pertama kali ngeliat HP mahal aja," keluh gue risih. Padahal ya, gue maklum andaikan dia kaget. Masalahnya gue belum siap ditanyai macam-macam.
"Elo habis nyopet HP siapa?" bisik Setya sesudah memasukkan sampah yang dilepehkannya ke kolong meja gue.
Gue mendelik. Berdecak sebelum menjawab, "Ini pacar gue yang ngasihlah." Duh, norak banget gue bangga cuma karena dikasih HP. Tapi ini reaksi wajar, kan?
Kedua mata bulatnya makin membundar, lantas HP di tangan gue direbut dan dipelototi. "Gila. Asli ini Samsung galaxy S8." Dia menggeleng terheran-heran. "Dia beliin HP ini buat elo?"
Gue menggelengkan kepala. "Bukan. Itu HP dia beli tahun lalu, tapi katanya nganggur terus di laci karena gak enak pas dipegang. Makanya dia kasih ke gue daripada gak kepake. HP dia kan Huawei," terang gue serupa fakta yang Juan ceritakan.
Mendadak aja sohib gue ini mendesah lelah. "Dan HP gue masih aja Xiaomi. Yah, gak asik. Gak kompak lo. Sekarang gue mana bisa ngatain HP elo ampas lagi."
Gue terkikik puas. "Mampus kan lo. Makanya cari pacar yang tajir sana."
Dia tampak menerawang sebentar lalu berkomentar, "Terus gue tinggal nungging jadi apa pun yang gue mau bakalan dia kasih gitu? Kayak lo?"
Kaki temen rasa daki ketek ini gue injak kencang. "Setan kodok! Gue belum pernah nungging buat si Juan atau minta dibeliin HP, ya. Ini dia inisiatif sendiri supaya gue sama dia bisa video call kalo pas gak bisa ketemuan," ujar gue lirih, meluruskan informasi apa pun yang disalahsangkainya.
Setya menaikkan bahu. Entah lagi mengklak-klik apa di HP gue sampai tahu-tahu senyum biadabnya terukir. Setelah itu HP gue dikembalikan. "Selamat berjuang ya, Bro," katanya sambil menepuk bahu gue sekali dan kabur.
Hah? Maksudnya apaan coba?
Gue memeriksa HP, sontak memekik mendapati isi chat yang Setya setan kirimkan ke Juan.
[Sayang, sodok bool gue dong 😚😚😚 ]
"ANJING LO, SET! WOI, BALIK LO SINI!" Suara gue menggelegar sampe bikin temen-temen lain kaget.
Anjir. Mana gue nggak keburu bisa ngehapus pesan atau nyusul Setya keluar dikarenakan Juan yang udah aja mengirim balasan.
[Serius elo mau?
Gue sih ayo aja.
Kapan enaknya kita mulai praktek?
Minnions gue langsung bersemangat, nih. 😎 ]
Ditambah foto bagian selangkangan miliknya yang dia kirimkan.
KACAU PARAH. GIMANA CARA GUE MAU JELASINNYA COBA. INI SEMUA GARA-GARA SI GOBLOK SETYA.
Lihat aja. Bakalan gue cabut bulu hidungnya begitu dia balik ke kelas. Kampret dasar!
.
Juan menatap nggak suka begitu selesai menyimak penjelasan yang gue berikan, lantas berkacak pinggang sembari mengembuskan napas panjang. "Padahal gue udah seneng banget. Selain karena gue dipanggil sayang, ditambah tadi elo juga minta disodok," gumamnya berlagak mengkhayal. Matanya tiba-tiba melirik ke kanan-kiri seolah-olah tengah memastikan sesuatu. Kemudian tubuh gue ditarik menuju ke gudang yang pintunya dibuka olehnya dan kami berdua masuk ke dalam. "Nih, coba pegang."
Daki jembut! Minnionsnya lagi berdiri sempurna. "Bangsat! Kok elo ngaceng, sih!" keluh gue lirih dan risih. Tapi sialnya, gue nggak mampu menarik kembali tangan gue dari selangkangan dia.
"Kan gue bilang juga apa? Minnions gue excited gara-gara ajakan elo tadi. Yang ternyata malah si Setya pelakunya. Tck." Juan lalu berbisik, "Gue sange, Ryan. Kocokin Minnions gue mau nggak?"
Gue meringis dan merinding sekujur badan. "Muka sange lo bikin enek, ah. Sana, ngocok sendiri."
Tangan gue baru hendak ditarik ketika si bangsat sangean ini justru menahannya. "Lo beneran gak mau ngocokin gue dulu?"
Mata gue mendelik. "Ngapain? Kan tangan elo masih sehat walafiat. Pake aja tangan itu sendiri."
Dia menatap gue penuh gelora. "Sebelum lo jadi pacar gue, tiap hari gue coli sambil ngebayangin elo, tauk. Masa pas elo udah jadi pacar gue pun, gue tetep mesti ngocok sendiri?"
ARRGGHH! APA BARUSAN DIA BILANG, WOI?
Gue menonjok lengannya dengan tangan kiri. "Anjing! Jadi, elo selama ini ngejadiin gue bacol?"
Kedua mata sipit dia memejam lucu. "Iya. Emang salah, ya? Elo gak lupa kan bahwa muka lo bikin gue sa--"
Secara cepat gue memotong kalimatnya, "Iya, iya. Udah. Terserah. Gak mau denger apa-apa lagi gue dari mulut kotor lo itu."
Juan ketawa. "Mulut kotor ini mau nyium elo sekarang." Dan bener aja, bibir dia langsung nemplok di atas mulut gue. Lidahnya menerobos masuk gitu aja dan bergerak bersama lidah gue yang agak kaku mengimbangi ciuman penuh nafsunya.
Lalu mendadak gue merasakan ada tangan yang bergerak mempereteli bagian depan celana. "Woi. Kenapa celana gue elo buk--" Mulut gue kembali dibungkam ciuman Juan. Pasrah aja sewaktu dia memegangi kontol gue yang sebenarnya juga udah ngaceng.
"Kan. Elo ngaceng juga." Napasnya yang hangat terasa menambah suhu panas di wajah gue. "Gimana kalo kita coba ngocok barengan aja? Sambil cipokan sampe muncrat? Hm?"
Gue meneguk ludah susah payah sesudah ditawari hal demikian darinya. "Bangsat lo!"
Seketika meringis saat Minnions dia--yang anjirnya nggak mini sama sekali serta pisang tanpa nama kepunyaan gue disatukan dan mulai dikocok bersamaan menggunakan tangan kirinya dibantu tangan kanan gue. Sensasi hangat berangsur memanas kontan aja merasuki sekujur badan. Kami pun lanjut berciuman, dengan badan gue yang bersandar lekat ke pintu gudang sembari coba mengimbangi tempo gerakan mengocok si Juan yang gila mantapnya. Setiap kali kepala pisang berbulu gue diusap, jiwa gue seakan dibawa melayang saking keenakan. Emang dasar cowok berotak selangkangan ini udah ahlinya kalo soal ngocokin kontol. Untungnya desahan gue yang pasti bakal kedengaran norak tertahan oleh ciuman.
Sialnya, Juan malah melepas ciuman. Sekarang bibirnya berganti menempeli leher gue dan memberikan kecupan hingga jilatan. Bikin tubuh gue menggelinjang sebab semakin dikuasai kenikmatan.
"A-ah. J-Juan." Kampret! Mana bisa gue menahan desahan kalo udah dibeginiin.
"Ah, damn. It feels so good, Ryan," bisiknya dengan gerakan mengocok yang semakin dipercepat.
Gue mau nggak mau mencium bibirnya lagi. Nggak kuat jika mesti memperdengarkan suara desahan norak gue terus-terusan. Dan sedikit, gue di sini menyesal. Andaikan tau rasanya ngocok bareng pacar ternyata seenak ini, udah dari kemarin-kemarin gue rela diajak melakukan kegiatan mesum ini sama dia, deh.
Risiko punya pacar bangsat. Makin ke sini gue juga jadi ketularan bejat.
.
Gue memasukkan celana seragam dan sempak ke ember berisi deterjen. Mengucapkan selamat tinggal pada jejak kenangan mesum pertama gue dan Juan itu dengan helaan napas lesu. Lantas memikirkan, kapan enaknya jejak mesum lainnya mulai dibuat lagi?
"Yeee, Feryan goblok!" Gue menepuk keras-keras pipi sendiri.
Udah napa, woi. Lupain bayang-bayang ngocok di gudang tadi. Hilangin sensasi nikmat luar biasa yang datang saat sperma gue dan Juan muncrat bersamaan. Apalagi mengingat ekspresi orgasme dia yang parah seksinya.
ARRRGHHH! KACAU.
Makin kacau jiwa perjaka nafsuan, tapi sok ogah-ogahan gue ini!
HP yang gue beri nada dering dari salah satu lagu One Piece terdengar dari arah kamar. Ketika gue cek, rupanya ini telepon dari Juan.
Hm, mau apa lagi si bangsat ini? Jangan-jangan dia cuma berniat ngegodain gue karena berpikir bahwa yang di gudang tadi masih belum cukup memuaskan? Tapi bodo amatlah. Gue angkat aja.
Gue berdeham lebih dulu. "Halo, Bangsat!"
Di seberang sana, anehnya nggak langsung ada suara darinya. Hanya terdengar bunyi lalu lalang kendaraan, disusul teriakan dan langkah ribut orang-orang. Dia lagi di mana, sih?
"Ryan, sorry. I love you," balasan dari dia kedengeran lemah.
"Mas, nggak apa-apa?"
"Bantuin angkat motornya!"
"Panggilin ambulance!"
Napas gue tertahan menangkap suara-suara yang bercampur di kejauhan sana. Mendadak ngerasa kayak sebagian darah di tubuh gue hilang. Jantung pun kini berdetak kencang menyesakkan. Kalo siang tadi detakannya terjadi lantaran gugup, yang sekarang lebih dikarenakan oleh rasa khawatir yang gak keruan. "Juan, elo kenapa?" Sedapatnya bertanya sekalem yang gue mampu
Juan gue dengar merintih panjang sebelum menjawab, "Gue ... kecelakaan. Kepala dan kaki gue sakit banget sekarang. Gue harap, elo ada di sini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top