15


"SUMPAH! Semalem itu setan beneran muncul! Bentuknya ayam, warnanya ijo. Terus, tiba-tiba kayak kepotong gitu. Kakinya, sayapnya, badannya, kepalanya ... mencar semua!"

Anak-anak satu kelas bergumam ngeri, bergidik. Tapi ada yang menyeletuk, "Ah, nggak percaya. Mana mungkin beneran ada yang kaya gitu?"

"Nggak percaya? Tanya aja sama Wilis, cewek paling jujur sesekolah. Dia juga ada di sana, kok. Yak kan, Lis?" Sri bertanya dengan menggebu. Aku setengah mati ingin mencekikinya, tapi sayang aku harus menjawab.

"Iya, beneran begitu kejadiannya." Sebesar apa pun aku ingin berbohong, aku tidak akan melakukannya. Aku tahu ini harus kulakukan. Berita itu harus tersebar sebanyak mungkin hingga membuat orang-orang gempar dan penasaran.

"Tuh! Wilis aja bilang iya, masa kalian nggak percaya? Dila sampai sakit gara-gara ketakutan, sampai nggak masuk hari ini. Kalian juga ngeraguin Dila?"

Sri tahu betul cara memaksa orang agar percaya. Aku yakin, dalam beberapa hari berita ini akan diketahui semua penghuni Kota Mulia, bahkan yang sudah mati.

"Mereka semua lari. Cuma aku yang berani hadapin si setan, ngikutin dia," aku memulai.

Dalam seminggu, rencanaku bakal terselesaikan.

***

Aku tidak pernah menyangka akan bisa tertawa ketika melihat ayam.

Sore itu sepulang sekolah, aku mengendarai motor melewati jalanan Giok, jalan pintas yang sudah lama tidak kupakai dengan alasan ayam. Tentunya.

Sekarang, tempat itu berarti lebih besar bagiku, mengingatkanku akan hal yang lebih indah dari dan mengenai ayam.

Saat hampir keluar dari Giok, aku menurunkan kewaspadaan. Aku tidak sadar bahwa ada ayam yang sedang berada di ujung maut.

"POOOK! POK POK POK!" Dia panik, mengibas-ibaskan sayapnya, mungkin berharap bisa terbang.

Yang sempat membuatku naik darah adalah dia panik di depanku. Tepat ketika aku sedang melaju! Ini aayam betulan minta mati!

Aku mengerem mendadak, hingga kelembaman membuat tubuhku terdorong maju dan terlihat agak nungging.

Aku mengumpat dalam hati.

Kamudian aku melihat penyebabnya. Di belakang ayam itu berlarilah seekor kucing berwarna oranye. Ternyata si ayam dikejar.

Sedetik kemudian aku tertawa. Lepas.

Kuharap kucing itu berhasil, tentunya. Tapi kejar-kejaran ini cukup lucu. Aku tidak pernah membayangkan ada hal yang lebih menyebalkan daripada menyeberangnya seekor ayam. Dan inilah dia, terjadi di hadapanku: seekor ayam yang menyeberang sambil berlari ketakutan karena dikejar kucing oranye lapar.

Dua kali. Mereka melakukannya lagi beberapa meter di depan, dan aku kembali tertawa sambil mengumpat. Jelas-jelas lebih menyebalkan.

Wil mengubah banyak hal.

***


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top