Thirteen
R E A S O N
Di tengah musim dingin dengan temperatur yang kurang dari nol derajat, [Name] tidak bisa memikirkan hal lain. Suara samar dari video yang tengah mereka tonton maupun suhu yang menusuk tulang menguap dari pikirannya. Sejak berkunjung menemui ibu kekasihnya, hanya ada satu hal yang menyibukkan pikiran.
Kenapa Shouto? Apa yang membuatmu menyukainya?
Pertanyaan itu dilontarkan oleh kakak perempuan Todoroki tepat sebelum mereka kembali ke asrama. Pertanyaan yang terucap saat kekasihnya sibuk berpamitan dengan sang ibu. Jawabannya masih ia pikirkan hingga saat ini. Jawaban konkrit yang mampu memuaskan tidak hanya dirinya, tapi juga Fuyumi.
Pasalnya, pertanyaan ini juga telah membayangi benaknya sejak pertama kali hubungan mereka diresmikan. Muncul kembali saat teman-teman sekelasnya mengkonfirmasi kebenaran hubungan mereka. Namun, ia tidak pernah benar-benar memikirkan jawabannya. Yang ia tahu, saat Todoroki blak-blakan mengungkapkan perasaannya ia tidak mampu berpaling dari pemuda itu.
"Todoroki-san, boleh aku bertanya sesuatu padamu?" cicitnya penuh keraguan.
Todoroki berusaha menstabilkan napasnya. "Tentu. Ada apa?"
[Name] memandang Todoroki dengan pandangan yang sulit diartikan. Entah bagaimana menjelaskannya, saat Todoroki menyeka keringat dengan ujung bajunya sambil bermandikan cahaya sore hatinya menjadi serakah. Diakui oleh sosok yang kuat dan luar biasa sudah bagaikan mimpi baginya, tapi ia merasa tidak cukup. Tidak cukup hanya dengan label teman di antara mereka.
"Kenapa... kenapa kau ingin berlatih bersamaku?"
"Kau kuat," Todoroki mendudukkan diri, bersandar pada salah satu pohon di taman. "Aku melihatmu di taman ketika kau mengusir sekumpulan anak yang tengah menindas anak lainnya. Tidak tahu kenapa, aku jadi ingin berlatih bersamamu."
Ia terdiam. Mencerna ucapan Todoroki seraya meneguk minuman yang dibawanya dari rumah. [Name] bergerak gelisah dibawah tatapan Todoroki. Tidak mengintimidasi, tapi gelenyar hangat yang menerpa tubuhnya saat iris heterokrom itu hanya terfokus padanya membuat [Name] takut. Takut berharap lebih.
"Tidak tahu kenapa aku juga ingin dekat denganmu," gumam Todoroki. "Aku ingin segera bertemu denganmu."
Napasnya tercekat. Bingung ingin menjawab apa karena nyatanya tiap kata atau pertanyaan yang ingin dilontarkan tertahan di tenggorokan. Keingintahuannya terusik, penasaran dengan alasan dibalik kejujuran Todoroki yang tertutup.
"Saat aku bertanya dengan kakakku, ia hanya memberi satu jawaban," lanjut Todoroki.
Kini, pemuda itu berjalan mendekatinya. Todoroki berdiri begitu dekat dengannya hingga ia bisa mencium parfum bercampur keringat. [Name] terkesiap ketika tangan besar Todoroki membayangi jemarinya.
"Aku menyukaimu, [Name]," Todoroki bergumam kecil. Ia menarik napas panjang. "Jadilah kekasihku."
"Hah?" [Name] melongo. Pernyataan ini di luar ekspektasinya. "Kaubilang apa?"
Todoroki menunduk, agaknya kecewa dengan respon [Name]. Bayangan tentang ia yang tidak lagi bisa bertemu dan mengobrol dengan [Name] akibat canggung memenuhi benaknya.
"Kau tidak mau?"
"Ya maulah," [Name] berseru gembira. "Aku juga menyukaimu, Todoroki-san."
Todoroki terkekeh. Keraguan yang menyelimuti menghilang entah kemana tergantikan oleh sepercik kesenangan yang sudah lama tidak ia rasakan. Jari telunjuknya meraih kelingking [Name], menautkan keduanya. Sedangkan [Name]... ia merasa pusing. Kepalanya seolah berputar karena kisah mereka berlanjut ke arah yang diinginkannya.
"Shouto," gumam Todoroki sambil tersenyum tipis. "Cukup Shouto."
Ia sendiri tidak menyangka bahwa Todoroki Shouto yang itu menyukainya. Rasanya bagai mimpi. Tidak ada kalimat manis. Tidak ada bunga atau momen romantis setelah kencan. Keduanya berkeringat setelah latihan di taman yang agak terbengkalai. Namun, tidak dapat dipungkiri hari itu menjadi salah satu hari membahagiakan bagi mereka.
[Name] tersentak dari lamunan saat rambut Todoroki menggelitik tengkuk lehernya. Ia terkekeh saat pemuda itu mendongak, mencebik lucu ketika mereka beradu tatap.
"Kau tidak memperhatikan videonya," tuding Todoroki. Ia memajukan wajah, menempelkan bibirnya sejenak pada pipi [Name]. "Ada yang mengganggu pikiranmu?"
Seharusnya [Name] sudah menyangka. Peringkat lima juga kemampuannya mengamati sekitar memang bukan isapan jempol belaka. Jika berkaitan dengan hal yang penting baginya, Todoroki mampu mengetahui kejanggalan yang terjadi dalam sekejap. Ia mengulum senyum menyadari namanya ada dalam daftar orang yang penting bagi Todoroki.
Sejenak, [Name] bungkam. Atensinya fokus pada video yang terputar melalui laptop Todoroki, menayangkan betapa menggemaskan Panda yang bergelayut pada pengurusnya juga Panda yang tengah bermain sampai terjatuh lalu terguling.
"Tidak apa kalau tidak ingin cerita," Todoroki menopang dagu di bahu [Name]. "Aku tetap disini kalau kau sudah siap."
Mungkinkah ini alasan aku menyukainya, batin [Name] bertanya-tanya dalam hati.
"Shouto. Boleh aku bertanya sesuatu?"
Todoroki berdehem pelan. Kukungan lengan yang memenjarakannya di dalam rengkuhan Todoroki mengerat, menandakan bahwa pemuda itu siap mendengarkan apapun yang keluar dari mulutnya.
"Apa yang kaulihat dariku?" pertanyaannya berhasil mengejutkan Todoroki. Ia buru-buru menambahkan agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Maksudku, aku tahu alasanmu mendekatiku, tapi kenapa aku? Kenapa memilihku?"
Todoroki mengangkat sebelah alisnya bingung, memaksa [Name] untuk beradu tatap dengannya. "Kenapa aku tidak memilihmu? Kau membuatku bahagia, tidakkah itu cukup menjadi alasanku untuk menginginkanmu?"
"Jangan mengelak dengan merayuku Shouto," [Name] mendengus pelan. "Jawab saja pertanyaannya."
Sejujurnya, Todoroki tidak habis pikir bagaimana bisa [Name] menanyakan hal itu. Ia tahu ada yang mengusik pikiran kekasihnya selepas mereka pulang dari bertemu ibunya beberapa waktu lalu, tapi apa [Name] secemas itu hingga meragukan perasaannya?
"Kau tahu aku menyayangimu kan?" Todoroki butuh tahu kalau [Name] tahu perasaannya.
"Iya. Aku tahu," sahut [Name]. "Tapi bukan itu jawaban yang kuinginkan, Shouto."
Todoroki menghela napas panjang. "Sudah kukatakan berulang kali bahwa kau kuat. Itulah hal pertama yang menarik perhatianku padamu," ia meninggalkan kecupan ringan di sepanjang bahu [Name]. "Semakin mengenalmu, semakin aku kagum pada ketegaranmu. Kekeras kepalaanmu untuk membuktikan bahwa kau mampu menjadi pahlawan, bahkan saat yang lain ragu. Caramu menghargai setiap pendapat dan perbedaan disekitarmu. Ambisimu untuk menjadi lebih baik dan bertahan di situasi sulit. Singkatnya, kau menakjubkan.
"Kuat tapi lembut. Kadang menggebu-gebu tapi pengamat yang baik. Kau penuh dengan kontradiktif. Kombinasi yang berbahaya."
Jawaban Todoroki membuatnya terperangah. Telah disangka bahwa Todoroki akan serius menjawab pertanyaannya, tapi tidak mengantisipasi bahwa jawabannya akan sekompleks ini. Kini wajahnya kian memerah tersipu, detak jantungnya menggila dengan nada penuh kasih sayang tersirat dalam tiap katanya.
"Menurutmu aku berbahaya?" [Name] bergumam setengah berbisik.
Todoroki mengangguk serius. "Sangat berbahaya. Jika dibiarkan, aku bisa selamanya jatuh cinta padamu."
Skakmat.
[Name] menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Muka, leher bahkan telinganya merah padam. Pertanyaan mengenai apakah ia baik-baik saja yang lolos dari Todoroki menambah hangat di wajahnya. Tentu saja ia tidak baik-baik saja.
"[Name]," ia membiarkan Todoroki menarik tangannya. "Kalau kau ingin, aku bisa menuliskan berlembar-lembar alasan aku memilihmu. Kau mau?"
Ia menggeleng cepat. "Tidak. Tidak perlu."
"Kau yakin?"
"Iya. Tidak perlu susah payah. Aku sudah mengerti maksudmu."
Sekarang [Name] mendapatkan jawabannya. Jawaban atas pertanyaan yang telah mengganggunya selama beberapa waktu belakangan.
Kenapa Shouto? Apa yang membuatmu menyukainya?
Segalanya. Semua yang ada pada diri Todoroki telah berhasil menjeratnya. Todoroki Shouto telah berulang kali menunjukkan baik secara verbal maupun tindakan bahwa ia adalah prioritasnya. Kenyamanan [Name] di atas segalanya. Cara Todoroki memandangnya berkata bahwa ia jauh lebih berharga dari apa yang terucap. Bahwa ia lebih daripada yang dikatakan.
Bagaimana Todoroki sengaja tidur lebih larut untuk menonton video kucing dan panda sebelum tidur. Sikapnya yang seperti anak kucing kala bersamanya. Emosi yang sulit diungkapkan hingga apapun yang keluar darinya berupa kejujuran. Kebiasaannya yang tidak keberatan menyesuaikan suhu. Segalanya.
Dan [Name] dengan bangga mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta pada pemuda yang luar biasa. Yang tampak sempurna dengan segala kekurangannya. Yang bernama Todoroki Shouto.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top