One
M A T C H M A K E R
Ada yang aneh pada Todoroki Shouto. Itulah kesimpulan yang dapat ia tarik setelah melakukan pengamatan selama beberapa hari.
Lebih dari apapun, Midoriya membanggakan kelebihannya dalam mengamati segala situasi lalu menganalisisnya dengan tepat. Ia percaya pada kemampuannya. Karena itu, Midoriya mengandalkan instingnya untuk mengamati Todoroki lebih seksama. Ia menyadari ada sesuatu yang berbeda pada Todoroki.
Kejadiannya belum lama. Sebelum festival olahraga dan peristiwa Hosu, Midoriya tidak terlalu dekat dengan Todoroki. Masih belum banyak data yang ia kumpulkan selain dari quirk putra bungsu Endeavor. Namun, setelah berteman dengan Todoroki, Midoriya menyadari ada sesuatu yang aneh pada temannya itu.
Pandangan Todoroki, entah bagaimana, selalu tertuju pada [Name].
Saat diskusi di kelas, Midoriya seringkali mendapati Todoroki berbicara luwes pada [Name]. Ketika latih tanding, perhatian Todoroki tidak pernah meninggalkan gadis itu. Bahkan saat waktu makan siang, sesekali Todoroki menyempatkan diri untuk menyapa [Name] sebelum duduk bersamanya dan Iida. Kebiasaan Todoroki yang aneh ini lama-kelamaan juga disadari oleh Uraraka dan Iida.
"Todoroki-kun sering sekali melihat [Name]-chan ya?" Uraraka memulai pembicaraan. "Lihat, sekarang Todoroki-kun menyapa [Name]-chan. Aneh sekali."
Pandangan mereka langsung beralih pada Todoroki yang tengah mengobrol dengan [Name] sambil membawa baki berisi soba. Jarak mereka cukup jauh untuk mendengar obrolan, tapi cukup dekat untuk menyadari raut wajah yang ditunjukkan Todoroki.
"Tersenyum!" seru Uraraka setengah berbisik. "Todoroki-kun tersenyum!"
"Kalau dipikir-pikir lagi, belakangan ini Todoroki-kun selalu bersama [Name]-kun," timpal Iida. Pemuda berkacamata itu tampak mencoba mengingat sesuatu. "Kalau tidak salah, saat latihan menggunakan kolam renang, Todoroki-kun juga sempat bertanya apakah [Name]-kun akan datang atau tidak."
"Eh? Benarkah?"
"Bagaimana menurutmu Deku-kun? Apa artinya Todoroki-kun menyukai [Name]-chan?" tanya Uraraka antusias. Sepertinya topik asmara selalu menjadi topik yang paling senang dibicarakan oleh kalangan perempuan.
Midoriya menarik diri seraya menutupi wajah dengan lengan, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Wajah Uraraka-san terlalu dekat, batinnya berteriak.
"Jika dilihat dari sifat Todoroki-kun, memang sedikit aneh. Todoroki-kun adalah tipe pendiam yang jarang bersosialisasi dengan orang lain. Melihatnya menyapa [Name]-san dengan mudah bahkan memulai obrolan, sudah pasti [Name]-san spesial bagi Todoroki-kun," gumam Midoriya. Ia melipat kedua tangan didepan dada, kepalanya menyusun informasi yang telah ia ketahui mengenai Todoroki untuk mengambil kesimpulan paling tepat. "Kemungkinan besar mereka berteman dekat atau ..."
"Atau apa Deku-kun?"
"Apa yang kalian bicarakan?"
Midoriya, Uraraka dan Iida melonjak kaget dengan kemunculan Todoroki. Mereka langsung memalingkan wajah, menghindari tatapan penuh tanya. Iris hijaunya beradu tatap dengan mata Uraraka dan Iida yang memberi isyarat, memintanya untuk menanyakan alasan dari keanehan Todoroki.
Midoriya menggeleng panik. Tidak nyaman menanyakan hal yang begitu personal. Namun, sekali lagi ia menyimpulkan bahwa topik asmara selalu menjadi perbincangan yang menarik bagi para perempuan hingga Uraraka tidak bisa menahan keingintahuannya.
"Todoroki-kun, apa kau menyukai [Name]-chan?"
Todoroki mendongak, tampak tak terpengaruh dengan pertanyaan gamblang yang terlontar. Ia memandang Midoriya, Uraraka dan Iida bergantian lalu mengangguk samar. "Iya. Aku suka [Name]."
Pekikan antusias Uraraka menggema di kafetaria bersamaan dengan Iida yang menasehati gadis penyuka mochi itu untuk tidak berteriak. Beberapa siswa melirik mereka penuh minat, tapi kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing saat menyadari tidak ada yang menarik. Midoriya terkesiap dengan wajah memerah dengan ungkapan blak-blakan Todoroki sedangkan pemuda itu tampak tak peduli seolah hal yang wajar memberitahu orang lain bahwa ia menyukai seseorang.
"Kau hebat sekali Todoroki-kun," puji Midoriya terkesima. Sebelah alis Todoroki terangkat bingung dengan pujian Midoriya.
"Tenang saja Todoroki-kun. Aku akan membantumu menyampaikan perasaanmu pada [Name]-chan. Kau bisa serahkan semuanya padaku," tukas Uraraka mengacungkan ibu jari.
"Kalian ini. Tidak baik ikut campur masalah percintaan orang lain tahu!"
"Eh?"
Itulah alasan Uraraka dan Midoriya berusaha keras untuk menciptakan kesempatan agar Todoroki dan [Name] dapat mengobrol dan menghabiskan waktu bersama. Atau lebih tepatnya Midoriya mengikuti keinginan Uraraka untuk sengaja membuat situasi dimana Todoroki dan [Name] bisa berduaan. Iida tidak ikut campur tapi juga tidak menahan keduanya. Diam-diam Iida juga penasaran dengan perkembangan hubungan Todoroki dan [Name]. Ia ikut senang jika teman-temannya senang, selama tidak menyalahi aturan sekolah dan tata krama.
Hari ini dua pasang mata mengawasi Todoroki dan [Name] bagai elang mengincar mangsa. Uraraka menahan jeritan gemas saat Todoroki melempar senyum pada [Name]. Jeritan Uraraka memancing rasa ingin tahu beberapa siswa kelas 1-A lainnya, bahkan Tsuyu memilih untuk duduk di meja mereka siang ini.
"Makan soba lagi?" [Name] melirik baki Todoroki. "Nutrisinya tidak akan cukup untuk tubuhmu kalau hanya makan soba setiap hari."
Todoroki mengangkat bahu acuh tak acuh. "Aku suka soba."
"Aku tahu," [Name] menghela napas. Tidak ada yang bisa menggoyahkan keinginan Todoroki jika menyangkut soba. "Tapi makan selain soba untuk makan siang. Kalau tubuhmu tidak cukup nutrisi, kau tidak bisa menjadi hero yang kauinginkan, mengerti?"
Todoroki memandang [Name] lama lalu mengangguk dengan berat hati. "Baiklah."
"Apa yang kulihat tadi nyata?" bisik Tsuyu yang duduk di sebelah Uraraka. "Todoroki-chan bisa mengalah semudah itu?"
"Latihanmu bagaimana?" kini Todoroki yang bertanya. Pipinya menggembung, penuh dengan soba. "Kemarin tidak jadi datang karena latihan, kan?"
Tanpa disadari, kini hampir semua siswa kelas 1-A mengarahkan pandangan mereka pada meja yang ditempati oleh Todoroki dan [Name], penasaran dengan alasan kedekatan keduanya. Di sisi kafetaria yang lain, Ashido dan Hagakure menggosipkan betapa lucunya Todoroki dan [Name] jika mereka berdua menjadi sepasang kekasih.
"Apa menurutmu 'datang' yang dimaksud Todoroki adalah datang ke rumahnya?" bisik Hagakure pada Ashido yang turut memperlihatkan rasa penasarannya.
"Sampaikan maafku pada Fuyu-nee. Aku latihan sampai malam," [Name] mengangkat tangannya, menunjukkan luka yang ia dapat saat latihan. "Karena belum bisa menguasai teknik baru, aku harus melukai tanganku berulang kali."
Dahi Todoroki mengerut, ia melepas sumpitnya untuk menggenggam tangan [Name]. Iris heterokromnya menyiratkan rasa tak suka dengan luka yang menghiasi telapak tangan [Name]. Ia memberengut, masih dengan pipi setengah penuh dengan soba. Ibu jarinya membelai goresan yang masih kemerahan, berharap dengan sentuhannya bekas luka itu akan menghilang. Sudut bibir [Name] tertarik samar.
"Aku baik-baik saja," gumam [Name] menenangkan. Ia mengenggam tangan Todoroki lalu meremasnya pelan sebagai penekanan bahwa lukanya tidak terlalu perih.
"Jangan memaksakan diri," Todoroki mengangkat tautan jemari mereka sebatas wajah. Bibirnya menyapu punggung tangan gadis itu, meninggalkan ciuman kecil pada telapak tangan [Name]. "Aku tidak ingin kau terluka."
"Yang seperti ini belum seberapa. Aku harus segera lebih kuat agar tidak tertinggal yang lainnya," sahut [Name] penuh determinasi.
Todoroki menggeleng lemah. "Aku mengerti perasaanmu. Lagipula aku tahu kekasihku bukan gadis lemah jadi kau tidak akan tertinggal. Malah aku benci melihatmu penuh luka seperti ini."
"Eh!? Todoroki dan [Name] adalah pasangan kekasih?" Uraraka menyuarakan keterkejutannya disusul dengan riuhnya pertanyaan dari siswi kelas 1-A lainnya. "Kenapa tidak bilang kalau kalian sudah menjadi sepasang kekasih?"
"Tidak adil Todoroki!" rengekan itu berasal Kaminari. "Bagaimana bisa kau menjadi orang pertama yang mendapat kekasih. Setidaknya mengalahlah pada kami."
"Woah jantan sekali pengakuanmu itu, Todoroki!"
Todoroki dan [Name] memandang teman-temannya bingung, genggaman tangan mereka masih belum terlepas. Keduanya heran dengan reaksi berlebihan teman-teman sekelasnya. Ditambah lagi, mereka memang tidak terkesan menyembunyikan fakta bahwa keduanya adalah pasangan kekasih.
Pemuda itu mengalihkan perhatiannya pada meja Midoriya, Uraraka dan Iida. "Bukankah aku sudah pernah mengatakan kalau aku suka [Name]?"
"Memang iya," sahut Midoriya, menahan desakan kuat untuk menepuk dahi. "Tapi kau tidak pernah berkata kalau kalian adalah pasangan kekasih."
Todoroki memiringkan kepala heran sedangkan [Name] terkekeh kecil dengan sikap Todoroki, gadis itu tidak heran dengan kesalahpahaman yang terjadi. Iris gelapnya berkilat geli mendengar erangan kesal Uraraka juga seruan Ashido dan Hagakure mengenai [Name] yang berhasil menggaet pria paling diinginkan di UA. [Name] yakin hubungan mereka akan menjadi gosip terhangat untuk waktu yang cukup lama.
"Lho, memangnya beda? Kupikir kalau aku suka [Name] sama saja dengan aku sudah menjadi kekasih [Name]," gumam Todoroki tanpa melepaskan pandangan dari Midoriya.
"Tentu saja beda, Todoroki-kun!"
Update perdana book Todoroki. Akhirnya setelah sekian lama nimbun ide, terwujud jugaa.
Setelah nonton ulang dari season 1 akhirnya aku ingat lagi alasanku suka sama Todoroki. Pertama-tama dia itu ikemen! Terus, Todoroki juga keren tapi polos tapi pinter juga. Sungguh kombinasi yang berbahaya. Kalau kalian kenapa nih suka sama Todoroki bungsu?
Hope you guys like it. Happy Reading yaa!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top