5. Nyctophobia | AU
Shortlist Part
Naruhina
Masashi Kishimoto (Disc)
Hanaamj
.
.
.
.
Rate: T
Genre: Romance/Humor
Alternate Universe
Third Point Of View
.
.
.
.
"Nyctophobia merupakan ketakutanku, yang sama denganmu."
.
"Ketakutan adalah hal yang mengerikan. Tapi siapa sangka, kalau hal ini menambah pengalaman kita."
.
.
.
.
"Sudah kubilang ini tidak akan berhasil." Pemuda bersurai pirang itu meletakkan pensil di atas bibir, dan menjepitnya dengan hidung. Matanya menjuling memperhatikan pensil tersebut. Sedangkan gadis di sampingnya, menghela nafas pasrah.
"Jangan berkata seperti itu! Kakashi-sensei bilang, aku akan menjadi pembimbingmu dalam belajar tambahan. Mau sampai kapan nilai ulanganmu rendah? Padahal, aku rela datang malam ke sini hanya untuk mengajarimu." Hinata---gadis itu membolak-balikkan buku setebal 500 halaman di depannya, yang menurut Naruto memuakkan. "Ah, matematika bagian yang ini kau masih bingung, kan?"
"Ya. Itu hanya membuat pusing saja." Naruto menggaruk kepalanya jengah dan menguap.
"Serius, dan dengarkan aku. Lihat petunjukku, yang aku yakin mudah untuk dipahami." Gadis itu menarik secarik kertas. Matanya melirik soal. Ia menuliskannya kembali. "Untuk menyelesaikannya, kau harus tahu kalau ini baris aritmatika. Terlebih dahulu, cari selisihnya. Lihat suku ke berapa yang akan dicari. Misalnya, suku ke-45 dan selisih antar bilangan adalah -3." Hinata menulis hal-hal yang diketahui dari soal sambil melirik pemuda pirang di sampingnya. Gadis itu bersyukur kalau Naruto masih berniat memerhatikan. "Rumus umumnya adalah Un= a + (n - 1)b. Bilangan pertama adalah 40. Silahkan dicari...."
Duh, maksud dari 'a' itu apa, sih? Dan apa itu 'Un'? Aku lupa, batin Naruto jengah.
"Aku haus. Aku ambil minum ke kulkas, ya?" Hinata beranjak dari duduknya.
"Ya, ambil saja." Kalau perlu, tidak usah kembali karena kau pasti akan menanyakan jawaban dari soal sialan ini.
Hening.
Gelap.
"KYAAAAA!/HUWAAAAAH!" Hinata dan Naruto berteriak bersamaan. Gadis yang sedang dalam perjalanan menuju kulkas itu langsung panik dan menutup mata. Ia bergidik ngeri dan langsung terduduk di lantai. Sedangkan, pemuda yang sedang berusaha mati-matian mengerjakan soal itu langsung kalang kabut. Pensil yang digenggamnya terpental entah kemana. Ia menutup matanya. Jantung mereka berdegup kencang.
Satu hal yang perlu diketahui, mereka Nyctophobia. Takut akan sesuatu yang gelap.
"Naruto.... tolong... aku." Gadis yang masih terduduk di lantai dengan memeluk kedua kakinya itu bergetar ketakutan. Otaknya berpikir, kegelapan mulai menelannya hingga terperosok ke dalam dan tidak ada jalan keluar lagi. Ia merasa sendiri di sana. Ia tidak akan bisa menemukan siapa pun, dan ia tidak akan pernah bisa kembali dari sana. Pikiran negatif itu semakin memengaruhi mentalnya. Ia semakin gemetar dan menangis tersedu.
Hinata takut kegelapan karena merasa kegelapan adalah akhir dari segala hidupnya. Ketika ia tersesat dalam kegelapan, maka ia tidak akan bisa kembali. Sendiri, dan mati perlahan ditelan kegelapan yang tertawa karena nasibnya. Pikirannya yang benar-benar negatif, membuatnya nyctophobia.
Sayang sekali, tidak ada yang bisa menenangkan Hinata, termasuk Naruto.
Pemuda bersurai pirang itu masih kalang kabut. Gelisah dan merinding sendiri. Ia memegangi kepala dengan kedua tangannya. Nampak sedang melindungi diri dari sesuatu. Naruto memiliki nyctophobia karena takut terhadap hal-hal yang berbau horror. Biasanya dalam kegelapan, akan ada mahluk yang membawa hawa dingin dan mencengkam. Memangnya siapa yang tidak ngeri? Ditambah lagi kalau misalnya, kau terseret ke dunia mereka dan tidak akan bisa kembali bertemu dengan orang-orang yang kau sayangi. Itu pikiran Naruto yang mungkin kalau diketahui temannya, ia akan dianggap payah. Tapi, toh, Naruto sendiri sebenarnya tidak ingin takut terhadap kegelapan.
"Oii... Hinata kau di mana?"
Setelah sekian lama mereka panik dan ketakutan sendiri, mereka mulai menenangkan diri. Sesekali menarik nafas pelan dan meyakinkan diri bahwa mereka bisa melewati cobaan tersebut.
Naruto berinisiatif untuk mencari Hinata. Ia mulai merangkak-rangkak dan meraba-raba lantai dimalam gelap. Tangannya yang bergetar meraba udara kosong. Sesekali kakinya membuat ia semakin maju dan terus berusaha mencari. Sip, ia malah seperti suster ngesot yang sebenarnya sangat ia takuti, namun malah mirip.
"Huuuuu.... huuu.. hiks..."
Naruto langsung berjengit terkejut. Sangat terkejut. Jantungnya bahkan serasa ingin meledak. Keterkejutan yang sangat itu sampai menahan suaranya untuk berteriak. Suara yang ia dengar, mirip seperti gadis jelita yang suka duduk manis di pohon. Ia takut, sangat. Apa lagi ketika si gadis jelita mulai terkikik. Namun, untung saja belum untuk saat ini.
"Ibu...." Pemuda pirang itu kembali melindungi kedua kepalanya.
"Naruto...."
"B-berhenti memanggil namaku! Aku tahu kau sangat cantik dan menggoda. Tapi tolonglah menjauh! Aku tidak akan tertarik padamu. Carilah yang lebih tampan! Aku bukan pemuda tampan. Justru sebaliknya. Bodoh pula. Nilai ulanganku hanya mendapat nilai rata-rata 3,65."
Bruukh
"HWOAAAAA!" Naruto berteriak histeris ketika ada yang memeluknya. Ia ingin lari terbirit-birit dan meninggalkan rumahnya. Namun, di luar juga mati listrik. Pastinya akan lebih gelap. Barangkali mereka lebih banyak berkeliaran di luar. Di sisi lain, Naruto sudah lemas tidak berdaya. Ia tidak mungkin lari, bahkan untuk bernafas saja rasanya susah dan putus-putus.
"Tuhan, ampuni aku..." Air mata dengan indahnya meluncur dari mata sewarna sapphire Naruto. Kesadarannya serasa hampir melayang. Apakah mungkin dia yang memeluk Naruto sedang membawa jiwa pemuda itu ke alam lain?
Sekian lama Naruto masih dalam kesadarannya yang tinggal setengah. Namun, suara seorang wanita yang tengah membawa beberapa kantung belanja mengintrupsi, "Ahh... manis sekali. Sudah berapa lama kalian berpelukan?" Uzumaki Kushina, wanita yang berbicara tadi.
Sontak saja, Naruto membuka matanya. Ada sedikit rasa syukur mengetahui bahwa ibunya yang selesai belanja telah datang. Bahkan, lampu di ruangan sudah kembali menyala. Ada sesuatu yang ia ingat. Siapa yang memeluknya?
"H-Hinata...."
"N-Naruto?"
Menyadari posisi mereka berdua, mereka langsung memisahkan diri. Wajah Hinata memerah. Begitu juga Naruto.
"Kalian boleh berpelukan, tapi jangan saat gelap, dong! Itu ambigu," ucap Kushina frontal dan itu membuat Naruto kesal.
"Ibu, aku takut, tahu! Ibu tahu sendiri kalau aku nyctophobia." Naruto mengerucutkan bibirnya.
"Nyctophobia? Aku juga mengalami hal itu, Naruto. Dan soal tadi.... aku minta maaf. Aku sangat ketakutan," cicit Hinata pelan.
Sebenarnya, tadi bukan Naruto saja yang berinisiatif untuk mencari Hinata. Namun, gadis itu juga berinisiatif. Begitu menemukan sasarannya, Hinata yang sedang ketakutan langsung memeluk Naruto tanpa mengatakan apa-apa. Ia masih sangat ketakutan dan tidak peduli dengan teriakan serta ucapan yang keluar dari mulut pemuda itu.
"Tidak apa. Lain kali kalau mau memeluk, bilang saja. Kukira kau mahluk halus. Maaf juga tadi telah teriak-teriak." Naruto menggaruk tengkuknya canggung dan malu. Sekarang, ketahuan kalau ia takut dengan hantu.
"Uhh... sepertinya aku mengganggu, ya? Lanjutkan acara pelukan kalian."
"IBUUU!"
"Hee? Jangan malu-malu."
Hinata pingsan.
END
An Information:
-Nyctophobia: Ketakutan terhadap gelap.
-Words Totaling: 999 words (jumlah kata dalam ceritanya saja).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top