Earphone dan garam
By HaikhalIDONG
Judul : Earphone dan Garam
By : HaikhalIDONG
*****************************************************************************
"16:30"
Aku terbangun di ruang tamu dengan memegang satu botol soda kaleng yang sudah habis. Aku sadar bahwa saat malam diriku berpesta bersama teman temanku.
Aku Riky, tapi jangan terlalu di ingat, namaku bisa berubah ubah, lalu dengan keadaan setengah sadar aku mengambil segelas air putih dimeja yang bisa dibilang cukup rapuh tapi masih layak pakai. Seketika aku mengerutkan kening karena suara pintu terdengar.
"Tiba saatnya," suara pria tua bungkuk dengan pakaian rapinya memasuk rumahku sembari tersenyum melihatkan gigi kotornya dan membawa garam dan earphone.
"Ricky, Galih Jl.Pride no.14," ucap pria tua itu dengan suara serak nya. Tidak butuh waktu lama, aku pergi membawa garam dan earphone milik pria tua itu.
Sesampainya aku di Jl.Pride no.14, aku mengetuk rumah itu.
"Hmm siapa ya?" tanya seorang wanita dengan rambut yang ter urai membukakan pintu.
"Boleh bicara dengan bapak Galih?" ucapku dengan senyuman terbaikku.
Dia sedikit mengerutkan keningnya, mungkin karena heran.
"Boleh, silakan masuk." Dia membiarkan aku masuk ke dalam rumahnya.
Setelah aku masuk, aku melihat seorang pria dengan memakai seragam kantor dengan namanya yang ada di sebelah kiri dadanya itu dan ternyata dia adalah galih.
Ya, orang yang aku cari.
Aku memasuki ruangan itu dengan senyum manisku dan mendatangi orang yang bernama galih itu.
Dari pengamatanku, orang itu berwajah tua tetapi belum memiliki anak, perabotan rumahnya lengkap, barang barang yang dipakainya adalah barang mewah bahkan perhiasan istrinya itu pun serba emas, tetapi keduanya memiliki kantung mata yang hitam.
Bisa disimpulkan orang itu jarang di rumah hingga dia belum memiliki anak dan pekerjaannya memiliki penghasilan tinggi karena mereka bisa membeli barang barang mahal dan mereka sepertinya sibuk mengurusi pekerjaan mereka hingga semalaman dan menciptakan kantung mata hitam itu.
"Permisi pak, maaf ganggu waktunya. Saya Reed, apakah bapak bisa ikut saya sebentar? Ini soal perusahaan bapak. Datanglah ke alamat ini, saya harap bapak datang pukul 8 malam tepat. Semua karyawan akan meeting di rumah saya," ucapku sembari memberi kartu namaku dengan menyisipkan alat pelacak di lembar kertas itu.
Beberapa jam aku menunggu pria itu dengan alat pelacak di tanganku tetapi aku sadar, radar pelacak memperlihatkan bahwa Galih bergerak ke arah rumah ku. Setelah pukul 8 malam, pria itu diam di depan rumahku dengan pakaian rapihnya.
Dengan sekejap, aku tersenyum menyambut pria itu dan memukul rahangnya hingga pingsan dan membuatnya duduk di kursi rumahku dengan keadaan Terikat. Dia heran kenapa dia ada di kursi itu dengan keadaan terikat.
Aku melempar wajahnya dengan garam dan menusuk perutnya menggunakan pisau yang agak karatan hingga membuat darah bercucuran di lantai rumahku.
"Ow, darahnya bercucuran Hahaha..."
Aku memasukan segenggam garam pada lukanya hingga menembus kedalam perutnya. Aku mengikat semua jari kaki nya menggunakan earphone dan memotong beberapa jari kakinya.
Untuk apa di ikat? Untuk menghentikan pendarahan tentu. Kenapa aku menyiksa orang itu? Aku di bayar oleh pria tua di rumahku.
"Argh! Ada apa ini?Tolong." Galih berteriak kesakitan dengan berusaha melawan dan mengeluarkan air mata.
"Maaf pak, ini perintah."
Aku mencokel kedua matanya dengan kedua tanganku. Aku menikam perutnya dan menaburinya dengan garam, lalu aku mengikat lehernya menggunakan earphone hingga pria itu kehabisan nafas.
Dan berseru lemah. "Tolong." Pria itu mengucapkan kata kata terakhirnya hingga tiba saatnya, saat ia mengeluarkan nafas terakhir..
Ya, dia mati.
Aku menelfon pria tua di rumahku untuk datang dan membawa mayat itu dan membawa uang untukku. Sesampainya pria tua itu kedalam rumahku.
"Riky, kerja bagus. Ini bayaran mu." Pria tua itu tersenyum dengan memperlihatkan gigi kotornya dan melemparkan sebungkus uang padaku.
"Terima kasih paman. Ini karena earphone dan garammu itu," ucapku sembari menangkap uang itu dan memasukan ke dalam sakuku sembari melemparkan garam yang masih tersisa tersenyum.
Aku melepaskan lilitan earphone itu dan kuberikan pada pamanku.
"Paman, mayat ini sekarang untuk apa?" tanyaku menghitung jumlah bayaranku.
"Biasa nak. Ini stok makananku lusa," ucap pamanku sembari memotong beberapa bagian tubuh mayat itu dan memasukannya ke kantong plastik yang cukup besar.
"Oh iya terimakasih sudah bekerja sama hari ini. Kalau stok makanan ku habis, aku akan mengabarimu lagi," ucap pamanku sembari tersenyum dan membawa potongan mayat itu.
Ya, pamanku adalah kanibal dan.
Pembunuhan akan terus terjadi.
-End-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top