Menembus

Saat ini aku dan keluargaku sedang berada di hotel. Liburan yang seharusnya menyenangkan berbalik menjadi hal terburuk namun tidak bagiku.

Seorang pria tiba-tiba datang menyandera seluruh penghuni hotel, termasuk juga keluargaku.

Terlihat wajah mereka begitu panik namun tidak denganku, aku hanya sibuk memainkan handphone hingga pria itu menyadarinya dan langsung mengambil handphone-ku. Dia menarik lenganku dengan keras sambil menatapku tajam. Tentu saja aku juga balik menatapnya meski sebenarnya aku takut.

Ia langsung menghempas tanganku lalu berkata, "Belikan aku alkohol!!!". Sontak saja aku menjawabnya dengan ketus, "Kau pikir kau siapa?!". Terlihat sekali wajah si penyandera sangat marah mendengar jawabanku.

Pria itu pun langsung menarik tanganku dan membawaku keluar hotel. Dia terus saja menatapku seolah menyuruhku untuk pergi. Tanpa pikir panjang aku langsung melangkahkan kaki meninggalkan hotel dan mencari bantuan. Namun entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan tatapannya. Sambil berjalan aku menengok ke arahnya sekilas ia masih saja menatapku.

DOR

Aku terkejut dengan suara letupan pistol. Aku merasa pinggang belakang tepatnya di bagian kiri panas. Aku pun meraba pinggang kiriku. Kulihat telapak tanganku berlumur darah segar, dan itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaanku. Pria penyandera itu sudah menembakku. Aku langsung tersungkur jatuh ke aspal hingga semuanya menggelap.

***

Aku membuka kedua mataku. Hal pertama yang kulihat aku berada di sebuah kamar sederhana berpetak kecil. Padahal tadinya kupikir aku sudah mati namun ternyata aku ditolong seseorang.

Ceklek

Seorang gadis kira-kira seumuranku masuk ke kamar sembari membawa nampan yang terdapat semangkuk bubur dan juga teh hangat. Aku meraba luka bekas tembakan tadi, ternyata sudah diobati dan dibalut oleh perban meski masih terasa panas dan perih.

Gadis itu menaruh nampan disamping kasurku agar menyuruhku untuk makan. Jujur saja aku kecewa kenapa aku masih hidup. Seharusnya gadis ini tidak perlu menolongku, jika dia tidak menolong mungkin aku sudah mati sejak tadi.

"Bagaimana keadaan hotel?" Tanyaku tak ingin basa basi.

"Hotel itu masih belum aman. Para penyandera juga masih disana. Sebaiknya kau jangan nekat jika masih ingin hidup." Jawab gadis itu.

Aku langsung bangun dan berlari menuju hotel, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sudah sampai disana. Orangtua gadis itu pun ikut mengejarku, luka tembak yang belum kering tidak kupedulikan lagi karena dapat kurasakan darah kembali mengalir di pinggang kiriku.

Aku juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba tempat ini banjir. Saat aku sudah berada dekat dengan hotel, pria penyandera itu ada disana seolah sudah menunggu kedatanganku.

Dia menatapku datar, tanpa aba-aba.....

DOR DOR DOR

Dia menghujaniku dengan tembakan lagi. Dada kanan, perut, dan bahuku terkena tembakannya. Namun, aku tidak merasakan sakit sama sekali.

DOR DOR DOR DOR DOR DOR

Dia menembakku lagi dan lagi, hingga aku terjatuh di genangan banjir. Genangan air pun sudah dipenuhi warna merah pekat akibat darah di sekujur tubuhku.

Sama seperti tadi, aku sama sekali tidak merasakan apa-apa. Aku mencoba bangun dan berdiri lagi meski tubuhku sudah terasa kaku. Namun......

DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR

Belum sempat aku melangkahkan kakiku dia langsung menembakan peluru ke arahku bertubi-tubi tanpa henti. Tubuhku sudah sepenuhnya dipenuhi oleh darah. Untuk sekarang aku masih sanggup untuk berdiri, namun pria penyandera itu mengarahkan pistolnya tepat mengarah kepalaku hingga aku yakin mungkin kepalaku akan jadi sasaran terakhirnya.

DOR

Benar saja, peluru itu tepat mengenai dahiku. Aku terjatuh lagi di genangan banjir sembari menatap langit. Kepalaku terasa sangat panas karena sepertinya peluru itu bersarang di otakku.

Aku bersyukur, akhirnya aku akan meninggalkan dunia ini dan tidak membebani orang-orang disekitarku lagi. Aku tersenyum,' Terimakasih.'

Aku menutup kedua mataku dan samar-samar suara sirine ambulance memenuhi gendang telingaku.

Aku kembali membuka mataku, saat aku terbangun ternyata aku berada di kamarku. Lalu aku menyadari semua insiden penembakan tadi hanyalah mimpiku, namun aku sangat berharap semua kejadian tadi nyata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top