BLOOD 05
TOK TOK TOK
TOK TOK TOK
.
Suara ketukan pintu yang terus berulang, membangunkan Miunie dari tidur nyenyak.
"Masuk" Masih berbaring sambil mengusap wajahnya.
Membuka pintu dan masuk perlahan lalu berdiri agak jauh dari ranjang Miunie. "Maaf mengganggu waktu Yang Mulia Ratu. Hamba hanya membawakan sarapan, perintah dari Yang Mulia Raja" Menunduk hormat.
"Hmm,, taruh saja di meja"
"Baik, Yang Mulia Ratu" Menunduk hormat dan menaruh nampan diatas meja.
"Hamba pamit undur diri"
"Hm,, oh sebentar! Saya minta kedepannya jangan memanggil saya Ratu. Saya tidak suka mendengarnya"
"Ampuni hamba, Yang Mulia" Berlutut takut.
"Berdiri" Perintah Miunie dan pelayan itu pun langsung bangkit berdiri.
"Kedepan nya jangan diulangi dengan memanggil saya Ratu. Mengerti?"
"Baik. Perintah Yang Mulia akan selalu hamba ingat"
"Bagus. Sekarang anda boleh keluar" Pelayan tersebut menunduk sekali lagi dan berlalu keluar.
Setelah pintu kamar di tutup, Miunie bergerak untuk duduk di pinggir ranjang sebentar dan bangkit berdiri. Dan ketika dirinya baru meraih nampan, perut nya mendadak sangat sakit, membuat tubuh nya ambruk ke lantai.
Nampan pun tersenggol, menumpahkan seluruh makanan ke lantai.
"AAAKKKHHHH,,, SHHHHHH,, SAKIITTTT HIKSSS,, PERUTKU KENAPAA??! AKKKKHHH!! SAKIT SEKALIII HIKSSSS" Miunie terus berteriak kesakitan sambil kedua tangan menekan perutnya yang tiba-tiba sangat sakit.
"TOOLONGGG HIKSS,, SAKITTTT,,, TOLONG!!! HHMMPPP,,,UUUEEEEEKKKKK!!" Tiba-tiba ia merasa sangat mual. Ia coba sekuat tenaga untuk bangkit dan lari ke kamar mandi. Namun sakitnya perut, membuat Miunie tidak dapat bergerak sedikitpun dari tempatnya. Ia pun muntah di tempat.
"UUUEEKKK,, HIKSS,,, AKU KENAPA?! UUUEEEEKKKK" Karena Miunie belum makan dari kemarin, yang keluar dari muntahannya hanya berupa cairan.
Tidak lama kemudian, seorang pelayan langsung membuka pintu kamar Miunie karena dirinya terkejut mendengar suara muntahan dari sang Ratu.
"Yang Mulia!!! Yang Mulia!! Anda kenapa?! Mari hamba bantu untuk naik ke ranjang" Mencoba mengangkat tubuh Miunie yang sudah sangat lemas dan terus menahan sakitnya ke ranjang.
"Yang Mulia! Anda tetap disini. Hamba panggilkan Yang Mulia Raja!" Dengan cepat pelayan tersebut berlalu karena panik sebelum Miunie sempat mencegahnya.
"Tidak perlu hiksss,, jangan pangggil orang itu,, hikss,,, saakkiiitttttt,, hiksss, hikkk" Berguling guling diatas ranjang sambil terus meremas perutnya.
Berselang 3 menit kemudian, Gulf datang dengan tergesa-gesa.
"SAYANG!!! DIMANA YANG SAKIT?!" Ia langsung menuju tubuh sang Istri yang bergerak seperti cacing diatas ranjang lalu memeluk nya.
Disisi lain, para pelayan cepat-cepat membereskan kekacauan di lantai kamar dan segera meninggalkan mereka berdua.
"Apakah sangat sakit? Tolong tahan. Sakitnya hanya sebentar" Memeluk sambil menenangkan istrinya yang terus menangis histeris.
*Ini pasti reaksi dari cairan penyihir tadi pagi*
Mengusap punggung istrinya dengan lembut.
"Sakitttt hiksss,, tolongg,, saya tidak kuat" Meremas kerah baju sang suami.
"Aku yakin sebentar lagi sudah baikkan"
Miunie sempat bingung dan sedikit curiga dengan perkataan Gulf.
Bagaimana Gulf tau kalau sakitnya hanya akan terjadi sebentar? Seperti ia sudah tahu kalau sakit perut ini akan terjadi. Sayangnya, Miunie tidak sempat bertanya karena terus menahan sakitnya.
CCCUUPP
Gulf mengecup dan melumat bibir manis Miunie dikala ada kesempatan. Melumat lidah dan bibir kesukaannya dengan lembut. Tangan kanan Gulf bergerak mengusap lembut perut istrinya, berharap sakitnya akan cepat hilang.
Hati kecil nya terluka melihat sang istri sangat kesakitan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Ini demi mendapatkan keturunan dengan darahnya sendiri bersama orang yang ia cintai.
Miunie menutup mata dan merespon ciuman intents dari sang suami. Berharap bisa mengalihkan sakitnya. Tangan kiri Gulf menekan tengkuk Miunie agar dapat melumatnya semakin dalam hingga wajah Miunie mendongak keatas.
"Mmmhhh,, pphhh,, hhhmmh" Desahan mulai memenuhi kamar.
Perlahan tapi pasti, Miunie sudah mulai tenang. Perutnya perlahan mulai tidak sakit lagi seperti tadi.
Miunie melepaskan ciumannya dan menarik wajahnya, menjauh dari Gulf.
"Perut saya sudah tidak sakit. Terima kasih" Menunduk hormat.
Menarik wajah Miunie dengan lembut untuk menatap matanya. "Apa maksudmu berterima kasih padaku, hmm? Aku suami kamu. Sudah kewajibanku untuk selalu membantumu. Jangan ucapkan kata itu lagi padaku. Mengerti?" Miunie mengangguk kecil, Gulf segera menariknya pelan lalu memeluknya erat. Tangannya mengelus rambut Miunie dengan lembut.
Entah kenapa, Miunie merasakan kehangatan di pelukan sang suami. Menutup matanya dan menikmati usapan lembut suaminya.
Ucapan suaminya tadi pagi, membuatnya terus berpikir untuk memberikan suaminya kesempatan. Ia merasa seperti orang jahat kalau terus mengabaikan ketulusan cinta dari Gulf. Semua orang berhak mempunyai kesempatan yang sama untuk berusaha.
Tiba-tiba, terlintas pertanyaan yang sangat ingin ia tanyakan pada sang suami. Melepas pelukan Gulf dan menatap matanya.
"Boleh saya bertanya?"
"Tanyakan apa saja apa yang membuatmu penasaran, istriku"
"Kenapa saya harus berpakaian seperti wanita di acara pernikahan kemarin?"
Deg
"Itu---" Menunduk lesu.
"---jujur saja, istriku. Di Kerajaan ku, ada peraturan yang tidak boleh dilanggar. Salah satunya tidak ada yang boleh menikah dengan sesama jenis" Miunie membelalakkan matanya karena terkejut.
"Lalu apa yang anda----" Bibir Miunie ditutup dengan telunjuk Gulf lalu diusapnya dengan ibu jari.
"Itu karena aku sangat mencintaimu" Tersenyum pahit.
"Aku mencintaimu sejak pada pandangan pertama. Mungkin kamu tidak ingat, tapi kita dulu pernah bertemu, istriku. Dulu saat aku remaja, aku diburu oleh penduduk desa. Tubuhku sudah penuh dengan luka. Tapi tidak lama, muncul malaikat yang sangat cantik. Datang berlari menghampiriku dan membawaku kerumahnya. Malaikat cantik itu mengobatiku dengan lembut dan merawatku hingga aku sembuh. Dan kamu tahu?" Menatap manik indah istrinya.
"Malaikat cantik itu adalah kamu"
CUP
Mengecup bibir manis istrinya lalu tersenyum.
"Aku tidak tahu apa yang membuatmu sama sekali tidak mengingatku. Tapi sejak kamu menyelamatkanku, aku selalu mengikutimu kemanapun. Selalu menjagamu dari belakang" Miunie terus terdiam mendengar cerita dari sang suami.
"Aku ingin kau terus berada disisiku selamanya. Itulah mengapa aku bertekad melanggar aturan tersebut demi memilikimu. Kalaupun nanti aku ketahuan, aku rela dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku. Asal aku bisa terus bersama denganmu sampai aku mati" Cairan bening mengalir keluar dari sudut mata Gulf tanpa izin. Hati Miunie yang lembut menjadi tersentuh setelah mendengar cerita dari sang Suami. Ternyata Gulf terlalu mencintainya sampai rela melanggar aturan kerajaannya sendiri demi bisa bersama dirinya.
Gulf terlalu mencintainya dan menjadi egois.
Miunie sedikit menyesal karena hanya melihat Gulf dari tampak luarnya saja.
Tangan kanannya terulur, menghapus air mata Gulf memakai ibu jarinya dengan lembut. "Maaf" Hanya itu yang bisa diucapkan Miunie.
Gulf meraih tangan Miunie lalu mengecup punggung tangannya sedikit lama. "A-Aku tahu kalau kamu takut padaku yang bukan manusia ini tapi, aku sangat mencintaimu. Bisakah kamu membuka hatimu padaku?" Menatap manik indah Miunie dengan mata sendunya.
Miunie mengangguk perlahan. "Berusahalah, suamiku" Tersenyum. Senyuman tulus yang baru Gulf lihat dari wajah sang istri.
Segera Gulf memeluknya erat-erat. "Aku akan berjuang. Terima kasih" Menggesekkan wajahnya di ceruk leher istrinya.
"Boleh saya buat satu permintaan?" Gulf menatap mata istrinya.
"Apa itu?"
"Bolehkah saya bertemu dengan adik saya? Saya rindu padanya"
"Boleh. Asal aku ikut menemanimu" Miunie tampak berpikir.
"Aku janji tidak akan menyentuhnya. Aku hanya mau menjaga istri dan Adik ipar ku" Tersenyum.
"Baiklah, berjanjilah padaku kalau kamu tidak akan melukainya seujung kuku pun" Memberi kelingking dan di sambut oleh Gulf.
Kelingking mereka saling bertautan.
Gulf menarik kelingking miunie hingga tubuhnya bergerak maju dan jatuh ke dekapan sang suami.
"Aku yakin kamu pasti diam-diam seorang penyihir" Memeluk erat tubuh istrinya.
*Tiba-tiba---?*
"Maksud Anda?"
"Kamu memantraiku, membuatku terus jatuh cinta padamu setiap detiknya"
CCCUUUP
Melumat bibir manis istrinya dengan lembut.
Miunie menyunggingkan senyum ditengah ciuman setelah mendengar gombalan sang suami.
Tak lama, Miunie melepaskan tautannya dan menatap mata Gulf. "Kamu tidak ada urusan lain?"
"Biarkan bawahanku yang mengurusnya. Aku mau disampingmu terus" Menggesekkan ujung hidungnya dengan ujung hidung Miunie.
"Oh iya, istriku. Aku punya hadiah untukmu" Mengeluarkan kalung pemberian sang penyihir ke depan mata Miunie.
"Wah,, cantik" Matanya berbinar melihat kecantikan kalung tersebut.
"Cantik, sama sepertimu"
CUP
Mengecup bibir istrinya kesekian kali, membuat semburat merah muda tercetak jelas dipipi Miunie.
"Aku pakaikan"
Gulf memakaikan kalung tersebut ke leher sang istri.
Miunie tersenyum senang, matanya melirik kalung tersebut tanpa henti.
"Terima kasih" Gulf mengangguk lalu tersenyum manis.
Di lubuk hati Miunie berpikir bahwa Gulf tidak seburuk yang ia pikirkan setelah mengenalnya hingga sekarang. Dia orang yang baik dan tulus.
Ia akan berusaha membalas nya dengan hal yang sama dan mencoba untuk mencintainya.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Di sisi lain,,,
Joss wayar terus mati-matian mencari keberadaan Miunie.
Ini sudah hari ke-3 ia mencari, tapi tidak membuahkan hasil. Padahal Joss sudah mengerahkan banyak orang untuk mencari kekasihnya, tetap saja tidak membuahkan hasil. Joss hampir menyerah dan kehilangan akal sehatnya.
Nay pun terus menangis karena merindukan sang kakak tercinta. Joss tidak kuat melihatnya.
"Kamu dimana, sayang? Apa kamu diculik vampire?" Tangannya mengepal kuat.
Joss ingin sekali menyusul ke sana dan langsung menghajar vampire yang sudah mengambil kekasihnya itu, namun ia hanya manusia biasa. Tidak bisa melintas ke alam vampire sana. Dirinya tidak bisa berbuat banyak.
"Sayang. Ingat, aku selalu menunggumu. Datanglah padaku, sayang. Aku merindukanmu" Menutup matanya erat dan hanya bisa pasrah saat ini sambil menunggu keajaiban dipertemukannya kembali dirinya dengan sang kekasih.
To Be Continue,,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top