AYAH 01
Krrriingggg,,, krrriiingggggg
.
Bunyi bel yang terus terdengar saat jarum jam menunjukkan pukul 12:30, jam pulang anak sekolah dasar di SD negri yang terletak di pinggir kota Bangkok.
"Baik anak-anak. Jangan lupa kerjakan PR kalian dan dikumpulkan besok ya!" Tersenyum sambil melirik anak murid yang gemes dan imut didepannya.
"Baik Pak guruuuuu" Ucap serempak dengan nada riang. Sang guru mulai sibuk membereskan buku diatas meja sedangkan anak murid berhamburan keluar.
"Pak gulu. Miu bantu, ya" Memamerkan gigi rapinya.
"Tidak usah, sayang. Ini berat loh"
"Tidak apa, Pak. Kata Mama, kita halus saling bantu membantu. Hehehe"
Tersenyum lalu mencubit pipi tembem Miu dengan gemas. "Kamu beneran mau bantu saya?" Miu mengangguk ribut hingga poninya ikut bergerak, membuat kesan imut dimata guru tersebut. Melirik ke arah luar kelas lalu duduk di kursinya. "Duduk di sini, sayang" Menepuk kedua pahanya dan Miu pun duduk disana tanpa sepatah katapun. Sang guru langsung memeluk dari belakang erat-erat dan mencium aroma vanilla di ceruk leher Miu.
"Pak gulu, geli--hahahahahaha"
Tersenyum, "Miu. Kamu mau tidak jadi anak saya?" Tanya guru tersebut, masih dengan posisi menyedot aroma di ceruk leher Miu.
Mengangguk cepat. "Miu mau"
Terkejut dengan jawabannya. "Kenapa kamu mau?" Penasaran.
"Karena Pak gulu ganteng. Hehehe" Cengar-cengir.
Mendengar penuturan polos Miu, membuat senyumnya semakin lebar. Melepas pelukan, "dah. Kamu bisa pulang sekarang, sayang" Menurunkan Miu dari pahanya ke lantai dengan lembut.
"Miu mau bantu Pak gulu"
"Tadi sudah"
"Hah?" Memiringkan kepalanya ke arah kiri.
Tersenyum dan jongkok, menyamakan tingginya dengan Miu lalu mengusap kepala anak itu dengan lembut. "Kamu sudah bantu sedikit meringankan beban pikiran saya. Terima kasih" Diakhiri dengan mencubit kedua pipi tembem Miu.
"Beban pikilan? Itu apa Pak gulu?" Tidak mengerti.
"Nanti kamu akan mengerti kalau sudah besar"
CUP
Mengecup pipi bulat Miu. "Kamu tidak mau pulang? Atau mau ikut saya pulang?" Senyum menggoda.
Menggeleng cepat. "Mama sudah tunggu Miu. Miu pulang dulu, Pak gulu"
Mengangguk dan mengusap rambut Miu. "Hati-hati di jalan" Ujarnya sambil melihat punggung kecil Miu yang telah menjauh, berlalu keluar dari kelas. "Imutnya"
.
"MAMAAAA!!!" Teriak seorang anak kecil nan manis pada seorang wanita berumur 30 tahunan, sedang berlari kearahnya.
"MIUUUU!" Berjongkok lalu merentangkan tangannya ke depan untuk menangkap sang buah hati.
Mereka berpelukan erat, membuat orang tua lain disampingnya merasa cemburu dengan kedekatan anak dan Ibu tersebut. "Mama baru sampai jemput Miu?"
Mengangguk dengan senyum gemas pada sang buah hatinya tersebut. "Iya. Miu lapar?" Mengusap pipi tembem Miu.
"Lapal,,, lapal,,, pelut Miu belgetal (keroncongan), Mama" Ucap Miu dengan cadelnya sambil menepuk perut mungilnya dengan perlahan, terlihat sangat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya.
"Ayo kita pulang, sayang. Mama susah masakkin banyak makanan enak kesukaanmu"
"Yeeay!" Mengangkat kedua tangan ke atas dengan semangat. "Mama,, endong" Mempoutkan bibir.
Sang Ibu langsung menggendongnya ala koala. "Jeng. Saya pergi dulu, ya" Melirik ke arah dua temannya yang sedari tadi memperhatikan interaksinya dan Miu.
"Iya, Jeng. Hati-hati" Ucap mereka pada Maya, Ibu Miu, yang telah berlalu.
.
Setelah makan, Miu lari-larian di depan rumah yang sepi untuk menyenangkan hatinya. Tidak tahu bahwa mulut mungilnya di kotori oleh bekas nasi dan lauk. "Miu? Kamu dimana, sayang? Mulutnya di bersihkan dulu yuk" Melirik ke sana kemari, mencari anak semata wayangnya di rumah yang tidak begitu besar. "Miu?? Kamu dimana, Nak?" Merasa tak ada jawaban, membuat sang Ibu khawatir. Sang Ibu berlari ke depan rumah dan tidak mendapati siapa-siapa disana. "Kemana anak itu? Duh, bandelnya" Mulai risau, ia pun mengunci pagar dan melenggang pergi dengan asal hingga matanya tidak sengaja mendapati siluet anaknya yang sudah duduk di lantai aspal dengan seorang pria dewasa di samping. "Miu?" Menyusul Miu dan shock melihat lutut anaknya yang berdarah.
Pria itu langsung melirik ke arah suara dengan keterkejutannya. "Anak Nyonya?" Maya mengangguk cepat sebagai jawaban.
Melirik ke arah Maya dengan wajah tersedu-sedu. "Hik,,, hikkkss,,, Mama! Hikkss,, atitttt utut Miu--hikkksss"
Berjongkok di sebelah Miu. "Ya ampun, sayang. Kenapa kamu bisa terluka seperti ini? Ayo kita pulang" Saat Maya mau menggendong Miu, pria itu lebih dulu menggendong Miu ala bridal, membuat Maya cukup terkejut.
Tersenyum tampan pada Maya, "biar saya bantu"
Gugup, "oh, ya, t-terima kasih" Cepat - cepat berdiri dan menunjukkan jalan ke rumah.
Setelah sampai dirumah, pria itu menidurkan Miu di kamarnya sendiri lalu membersihkan luka dengan air yang sudah disiapkan Maya. "Biar saya saja. Anda tidak perlu melakukan hal seperti ini"
"Tidak apa. Hati saya ikut sakit melihat luka pada lututnya. Santai saja dan biar saya ikut mengobatinya" Kembali tersenyum, membuat hati Maya berdegup kencang.
*Ya ampun. Ganteng dan baik banget* Cengar-cengir dan duduk di tepi ranjang, memperhatikan pria itu membersihkan hingga memberi obat pada lutut anak kesayangannya.
"Mama hikkkksss,,, akkhh,, sakit hikkss,, hikss" Meremas tangan sang Ibu, melimpahkan rasa sakit yang dirasakan anak manis itu pada lututnya.
Mengusap kepala Miu dengan lembut lalu memeluk untuk menenangkannya. "Sabar, sayang. Lututnya lagi di obati sama Om baik itu. Makanya, jangan main lari-larian. Bandel, sih" Mencolek hidung pesek Miu.
Mempoutkan bibir, "hikss,, hikss,, tadi Miu ndak lihat ada batu, Mama--hiksss,, salahin batu itu, Mama, bukan salah Miu hikkss,, hik" Indra pendengaran Miu menangkap suara cekikikan yang tertahan lalu melirik ke arah pria itu yang ternyata sedang menahan tawa. "Om kenapa ketawa?" Menatap tak suka dengan wajah marahnya, yang terlihat imut di mata pria tersebut.
"Tidak. Om tidak tertawa, kok" Berusaha mendatarkan wajahnya.
"Hmmph. Om bohong. Tadi Miu dengar Om ketawa---"
"Sayang, bicara yang sopan sama Om. Minta maaf" Tegas Maya pada Miu.
Cemberut. "Miu minta maaf, Om"
Melirik Maya setelah menutup luka dengan kain kasa pada lutut kecil Miu. "Tidak apa-apa, Nyonya. Namanya juga masih anak-anak" Kembali menebar pesona, membuat jantung Maya semakin berdetak tak beraturan.
"J--Jangan panggil saya Nyonya. Saya masih muda" Merapikan rambutnya ke belakang telinga.
"Ah, iya! Maaf, saya lupa memperkenalkan diri" Mengulurkan tangan kanan kedepan, bermaksud untuk bersalaman. "Nama saya Joss Wayar. Umur 36 tahun. Anda bisa panggil saya Joss"
Menyambut uluran tangan Joss, "saya Maya Suttinut. Umur 31 tahun. Panggil saja saya Maya" Bersalaman cukup lama. Benih-benih asmara tumbuh di antara keduanya, membuat Miu merasa diasingkan.
"Mama" Panggil Miu dengan manjanya, membuat kedua orang dewasa itu tersadar dan melepas tautan tangan mereka.
"Hmm,, suamimu kemana?" Tanya Joss, berusaha basa basi.
Tersenyum, "dia sudah tiada. Kecelakaan 5 tahun yang lalu"
"Ah,, maaf!" Menunduk minta maaf.
"Tidak apa. Itu sudah lama dan saya sudah ikhlas"
"Jadi, kamu merawat anakmu sendirian?" Maya mengangguk sebagai jawaban. "Kamu wanita yang luar biasa" Ucapan Joss, membuat wajah Maya memerah padam.
Melirik Miu dan Maya bergantian. *Kalau aku mau dekat dengan Anaknya, aku harus taklukkan dulu Ibunya. Merepotkan* Masih memampangkan senyum tampannya pada Maya.
.
"Om. Kenapa Om masih disini?" Melirik ke arah Joss yang ada di sebelahnya, ikut tengkurap di ranjang, memperhatikan Miu mengerjakan tugas sekolahnya.
Setelah insiden terlukanya Miu, Maya mendapat telefon dari kantor dimana ia harus segera pergi karena ada tugas dadakan, membuat Maya minta tolong pada Joss untuk menjaga Miu dengan baik.
Tentu Joss menerimanya dengan suka rela. Karena dengan begitu, ia punya banyak waktu untuk mendekati Miu.
"Mau Om bantu kamu kerjain itu?" Menunjuk ke arah buku yang sedang dikerjakan si kecil Miu.
Menggeleng cepat, "tidak, Om. Miu bisa keljakan cendili" Kembali menulis di buku itu.
Menopang kepala dengan satu tangan, memperhatikan wajah imut Miu dari samping. "Umurmu berapa sekarang, Miu?"
"11, Om" Jawab Miu tanpa melirik ke arah Joss.
Smirk, "Miu imut" Mengusap rambut Miu sampai berantakkan.
Melirik Joss. "Telima kasih, Om" Memamerkan gigi rapinya dan perhatiannya kembali ke buku.
Tangan Joss yang masih berada di kepala, perlahan turun ke pinggang kecil Miu dan diam disana. "Miu"
Kembali melirik ke arah Joss. "Ya, Om?"
Semakin mendekatkan tubuhnya pada Miu hingga menempel. "Om mau peluk kamu. Boleh?" Miu terdiam sebentar lalu menganggukkan kepalanya.
Joss langsung menarik Miu ke dekapan dan memeluknya erat-erat. "Om. Miu tidak bisa nafas"
Sedikit melonggarkan pelukannya, "maaf. Sekarang bisa nafas?" Miu kembali mengangguk. Tangannya yang berada di pinggang, kembali bergerak turun hingga ke pantat sintal Miu. *Sial. 'Dia' bangun* Menggeram kesal saat penisnya langsung mengeras hanya dengan memeluk Miu kecil. *Apa aku 'habisi' saja Anak ini sebelum Ibunya datang?* Menyeringai.
To Be Continue,,,,
Jangan lupa Vote! 🥰
Dan siapkan mental 🤪
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top