SECRET ADMIRER
Mulmed diatas adalah Ruben (atas) dan Mike (bawah).
*****************************
Braakk!!!
Suara keras terdengar saat punggungnya menghantam locker karena pukulan yang Mike layangkan mendarat tepat diwajah Ruben. Terdengar sorak sorai dari siswa-siswi yang melingkar di sekitar mereka.
"Ayo terus!... Pukul lagi!...Dasar gay menjijikkan!!" teriakan semakin keras dari orang-orang disekeliling membuat Mike kelihatan makin bersemangat. Dari sudut bibir Ruben mengeluarkan darah yang segera diseka oleh Ruben. Ruben menatap Mike dan teman-temannya seolah menanyakan kenapa mereka terus menyakitinya.
"Dengar kau homo menjijikkan, jangan dekat-dekat denganku, bisa-bisa aku tertular virus homo mu!" Mike berkata sambil menunjuk ke muka Ruben.
Ruben hanya mengeryitkan dahinya sambil menahan sakit dibibirnya, dia merasa heran, sejak kapan gay itu menjadi semacam virus dan bisa menular?
"Aku tidak pernah mendekatimu, kenapa kau tidak ganti kelas saja bila tidak mau dekat denganku?"Ruben menjawab dengan malas, karena pertengkaran seperti ini bukan yang pertama kali. Sudah sering Mike dan Ruben bertengkar, dan yang selalu menjadi permasalahan adalah Ruben yang gay.
Ruben tidak mengerti kenapa Mike begitu meributkan hal ini, memangnya ini tahun berapa? Walau Ruben tahu bahwa dinegara ini belum menerima secara terbuka mengenai LGBT namun tidak perlu seheboh ini, toh Ruben tidak mengganggu siapa pun apalagi Mike. Ruben selalu berusaha tidak menarik perhatian dan menghindar dari gerombolannya Mike.
Ruben hanya ingin jujur pada dirinya sendiri. Apakah menjadi berbeda itu dosa? Bukankah perbedaan yang menjadikan dunia ini bewarna?
"Kurang ajar! Mulai berani kau denganku!" emosi Mike tampaknya meningkat. Tangan kirinya mencengkeram kerah baju Ruben dan tangan kanan nya melayangkan sebuah pukulan lagi ke perut Ruben.
BUUGH!! Ruben menunduk memegangi perutnya. Ketika Ruben sedang meratapi perutnya yang sangat sakit, kaosnya di cengkeram dengan kuat oleh sepasang tangan Mike yang membuat tubuhnya mau tidak mau kembali tegak sejajar dengan Mike.
Ruben menatap kedua mata Mike yang berwarna coklat karamel, namun sekarang bewarna coklat gelap karena amarah dan menyorot dengan dinginnya ke Ruben. Rambut Mike pirang sehingga menonjolkan warna matanya. Tubuhnya besar karena dia kapten basket andalan sekolah, dengan otot yang tidak terlalu besar di kedua lengannya namun pas dan absnya tercetak jelas karena hari ini dia memakai kaos hitam ketat dibalik kemeja kotak-kotak biru yang dibiarkannya terbuka.
Ruben memajukan kepalanya sehingga bibirnya tepat berada disamping telinga Mike, karena tinggi mereka tidak terpaut jauh, Mike lebih tinggi 5 cm dari Ruben, maka hal itu tidak sulit dilakukan oleh Ruben.
"Apakah sekarang kau memakai pukulan sebagai alasan untuk menyentuhku?" bisik Ruben tepat ditelinga Mike sehingga hanya Mike yang bisa mendengarnya.
Diwajah Mike terlihat samar rona memerah di pipinya dan menjalar dengan cepat hingga ke telinganya. Mike menggigit bibir bawahnya yang tebal untuk menahan desahan yang terancam keluar dari mulutnya. Ruben tersenyum puas melihat efek yang dia timbulkan di diri Mike.
Karena reaksi Mike yang menurut Ruben sangat imut dimatanya ini, maka Ruben selalu memaafkan setiap kali Mike mencari gara-gara dengannya. Baginya hinaan ataupun pukulan seperti ini terasa ringan bila dibandingkan reaksi Mike tadi. Bodoh memang kalau dipikir-pikir.
Merasakan nafas Ruben ditelinganya membuat Mike merinding namun suara Ruben terdengar sangat sexy ditelinganya. Untuk menghapus efek suara Ruben di diri Mike, tubuh Ruben didorong hingga punggungnya menempel di locker dengan kedua tangan Mike mencengkeram erat kerah baju Ruben.
"Hentikan melakukan hal itu!! Kau membuatku muak!" desis Mike tepat didepan muka Ruben. Mata Mike menatap tajam ke mata Ruben yang berwarna hazel dan tanpa sadar tatapannya turun ke kedua bibir tebal Ruben yang terlihat merah dan menggoda. Membuat Mike menjilat bibirnya yang tiba-tiba terasa kering.
"Hei Mike, apa yang kalian bicarakan? Kalian terlihat akrab lho, hahahahaha...." olok salah satu teman Mike yang disambut dengan tawa yang lainnya.
Teriakan dari temannya itu seakan menarik Mike kembali ke dunia nyata dari lamunannya tentang bibir Ruben, "Brengsek! Diam kalian semua!!" teriak Mike sambil memandang ke teman-temannya dengan mata penuh amarah.
Semua tawa langsung lenyap dan berganti dengan tatapan takut teman-temannya. Siapa yang begitu bodoh sehingga berani melawan Mike, sang idola sekolah. Dia tampan, kaya dan jago olahraga, tidak heran kalau pacarnya selalu berganti setiap minggunya, antrian para gadis yang ingin menjadi pacarnya tak pernah sepi.
Mike kembali memalingkan kepalanya dan memusatkan perhatiannya ke Ruben, "Hentikan memandangiku, jangan pernah menatapku lagi atau akan kubuat hidupmu disekolah seperti neraka!", kata Mike penuh penekanan dan ancaman yang pastinya tidak akan ragu-ragu dia lakukan.
Ruben hanya sanggup menganggukkan kepalanya karena cengkraman Mike di kerah bajunya begitu ketat sehingga membuatnya sedikit susah bernafas dan membuat wajahnya memerah.
"Bagus kalau kau sudah mengerti" kata Mike sambil melonggarkan cengkramannya dan mendorong tubuh Ruben dengan kasar menjauh dari dirinya.
BRUUKK!! Tubuh Ruben tersungkur dilantai karena dorongan dari Mike. Sambil terbatuk dan memegangi lehernya yang sakit, Ruben melihat Mike dan pengikutnya pergi menuju pintu keluar. Setelah itu anak-anak yang lain mulai membubarkan diri, mereka tahu tontonan gratisnya sudah selesai.
Perlahan Ruben bangkit berdiri dan membersihkan bajunya. Rambutnya yang berwarna coklat terang terlihat berantakan dan kaosnya juga terlihat kusut. Tidak ada yang berani menolongnya karena takut terhadap Mike dan pengikutnya. Mereka tidak ingin menjadi musuh Mike dengan menolongnya. Ruben sudah terbiasa dengan hal ini maka dia pun juga tidak mengharapkan ada yang membantunya. Ruben mengambil tasnya dan memasang headset nya sambil berjalan keluar sekolah dengan langkah pelan karena perutnya masih terasa sakit. Jarak rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh maka dia memilih berjalan kaki setiap hari ke sekolah.
Sementara Ruben sudah berjalan menuju rumahnya, Mike dan pengikutnya berjalan menuju lapangan basket. Ya, mereka ada latihan sore ini. Terlihat pelatih mereka sudah berada dilapangan dan berteriak ke mereka dengan tidak sabar, "Darimana saja kalian?! Cepat ganti baju, jangan lambat!!"
Mereka yang mendengar teriakan pelatih mereka, segera menuju ruang ganti dan menghambur ke lapangan setelah selesai berganti pakaian secepat kilat.
Usai latihan, semua anggota team basket menuju ruang shower sambil bercanda. "Sial, buku ku ketinggalan di locker, padahal ada tugas untuk besok pagi" ujar Mike ke temannya yang sama-sama sudah berganti pakaian.
"Aku akan mengambilnya, kalian pulanglah dulu" kata Mike ke teman-temannya.
"Okay Mike, kami pulang dulu, sampai jumpa besok pagi" kata mereka kompak.
"Yeah, sampai jumpa besok pagi" kata Mike kemudian berlari ke dalam sekolah lagi.
Sesampainya di dalam sekolah, suasananya sudah sepi karena memang sudah sore jadi wajar kalau tidak terlihat ada siswa lagi di lorong locker ini. Mike berjalan menyusuri lorong namun dia melewati lockernya dan malah menuju locker yang berada di baris kedua dari pinggir.
Mike berhenti didepannya, setelah menengok kiri kanan, memastikan tidak ada seorangpun di lorong locker, Mike mengambil sebuah amplop persegi dari dalam tasnya lalu memasukkan kedalam loker tersebut melalui celah kecil yang terdapat disetiap locker. Selesai urusannya, Mike segera berbalik dan berjalan cepat-cepat menuju pintu keluar.
******
Matahari sama sekali belum menampakkan sinarnya tapi terlihat sesosok tubuh yang tertutup rapat dengan jaket hoodie sampai kekepalanya tampak berjalan tergesa-gesa menuju pintu masuk sekolah dan berjalan menuju lorong locker yang ada didekat pintu masuk.
Sesosok tubuh itu berhenti sebentar didepan sebuah locker dan menoleh ke kanan kiri seakan hendak memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya. Begitu dipastikan keadaan aman, dia membuka pintu locker kemudian memasukkan sebuah bingkisan kedalamnya. Selesai memasukkan bingkisan tersebut cepat-cepat dia berlari keluar lagi.
Sekolah mulai ramai, para siswa mulai berdatangan. Lapangan parkir tampak ramai, mereka sedang asyik melihat dan mengagumi mobil Mike yang berganti model lagi pagi ini. Pagi ini Mike membawa mobil sport Honda Acura NSX yang belum masuk dipasaran secara resmi tapi orangtua Mike sudah membelikan untuk Mike, maka tak heran kalau pagi ini banyak yang mengerumuni mobil baru Mike, terutama para siswa yang berharap bisa mencoba mengendarainya sedangkan para siswi berharap bahwa dialah yang duduk disamping Mike didalam Mobil.
Ketika teman-temannya sibuk mengagumi mobil barunya, Mike melangkah tidak peduli keluar dari kerumunan dan menuju ke dalam sekolah. Baginya mobil seperti apapun tidak penting modelnya, yang penting bisa mengantarnya kemanapun. Mike berjalan menuju lockernya dan membuka pintunya hendak mengambil buku didalamnya. Ketika lockernya terbuka, matanya menangkap bungkusan kertas bewarna coklat di dalam, Mike menarik keluar bungkusan tersebut hendak melihat isinya dan mencari tahu dari siapa bungkusan ini berasal.
Diluar bungkusan tersebut tertempel kertas note kecil bertuliskan,
Tanpa sadar Mike merona dan tersenyum membaca kalimat di note kecil itu. Dari dalam bungkusan tercium aroma yang harum dan manis, Mike membuka bungkusan tersebut dan didalamnya terlihat kue muffin coklat yang masih hangat. Mike mengambil kue muffin coklat dan memakannya, rasanya lezat dan empuk. Baginya hadiah kue muffin ini terasa membahagiakan dibanding mobil barunya. Dihabiskannya kue muffin coklat itu kemudian dibuangnya bungkusnya namun note kecil itu sudah tersimpan dengan aman di sakunya sebelumnya. Hadiah seperti ini bukan yang pertama kali diterima oleh Mike, sudah 2 minggu hal ini terjadi. Awalnya Mike merasa marah karena ada yang berani membuka lokernya, namun note kecil yang selalu menyertai hadiah yang dialamatkan kepadanya mampu menghilangkan amarahnya bahkan note kecil itu tak pernah gagal untuk membuat rona pink dipipinya dan merasakan hangat yang menjalar di hatinya setiap kali Mike membaca ulang note-note itu. Mike memang mengumpulkan dan menyimpan semua note yang diberikan.
Mike bertekad untuk menemukan siapa yang telah mengirim ini dan bagaimana dia bisa memiliki kunci lockernya. Mike merasa sudah dibuat penasaran kepada secret admirer nya. Berkali-kali Mike berniat menjebak pengagumnya ini namun entah bagaimana selalu gagal rencananya. Hal ini semakin membuat hasratnya untuk menemukan pelaku misterius semakin menggebu-gebu dan Mike bertekad untuk untuk bisa menangkapnya kali ini bahkan kalau perlu dia akan menginap di sekolah. Mike merasa puas dengan rencananya, dia yakin kali ini pasti dia bisa menangkap si pelaku, sambil bersenandung kecil Mike berjalan ke kelasnya dengan hati riang dan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.
Lorong locker sudah mulai terlihat sepi karena para siswa sebagian besar sudah masuk ke kelas, terlihat hanya tinggal beberapa siswa yang terlihat terburu-buru mengambil buku dilocker kemudian berjalan ke kelas. Diantaranya terlihat ada Ruben, dia sudah biasa datang ketika locker mulai sepi sehingga tidak ramai, dia benci berada diantara orang banyak dan menjadi pusat perhatian. Gerakannya terhenti ketika melihat sebuah kartu persegi di dalam lockernya. Namanya tertulis di bagian atas kartu, berarti kartu ini memang ditujukan kepadanya dan bukan salah locker. Ruben membaca kalimat yang ada di kartu, pipinya mulai merona dan lama-lama benar-benar bewarna merah seperti apel. Isi kartu itu kalimat romantis walau tidak panjang.
Dear Ruben,
I never planned on falling in love with you and everyone says you only fall in love once but thats not true for me because everytime I see you, I fall in love all over again.
From: your secret admirer
Ruben segera memasukkan kartu ucapan itu kedalam tasnya karena bel sudah berdering dan dia harus segera masuk ke kelasnya. Dengan tergesa-gesa Ruben berjalan masuk ke dalam kelasnya dan mengambil tempat duduk seperti biasanya, dibelakang pojok dekat jendela sehingga dia bisa bebas melamun selama pelajaran. Dia sangat penasaran siapa sebenarnya his secret admirer ini, tiga kali dalam seminggu dia pasti menerima kartu seperti ini. Hari dimana dia mendapat kartu seperti ini tidak pasti sehingga dia kesulitan untuk menjebak si pelaku namun Ruben yakin kalau lusa akan ada kartu sekali lagi dari pengagumnya sebelum weekend dan saat itu Ruben pasti akan menangkapnya.
Tanpa mereka sadari ada sesosok yang sedang tersenyum senang ketika mengetahui rencana dari Mike dan Ruben. Dia pun membuat rencana juga untuk Mike dan Ruben kemudian tertawa senang membayangkan rencana nya akan terlaksana dan berhasil.
**********
Pagi ini sebelum matahari bangkit dari peraduannya, sesosok bayangan bergerak dengan lincah menyelinap masuk ke sekolah. Ditangannya tergenggam sebuah bungkusan kertas bewarna coklat lagi. Seperti sebelumnya dia berjalan menuju loker namun langkahnya terhenti ketika melihat ada seseorang sudah mendahuluinya berdiri di depan loker. Tunggu, bukankah itu lokernya? batin Ruben. Ya, sesosok yang menyelinap itu adalah Ruben. Jangan-jangan orang itu adalah yang selama ini mengiriminya kartu? Karena penasaran dia bergerak hati-hati mendekati lokernya, jantungnya berdetak sangat kencang karena kemungkinan dia bertemu dengan pengagum rahasianya pagi ini.
Semakin dekat, semakin dia yakin bahwa orang itu adalah orang yang mengirimkan kartu kepadanya karena dia melihat orang itu memasukkan semacam kartu ke dalam lokernya. Ruben menahan nafas karena gembira bahwa orang yang dihadapannya adalah orang yang selama ini dia cari. Akhirnya dia bisa bertemu, sedangkan orang yang ada didepannya tampaknya belum menyadari kehadirannya, begitu dia selesai memasukkan kartu ke dalam locker Ruben, dia berbalik hendak pergi. Dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat Ruben dibelakangnya, begitu juga dengan Ruben ketika tahu siapa orang yang ada didepan nya ini, seketika itu juga keduanya berteriak secara bersamaan,
"Mike?!"
"Ruben?!" kemudian mata Mike terpaku pada bungkusan kertas coklat dengan note kecil tertempel didepannya yang ada di tangan Ruben. Sepertinya dia mengenal bungkusan kertas warna coklat itu?!
**************************
Jauh diatas awan sana ada sesosok tubuh yang tengah tertawa terbahak-bahak bergulingan diatas awan, dia tertawa senang melihat adegan di depan loker pagi ini, menurutnya sangat kocak wajah keduanya ketika mereka shock.
"Pack, apa yang membuatmu tertawa senang seperti itu? Apa ada hal lucu dibumi?" tiba-tiba terdengar suara disamping sosok yang masih asyik tertawa tersebut.
"Ah Cupid, lihatlah ke bawah, ada sepasang anak manusia yang sangat lucu" kata Pack sambil berusaha meredakan tawanya.
"Kedua anak laki-laki itu maksudmu?" tanya Cupid sambil memandang ke bawah.
"Iya, mereka sangat lucu, saling jatuh cinta namun tidak mau mengakui hanya karena mereka sama-sama laki-laki" kata Pack yang sekarang sudah berhasil menghentikan tawanya namun masih ada senyum lebar yang tertinggal dibibirnya.
"Hufft...dari dulu kan manusia itu memang bodoh, mereka seringkali memusingkan hal-hal yang tidak penting"
"Iya, kenapa mereka meributkan jenis kelamin ketika jatuh cinta, padahal mereka jatuh cinta pada jiwa yang ada didalamnya dan bukan pada wadahnya"
"Itu sebabnya mereka sering merasa tidak bahagia karena memaksakan diri bersama seseorang yang bukan soulmate nya dan kalau sudah begitu mereka hanya bisa menyesal"
"Mereka menyalahkan kita kenapa tidak dipertemukan dengan jodohnya atau memberikan jodoh yang salah, padahal mereka sendiri yang menolak belahan jiwanya ketika bertemu karena alasan tidak penting". Pack terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Cupid.
"Lupakan itu, memangnya apa yang kau lakukan kepada mereka Pack?" tanya Cupid penasaran.
"Ooohh...aku cuma mengatur agar mereka saling bertemu ketika mereka memasukkan hadiah ke loker masing-masing, kau harus lihat muka mereka ketika tahu siapa secret admirer mereka masing-masing" kata Pack sambil senyum makin lebar.
"Hahahaha...kau memang jail Pack, dasar peri nakal"
"Habis aku tidak tahan melihat mereka, padahal jelas ada benang merah di kelingking mereka berdua namun masih saja keras kepala menyangkalnya hanya karena takut dengan pandangan orang lain" jelas Pack sambil bersungut-sungut.
"Biarkan saja, kita lihat apakah Mike berani menerima takdirnya dengan mengakui Ruben sebagai jodohnya atau memilih tidak bahagia"
"Iya, kau benar Cupid, kita lihat saja apakah kekuatan benang merah atau kebodohan manusia yang akan menang"
"Sudahlah, lupakan mereka, biarkan mereka menentukan sendiri takdirnya"
"Sekarang bukankah ada musim panas yang harus kau urus di belahan bumi yang lain?" tanya Cupid.
"Ya ampun aku lupa!" seru Pack,
"Terlalu asyik bermain dengan mereka membuatku lupa dengan tugasku, untung kau ingatkan Cupid" kata Pack sambil menggaruk kepalanya malu.
"Baiklah aku pergi, selamat tinggal Mike dan Ruben, selamat berjuang untuk kebahagiaan kalian!" teriak Pack sebelum menghilang bersama Cupid.
~FIN~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top