Willy Nilly 2. Menunggu Kamu
Ini sudah sebulan pernikahan Atlana dan Atlas. Atlas masih bersikap dingin pada Atlana. Namun, Atlana tidak gentar. Ia akan berusaha untuk membuat Atlas mencintainya.
Sore yang tenang di akhir minggu, membuat Atlana merencanakan untuk pergi keluar bersama suaminya.
"Mas–" ucapan Atlana tidak dilanjutkan tatkala ia melihat suaminya sudah rapi. Sepertinya tidak hanya ia yang berpikiran untuk keluar bersama.
"Saya mau pergi, kalau kamu mau keluar juga, jangan pulang malam-malam." Naga berlalu seraya menutup pintu kamarnya.
"Kamu mau pergi sama siapa?" tanya Atlana, ia mengikuti Atlas dari belakang.
"Teman."
"Aku maunya pergi sama kamu, Mas."
"Lana, saya enggak bisa. Soalnya sudah janji dengan teman saya."
Tidak lama kemudian, mobil sport merah memasuki perkarangan rumah. Kaca mobil dibuka, terlihat seorang wanita cantik yang menyetir. Atlas dan Atlana segera keluar dan melihat siapa yang datang.
Tanpa mengucapkan salam, Atlas langsung menghampiri wanita cantik tersebut. Atlas langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Atlana yang hanya terpaku di sana. Sejenak, wanita itu melihat ke arah Atlana seraya tersenyum merendahkan.
Atlana sedih. Namun, ia tidak boleh menyerah. Ini baru sebulan, ia masih ada waktu untuk membuat Atlas menerima kehadirannya.
Malam minggu kali ini, ia sendirian di rumah. ART pun datang hanya dari pagi sampai pukul 17.00. Atlana hanya menonton drama romantis kesukaannya, seraya memakan cemilan.
Teman-teman kerjanya sebenarnya mengajak Atlana pergi hari ini, tetapi ia menolak, karena lebih memilih mengajak pergi suaminya. Namun ternyata, suaminya sudah memiliki rencana sendiri.
Ia mengisi waktu dengan memasak makan malam untuk dirinya dan suaminya. Namun, hingga pukul 23.00, suaminya belum juga pulang. Atlana menunggu di ruang tamu, ia ingin menyambut kedatangan suaminya. Hingga ia ketiduran di sofa panjang, lalu terdengar suara mobil berhenti di depan pagar rumah. Atlana lantas terbangun, ia mengintip dari balik hordeng. Mobil sport merah yang tadi siang datang lagi, tak lama kemudian, suaminya turun dari mobil tersebut. Lalu wanita cantik tadi juga turun, ia menghampiri Atlas dan mencium bibir suaminya.
Atlana membola, tubuhnya kaku. Rasanya, ia ingin sekali berlari dan menjambak rambut wanita cantik itu.
Atlas berjalan memasuki rumah, Atlana menghampirinya.
"Udah pulang, Mas? Kamu dari mana, sepagi ini baru pulang?" tanya Alana dengan lembut.
"Kamu belum tidur?" Atlas terkejut melihat Atlana masih bangun.
"Aku nungguin kamu," jawab Atlana.
"Enggak usah nunggu saya, lain kali." Atlas berjalan menaiki tangga, ia sudah sangat mengantuk.
"Kamu minum alkohol?" Atlana mengendus tubuh Atlas dari belakang, ia mengikti langkah suaminya.
"Hmm."
"Mas, wanita tadi itu siapa? Kami, kok ciuman sama dia?" tanya Atlana tidak sabaran.
Langkah Atlas terhenti, ia memutar tubuhnya hingga menghadap Atlana. Atlana yang mungil, hidung bangir, mata bulat seperti kelinci. Atlana gadis yang cantik, sebenarnya, tetapi Atlas tidak mencintainya.
"Dengar! Saya lelah dan mengantuk, jadi, simpan pertanyaan kamu buat lain kali." Atlas masuk begitu saja ke kamarnya, meninggalkan Atlana tanpa memberikan jawaban.
Atlana bergegas masuk ke kamarnya dan menguncinya. Ia membanting diri ke kasur.
"Aku juga lelah dan ngantuk, Mas, nungguin kamu semalaman. Jam 3 kamu baru balik. Aku juga belum makan malam, nungguin kamu. Siapa yang lebih lelah, Mas?" tanya Atlana pada langit-langit kamarnya.
Ingin sekali ia mengucapkan kalimat protes itu pada suaminya, tetapi ia tidak berani.
Air matanya mengalir tanpa ijinnya. Padahal, ia sudah berjanji tidak akan menangis, ini pilihannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top