Smile

Dulu mereka berkata senyumku sungguh menawan.
Dulu banyak orang memuji senyumku seindah rembulan.
Namun, mengapa sekarang mereka menghindar?

***

BRAK

Suara bantingan pintu terdengar begitu jelas. Tiba-tiba saja ruangan gelap itu penuh dengan banyak orang.

"Scyla?!"

Semua mata tercekat melihat pemandangan yang ada di hadapan mereka.

"Kau! Anak Iblis!" teriak seorang Ibu berbaju merah dengan mata sembabnya. Ibu itu kemudian mendekati gadis lain di belakang Scyla.

"Anakku ...," lirihnya.

"Kita bunuh saja anak itu! Pembawa petaka!" Sebuah teriakan terdengar begitu jelas. Semua orang serentak menyetujui perkataan orang tadi.

Scyla tidak dapat berkata apa-apa. Ingin rasanya ia berteriak, tetapi ia tidak bisa. Bukan, bukan karena Scyla bisu, tetapi karena sebagian mulutnya terjahit. Jahitan yang awalnya hanyalah jahitan kecil akibat kecelakaan yang ia alami beberapa tahun lalu itu kian membesar seiring ia beranjak dewasa. Tidak ada dokter yang tahu apa penyebab melebarnya jahitan di mulut Scyla. Selain itu, jahitan itu pun tidak dapat mengering dan terus membekas sehingga terlihat menyeramkan bahkan di wajah secantik Scyla. Sejak saat itulah orang menyebutnya sebagai Anak Iblis, apalagi ditambah dengan beberapa kejadian buruk yang terjadi akibat senyumnya itu.

Semua orang mulai menggiring Scyla menuju tengah hutan. Scyla meronta, mulutnya menggumamkan kata-kata, tetapi tak seorang pun mendengarkannya.

"A-aku ... ti-idak melakukan-nnya," ujar Scyla menahan rasa sakit di bibirnya.

"Pembohong! Lalu apa yang kau lakukan hingga membuat Reyna bersimbah darah? Apa yang kau lakukan pada Jade hingga ia jadi gila? Apa yang kau lakukan?" Ibu berbaju merah tadi kembali berteriak.

"Senyummu pembawa petaka, Scyla! Enyahlah kau!" Seorang yang lain menyahuti.

Orang-orang mulai mengikat Scyla dan bersiap membunuhnya, hingga sebuah kabut muncul diikuti seorang wanita berparas cantik, Sang Dewi.

"I-ibu." Scyla menatap Sang Dewi.

"Ibu?" Pekikan mulai terdengar dari setiap orang yang ada disana.

"Kalian kembali mengulang kesalahan di masa lalu." Sang Dewi menatap sedih Scyla, "bukankah kalian sudah berjanji untuk menjaga anak yang aku pilih?"

Seketika semua pandangan mengarah pada Scyla.

"Dia anak yang kau pilih, Dewi?"

Tidak mungkin!

"Aku telah memilihnya ...."

"Dewi, dia telah dikutuk Iblis! Senyumnya telah membawa petaka bagi setiap orang!"

"Bagaimana kau tahu? Apa kau pernah mengalaminya?" Sang Dewi tersenyum menyadari bahwa orang itu tidak dapat berkata apa-apa, "tidak pernah, bukan? Lalu, mengapa berkata seperti itu?" Dewi bertanya, tapi tak seorang pun menjawabnya.

"Bukankah senyum Scyla adalah senyum terindah di muka bumi?" Dewi memandang Scyla, "aku telah memberikan anugerah di antara rasa sakitnya."

"Sayang sekali, kalian lebih memilih menutup mata tanpa mau tahu kebenarannya," ujar sang Dewi.

Suasana begitu tenang, tidak ada suara selagi Dewi berbicara. "Aku mengirimkan Scyla untuk memberi kalian peringatan agar kejadian di masa lalu tetaplah jadi pelajaran tanpa perlu terulang."

"Kalian salah kalau menganggap senyum Scyla hanyalah pembawa petaka." Sang Dewi mendekati Scyla dan mulai merengkuhnya. Seketika jahitan di bibir Scyla menghilang, "Scyla sayang, tersenyumlah ...."

Suasana mencekam tadi berubah! Mereka mulai tertawa, berjingkrak-jingkrak hingga menangis bahagia. Scyla tersenyum semakin lebar menyadari kebahagiaan yang tiba-tiba saja datang.

Um, tetapi ... kapan mereka akan berhenti?

"Setidaknya begini lebih baik, bukan?" ujar Sang Dewi-atau bisa kita sebut sebagai Iblis?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top