This is Love?
Judul : This is Love
By : Q_S_S_H
Aku mengenalnya saat di penghujung tahun lalu, tepat ditengah malam. Kala itu, dia hanya menatap datar padaku, seolah aku hanyalah seonggok daging tak kasat mata.
Namun kini, aku menyadari dia sama sepertiku. Dia sulit mengungkapkan rasa, terlalu dingin hingga rumit menyelesaikan kata cinta.
Lalu aku berpikir, bukankah lucu? Dua insan yang saling mendiamkan jatuh cinta tanpa kata.
"Malam ini aku harus menemanimu." Aku melirik Jacob yang baru saja menyampirkan mantel tebalnya.
"Hmm." Dia duduk disisiku. Tanpa kata, seperti biasa.
Malamku selalu di habiskan dengan sepi senyap, namun aku selalu merasa tenang saat di sampingnya.
"Bulan depan kita menikah." Aku menoleh ke arah Jacob, pria itu pasti menginginkan pembicaraan yang serius.
"Aku tahu."
"Aku sudah tidak sabar." Aku tersenyum kecil, memeluk lengan kekarnya dengan erat.
"Wajahmu mengatakan sebaliknya."
"Wajahku tidak mengekspresikannya." Aku bertemu dengannya saat makan malam keluarga tahun lalu. Pria itu tampak malu-malu saat melirikku, bahkan mengalihkan matanya dariku.
"Kau sangat menggemaskan." Jacob memutar bola matanya malas, sedangkan aku mendekat kearahnya. Lebih tepatnya, menyodorkan dahiku yang bebas dari rambut ke arahnya.
Aku merasakan kecupan ringan di dahiku berulangkali. Aku tersenyum lebar, lalu mengulanginya beberapa kali, dia tetap saja menuruti permintaanku.
"Aku juga tidak sabar." Ujarku kemudian, ingin melepaskan rangkulanku dan kembali memakan keripik kentangku. Namun, dia menahan pergerakanku dan membuat kepalanya terbaring di atas pahanya.
"Aku senang kau menerimaku." Sejujurnya, aku belum mengatakan hal ini pada siapapun. Aku dan Jacob adalah seorang mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu universitas ternama, berbeda ruangan.
Aku seringkali mengintipnya saat sedang bermain basket ataupun melakukan peregangan otot di lapangan. Tentu saja, dia tidak melihatku dari jarak yang cukup jauh kala itu. Lalu, suatu ketika dia datang padaku secara tiba-tiba, mengatakan jika dia akan datang saat malam pergantian tahun. Kalian pasti tahu apa yang terjadi setelahnya.
Kami tidak memiliki banyak kisah manis seperti pasangan lain. Namun, beberapa waktu bersamanya adalah hal manis yang tidak ingin aku lupakan, tentu saja.
"Lily, harusnya kau sudah mengatakan cinta padaku." Aku memutar bola mataku malas, dia selalu menagih hal itu. Satu hari dia berkata akan mengatakan cinta jika aku sudah balik mencintainya, manis namun menyebalkan. Dia ingin balasan setimpal atas semua yang dia ucapkan.
"Aku tidak ingin bajumu seperti kemarin." Dia adalah pria yang penuh dengan permintaan. Kemarin saat melakukan fiting gaun pengantin, bukannya terpesona dia malah mendiamkanku dua hari penuh tanpa ingin bertemu, dan di setiap malamnya ponselku dipenuhi puluhan pesan darinya yang berisikan ketidaksetujuannya pada gaun ku.
"Gaun itu indah, Jacob." Aku berujar malas.
"Apa kau tahu? Kau lebih indah tanpa memperlihatkan bagian punggungmu ke semua orang." Dia sangat protektif, tidak mengijinkanku menggunakan pakaian terbuka. Boleh, jika dihadapannya. Dan yang sangat lucunya, dia benar-benar tidak memperdulikanku saat menggunakan lingerie di hadapannya dan malah tertidur.
"Kau bahkan meninggalkanku tidur saat itu."
"Kau tahu aku bahkan tidak tahan melihatmu, Lily." Saat bersamanya, aku pasti selalu mengingat bagaimana dia bertingkah aneh saat bersamaku. Dia tidak tahan jika tidak mengelus rambutku barang satu hari saja.
"Ya, kau sangat terobsesi pada rambut." Dia menggeleng pelan, lalu mulai mengelus rambutku dengan lembut.
"Aromamu ada di sana, dan itu menggangguku." Okay, aku paham. Pria mesum.
"Lalu kenapa kau tidur saat itu?"
"Aku ingin mengikatmu terlebih dahulu." Aku terdiam, dia ingin melakukannya saat kami sudah sah?
"Maksudmu?"
"Aku menyukai segalal sesuatu tentang dirimu, apapun itu. Jadi, aku akan mencicipinya saat sudah matang." Oh sialan, Jacob sangat manis. Pantas saja dia hanya ingin mengecup tanpa melumat bibirku.
"Kenapa kau sangat manis." Aku menggerutu pelan.
Tidak ada jawaban, Jacob masih mengelus rambutku dengan halus, dengan sembari memijit kepalaku hingga relax.
Lalu, aku merasakan kecupan di dahi, pipi dan hidungku. Aku menggerutu kesal, kenapa dia tidak mencium bibirku. Aku memgerucutkan bibirku agar dia gemas. Namun, yang aku dapatkan adalah dia memjepit bibirku dengan jari-jarinya Jacob Wellington sialan!
"Jacob!!" Aku melepas kesal jemarinya, dia menyebalkan.
"Sudah ku bilang tadi--" Aku kesal, laly menggigit perutnya dengan gemas. "Hei!!" Jacob mencubit pipiku yang penuh dengan lemak bayi, aku tidak langsing seperti yang kalian pikirkan. Tubuhku bahkann terbilang pendek namun kurus.
"Kau menyebalkan." Sungutku.
"Tidurlah, aku tidak akan bisa tidur kalau kau terus merengek."
"Aku tidak merengek!" Aku memeluk perutnya, sedikit menindih bagian atas tubuhnya agar dia terjatuh berbaring di atas tempat tidur.
"Oke--oke. Aku akan memelukmu." Jacob merebahkan tubuhnya dan memelukku dengan erat. Menempatkan dagunya di atas kepalaku, dagunya sangat tajam.
"Kau hangat." Dia berdehem singkat, tidak menggubrisku saat terus saja bergerak mencari kehangatan pada tubuhnya.
Aku bersorak saat kedua orangtuaku memberitahu mereka akan melakukan perjalanan bisnis selama tiga hari, dan menyuruh Jacob untuk menenaniku selama itu juga. Boneka kelinciku salah satu buktinya saat aku melompat dari atas tempat tidur lalu kelantai, berulangkali.
Jacob memukul kepalaku pelan saat mendengar aku tertawa tidak jelas, dia pasti mengira aku gila.
"Lily, besok kau harus mengukur gaun baru, ingat?" Aku mendengus kesal, dia memang perusak suasana.
"I know." Aku kembali mencari tempat nyaman. Aku menyadari jika hormon endorfin-ku sangat berlebihan saat ini. Terbukti aku seperti ulat yang menggelepar.
"Lily--" Jacob menggeram kesal.
"Why?" Aku mendengus kesal, lalu saat aku melihat wajah Jacob yang memerah aku sadar dia bukan menahan marah. Sialan, aku lagi yang salah. "Sorry." Aku menenggelamkan wajahku di dadanya, menahan senyum yang secara tiba-tiba terbit di wajahku. Semua yang Jacob rasakan karena ulahku.
***
Aku menatap cermin besar di hadapanku dengan kesal, gaun ini pilihan Jacob. Pria itu sukses membuatnya seperti seorang biarawati.
Gaun ini sangat tertutup, di daerah depan menutup hingga leher, dan belakang ada bagian terbuka namun dilapisi oleh kain brukat putih. Aku menunduk, melirik gaun yang sepanjang mata kakinya. Jika dibandingkan dengan gaun yang dia pilih, gaun ini seperti sisi lain biarawati miliknya.
"Jacob!" Aku melirik Jacob yang duduk dengan tenang di bawah sana. Saat tabir terbuka dia menyunggingkan senyum bahagianya, meskipun tidak tampak.
"Kau sangat cantik. Puji Jacob. Aku mendengus kesal, berjalan cepat ke arahnya dan melepas tudung kepala yang memmbuatku sempurna.
"Biarkan aku memilik aksesorisnya!"
"Okay." Aku menggeram kesal, kembali masuk untuk mengganti pakaian.
Selagi aku mengganti pakaian, aku memanggil seorang penjaga untuk mendekat kearahku.
"Bisa kau potong gaun ini, buat gaun ini sebatas ini." Aku menunjuk dengkulku dengan senyuman.
"Baik, Nona." Aku tersenyum menang mati kau Jacob.
***
Aku bisa melihat Jacob yang memelototkan matanya saat melihat gaunku hanya sebatas dengkul. Wajahnya terlihat lucu, di sisiku ada Daddy yang terlihat gagah.
Tentu saja, Jacob tak kalah tampan dan gagah. Pria itu menggunakan Jas putih yang menawan, ada bunga Lily of the Valley di kantong kanannya, dia sangat manis.
"Jaga putriku baik-baik."
"Tentu saja." Jacob meraih tanganku, dan berbisik pelan, sukses membuatku terkekeh geli. "Kau benar-benar nakal. Kapan kau memotongnya, hmm?"
"Sudahlah, fokus saja pada pendeta." Aku meremas jemarinya saat pendeta mulai membacakan sumpah sehidup semati. Dadaku seakan ikut bersoral bahagia karena Jacob dengan lantang mengucapkan janji, akupun begitu.
"Silahkan mempelai mencium istrinya." Aku tersenyum mengejek, pria itu tidak akan mengelak lagi.
"Apa kau akan mengelak lagi?" Jacob memegang pipiku, membuat timbunan lemak berkumpul di sana. Dia tersenyum lembut, membuatku mau tidak mau membalasnya meskipun sulit.
Dan hal yang palling membahagiakan adalah saat Jacob mengecup dahiku lama, dan membisikkan kata cinta di sana. Diakhiri, Jacob mengecup bibirku dengan ringan. Hanya sebagai sarat dia menyentuhnya, namun sangat manis artinya.
"I love you too, Jacob.
***
END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top