01. BACK IN TIME
Arara sempat merasakan blitz di depan matanya sebelum ia berkedip beberapa kali.
Jangan lagi, batinnya kuat-kuat.
Ia membuka halaman selanjutnya dari buku yang sedang ia baca di atas pangkuan.
Buku itu merupakan pinjaman dari seorang teman baik di kampus. Biografi tentang seorang patriot muda yang tewas hampir satu abad yang lalu. Buku itu ditulis oleh adik kandungnya setelah kematian tragis sang kakak.
Di halaman yang sedang ia baca, terdapat foto hitam putih Kapten Han Andries, sang ajudan kepercayaan Jenderal Ikema yang rela mengorbankan dirinya demi menumpas pemberontakan semasa revolusi. Walaupun berupa foto hitam putih, tak ada keraguan sedikitpun di hati Arara kalau Kapten Han adalah seorang perwira yang tampan dan gagah. Kapten Han punya karakteristik wajah campuran Asia dan Eropa. Jika semasa hidupnya Kapten Han telah mematahkan hati banyak gadis yang mengejarnya, maka Arara tak akan terkejut sama sekali.
Arara menekuri permukaan foto Kapten Han dengan ujung jarinya sebelum ia meneruskan membaca beberapa halaman terakhir yang menyakitkan.
Sapu tangan Arara sudah basah oleh air mata ketika halaman terakhir bukunya selesai dibaca dan ditutup.
Sungguh malang, pikir Arara untuk yang ke sekian kalinya.
Kapten Han diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi termuda yang gugur saat itu.
Masih muda, namun nasibnya sungguh malang. Arara menghela napas lagi.
Gadis itu mengerjapkan mata karena merasakan blitz yang datang secara tiba-tiba hingga mengejutkannya. Sejak tadi siang, blitz terus-terusan mengganggu aktivitas Arara. Jika perjalanan waktunya dimulai lagi, Arara hanya ingin diberi kesempatan agar bisa bersiap.
Apakah ini karena ia terlalu terbawa perasaan selama membaca biografi Kapten Han?
Begitu Kapten Han tewas, hati Arara juga ikut dibawa pergi.
Ah, Arara harus berhenti jadi orang yang terlalu mudah bersimpati. Perasaan semacam itu sudah pasti akan menyusahkannya saja.
Kereta api sudah mulai melambat, pertanda kalau stasiun tujuan Arara juga sudah dekat. Gadis itu memasukkan semua bawaannya ke dalam tas dan membetulkan posisi syal merah muda yang membuat lehernya tetap hangat. Di luar sedang hujan deras dan mendungnya mengakibatkan langit sore segelap malam hari. Sialnya lagi, Arara tidak bawa payung hari itu.
Ketika kereta sudah berhenti sempurna, Arara bangkit dari tempat duduknya sambil memeluk buku biografi Kapten Han. Buku itu terlalu tebal hingga tak muat masuk ke dalam tasnya.
Tenang, Kapten Han. Nggak akan kubiarkan kamu kehujanan.
Arara memeluk buku itu erat-erat. Sebelum mencapai pintu keluar, lagi-lagi Arara mengalami blitz kilat. Kali ini intensitasnya lebih tinggi hingga harus membuat Arara berpegangan pada besi penyangga di dekatnya karena hilang keseimbangan.
Tak ada orang lain lagi di dalam gerbong itu selain Arara, jadi ia tak merasa khawatir orang lain akan berpandangan aneh tentangnya.
Arara menghela napas dalam-dalam sebelum turun dari kereta.
CIITTT
Sebuah sepeda tahu-tahu melesat melewatinya. Arara terlalu terkejut hingga tak dapat menguasai diri. Gadis itu hampir tersungkur mencium aspal kalau saja lengannya tak ditahan oleh seseorang.
Sejak kapan peronnya jadi rendah begini?
"Hati-hati, nona."
Arara menoleh ke arah sang penolong. Seketika pupilnya melebar.
Kapten Han?
Tak salah lagi!
Arara sudah meliukkan lehernya ke kanan dan ke kiri untuk melihat sekeliling.
Tak ada hujan. Hari masih siang. Langit biru di atas kepala Arara tidak menipunya. Sekarang ia tak lagi ada di antara gerbong kereta yang ia naiki dan peron di stasiun. Ia sedang berada di atas trem yang sedang berhenti di pinggir jalan.
Lengannya masih dicekal oleh Kapten Han, mencegah tubuhnya jatuh menghantam tanah di bawah trem.
Uh oh. Harusnya Arara dapat menduga ini sejak awal!
"Blitz sialan!" Gerutuan Arara mengundang kernyit heran di dahi Kapten Han.
"Anda... baik-baik saja, nona?"
Bahasa baku yang digunakan oleh Kapten Han padanya membuat Arara makin yakin kalau ia baru saja terlempar ke masa lalu.
***
--23 November 2020--
Cerita ini muncul karena penulis habis buka foto-foto lama Pahlawan Revolusi Kapten Pierre Tendean yang jadi korban tragedi G30S/PKI di Instagram.
Hasil meratapi nasib tragis Kapten Pierre Tendean berujung nulis ini.
Pengorbanan dan pengabdianmu tetap dikenang, Kapten!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top