Dryad

Prompt

Semua tanaman yang hidup akan menjadi debu saat kamu menyentuhnya, karena itulah keluargamu mengurungmu di tempat tinggi, jauh dari daratan. Hingga seseorang berhasil menemukanmu.

[Mood board untuk membantu membayangkan visualisasi karakter]

Dryad

Eleanor

Terimakasih atas perhatiannya! (. ❛ ᴗ ❛.)

~~~

Malam itu Dryad mengendap-endap dan menengok ke kanan dan kiri. Semoga saja ia berhasil menjalankan ritualnya. Menyerap energi tumbuhan hingga menjadi kering!

Sebagai informasi, Dryad merupakan makhluk mitologi. Peri tumbuhan. Selain matahari dan air, ternyata selama ini diam-diam dia suka untuk mengkonsumsi tumbuhan! Oh, sungguh menjunjung tinggi kanibalisme ya! Namun bukan tentang kanibalisme yang ingin ku bahas.

Ketika Dryad menyerap energi dari tumbuhan, badannya mengeluarkan cahaya dan seketika tumbuhan yang ia serap menjadi debu. Sungguh malang nasib tumbuhan itu yang merenggang nyawa karena diserap energinya.

Dikarenakan sinar yang ia keluarkan itu, ia sempat menarik perhatian para warga sekitar yang sedang berjaga dari hewan perusak.

"Dimana sumber cahaya tadi?" Tanya seorang yang berjaga lalu mendapati sosok Dryad.

Dryad menyapa mereka dengan tampang tak bersalahnya pada mereka, "Halo!" Senyumnya merekah begitu saja seakan ia tak berbuat salah.

"Astaga! Ini sudah berapa kalinya dia merusak lahan perkebunan kita?!" Keluh seorang yang lain.

"Tak bisa dibiarkan, kita harus meminta pada Gaia dan Ouranos untuk mengurung Dryad!"

Dryad menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia merasa ngeri harus terkurung yang artinya ia akan kekurangan makanan favoritnya, tumbuhan!

Lantas ia berlari dengan cepat berharap warga tidak menyerahkan dia pada ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya pasti akan memihak warga.

Semua telah terlambat, ia menabrak ayahnya yang menatapnya dengan penuh amarah. Driad menyengir pada ayahnya yang sudah ia tabrak.

"Anakmu sudah beberapa kali tertangkap merusak lahan kami, tak terpikirkan kah olehmu kami merugi banyak?" Protes pada warga Patra pada Ouranos.

"Mohon maaf atas kesalahan anakku, apa yang harus kulakukan pada kalian untuk menebus kesalahanku ini?"

"Kurung dia, jauhkan dia dari lahan kami!" Pinta yang lain.

"Baik, akan aku kabulkan permintaan kalian."

Sejak hari itu, Dryad terkurung dalam kastil yang sangat tinggi dan jauh dari pemukiman warga. Tenang saja, ia masih bisa hidup dengan bermandikan cahaya dan berendam dalam kolam.

Bertahun-tahun ia terkurung dalam kastil. Menunggu berharap ada yang bisa mengeluarkannya dari menara yang tinggi.

Jika saja menara ini tak dilindungi sihir, sudah sejak lama Dryad akan melarikan diri dengan cara menumbuhkan sulur tumbuhan dan turun dengan aman.

Kastil dilindungi oleh sihir api, musuh alami bagi Dryad. Jika saja sedikit ia menyentuh barrier sihir, Driad akan terbakar oleh api. Ya, dia memang sudah mencobanya dulu beberapa kali.

Andaikan saja ada yang bersedia untuk menolongnya, mungkin saja ia tak akan segan-segan menuruti satu keinginan yang diberikan oleh orang tersebut.

***

Sementara itu di Desa, merajalela sebuah tumbuhan yang mereka tak kenal bentuknya. Tumbuhan itu seringkali menjadi parasit bagi hasil pertanian warga.

"Sudah berapa lama kita merugi dengan tumbuhan aneh tersebut?! Kita harus membasminya!" Protes seorang warga dalam pertemuan.

"Apa memangnya yang bisa kau lakukan? Bukankah setiap kali kita mencabutnya tanaman kita ikut tercabut? Bahkan tampak mereka menyerupai padi kita!" Sahut yang lain.

"Bagaimana jika kita membiarkan Driad kembali menginjak Desa untuk membasmi tumbuhan?" Usul seorang pemuda di dalam pertemuan tersebut.

"Apa yang kau harapkan dengan mengundang ia kembali? Kamu gila? Ia sudah beberapa kali tertangkap basah merusak lahan kita!" Salah satu warga terbawa emosi dengan usul pemuda itu, ia menarik kerah baju pemuda itu.

"Justru itu poin utamanya, bagaimana jika kita meminta ia untuk mematikan tumbuhan parasit ini? Bukankah terakhir kali ia menjadikan lahan padi kita berubah menjadi debu?" Jawab pemuda tadi yang membuat seluruh warga setuju dengan jalan pemikirannya.

"Ide milikmu boleh juga, jika begitu biar kamu saja yang membawa ia kembali ke desa!"

"Tunggu! Memangnya dimana dia dikurung?" Jawab pemuda itu sebagian bingung dan sebagian tidak siap.

Semua warga membisu, sepertinya tidak ada yang tahu dimana Dryad ditahan terkecuali Ayah ataupun Ibunya.

"Baik, aku yang akan membawa Dryad kembali." Ujar pemuda Itu pasrah dan pergi menjemput kembali Dryad.

Sang pemuda tadi bersungut-sungut, ia tendang kerikil yang ada di jalan. Sungguh sial ia ditunjuk begitu saja karena mengemukakan ide. Ia tahan amarah itu dalam-dalam dan pendam. Ini demi warga sekitar!

Disinilah ia harus menanyakan dimana Driad dikurung, sesosok wanita yang lembut dan feminim tampak mengurus tanaman.

"Permisi, saya adalah Eleanor. Saya mau bertanya dimanakah Driad dikurung?"

Sang wanita hanya terdiam mendengarkan Eleanor berbicara, Ia lalu meninggalkannya begitu saja.

Sebenarnya Eleanor sempat kesal ditinggal begitu saja tanpa dijawab, namun kekesalannya reda begitu wanita tadi menyerahkan kertas bergambar peta Desa Patra.

Wanita itu menunjuk satu wilayah yang Eleanor tahu letaknya.

"Baik, terimakasih banyak!" Ujarnya dengan semangat dan bersiap pergi kembali.

Wanita itu kembali menarik tangannya dan menyerahkan suatu benda. Kalung dengan liontin berwarna biru.

Sungguh Eleanor sempat bingung untuk apa liontin itu, yang sebenarnya berfungsi menangkal sihir yang melindungi menara tersebut.

Petualangan untuk membawa kembali Dryad akan dimulai dari sekarang.

Sudah lima hari lamanya Eleanor berjalan menuju kastil, tempat Dryad di tahan. Akhirnya ia tiba juga di tempat yang ia tuju.

Sesaat sebelum ia mau memasuki kastil ia menyiapkan hati dan batinnya. Semoga saja, semuanya semudah saat ia berangkat.

Selangkah ia bergerak maju, disaat itu ia melihat sebuah daun yang jatuh dan menghilang begitu saja karena dilahap oleh api.

Eleanor tersentak mundur begitu saja ketika melihat hal tersebut.

"Apa lagi ini?" Ucapnya secara spontan.

Untuk memastikan yang dilihatnya benar, ia melemparkan sebuah ranting kering ke arah kastil. Oh sialnya, ia tak salah melihat! Sang jago merah muncul begitu saja dan melahap habis ranting yang ia lemparkan.

Apa kiranya yang harus Eleanor lakukan?

Eleanor menengok sekitarnya, berharap saja ia dapat menemukan air disekitarnya. Bukankah api dapat dipadamkan dengan air? Ia lalu menemukan sebuah kubangan air hasil dari hujan semalam.

Apapun itu caranya akan kulakukan untuk membawa kembali Dyad! Tekadnya dalam hati.

Ia berguling-guling pada air kubangan dan masuk ke dalam kastil. Oh, tak ada yang terjadi dengannya? Sungguh ia merasa sia-sia membasahi diri dengan air di kubangan.

Eleanor berjalan masuk dan berkeliling mengitari kastil. Ia berharap ada tangga atau pintu masuk di kastil. Beruntunglah ia menemukan tangga. Ia yakin dengan sangat bahwa Dryad ada di bagian teratas kastil.

Setelah melewati seribu anak tangga, ia akhirnya menemukan Dryad yang sedang bermandikan cahaya di tengah ruangan.

"Hei Nona, mari ku keluarkan kamu dari kastil!" Sambut Eleanor pada Dryad, tampak masih mengatur nafas.

"SETAN!" Dryad terkejut begitu saja dengan kehadiran Eleanor secara tiba-tiba.

"Hei, tenang-tenang _"

"Bagaimana mungkin kau bisa ada disini? Kastil ini dilindungi sihir!"

"Aku hanya masuk begitu saja."

Dryad menatap menyelidik Eleanor, "Baiklah, tak usah membuang waktu. Jika kau bisa masuk, ku harap kau bisa membawaku keluar juga."

"Baik, mari kita per_"

Ucapan Eleanor terputus karen ia terkejut secara tiba-tiba sebuah sulur mengikat tubuhnya. Liontin yang ia kantongi terjatuh begitu saja secara tak disadari di lantai.

"Kenapa kau mau melewati anak tangga lagi? Aku bisa membawamu dengan sulur ini."

Dryad terbakar begitu saja ketika sulur yang ia buat melewati batas sihir. Secara cepat ia memadamkan kembali api yang telah menyala pada bagian tersebut.

"Kau bohong!"

"Apa?! Tadi aku tidak terbakar!" Kilah Eleanor pada Dryad.

Eleanor mengingat kembali ia diberikan kalung oleh seorang wanita di kediaman Dryad. Ia memeriksa kantung dimana ia menaruh liontin tersebut. Liontin itu terjatuh? Pasti terjatuh tadi secara tidak sengaja, entah itu di sekitar sini atau itu di tangga.

Eleanor melihat sekitarnya,berharap saja kalung tersebut ada disekitar sini. Ia lalu menemukan kalung pemberian wanita yang ia temui terjatuh di lantai.

Eleanor mengira-ngira jika liontin dari kaling tersebut penangkal sihirnya.

"Dryad, izinkan aku mengambil liontin itu dan kita keluar dari menara ini!"

"Baiklah!" Ujar Dryad sambil melepaskan sulur yang ia ikatkan pada Eleanor.

Eleanor mengambil dan memegang erat liontin kalung tersebut, "Mari kita keluar dari kastil Dryad!"

Dryad mengambil nafas panjang. Dalam hati, ia berharap jika ia tak terbakar kembali. Sakit!

Ia berhasil melewati sihir dan bebas dengan selamat.

"Oh, akhirnya aku bisa bebas dari sana!" Dryad menghela nafas lega lalu menatap Eleanor, "Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Sebut saja Eleanor."

"Aku mungkin tak bisa membalas budi kamu dalam menyelamatkan aku, tapi kamu boleh memintaku melakukan satu permintaan. Aku tak mau berhutang budi."

"Kalau gitu, aku minta kamu untuk membasmi tumbuhan aneh yang suka merugikan hasil pertanian warga."

"Mengurus parasit? Bukannya dulu kalian mengurungku karena aku suka menghancurkan tanaman?" Dryad menatap tak percaya pada Eleanor.

"Lalu, kenapa kamu merusak- maksudku menjadikan perkebunan warga menjadi debu?"

"Oh, kamu ga tau kan dengan aku menyerap energi tumbuhan aku mendapatkan kekuatan lebih?"

"Dan kamu tetap bisa hidup beberapa tahun ditahan didalam kastil, tanpa menyerap energi dari tumbuhan!" Eleanor menunjuk Dryad.

"Semua yang kamu butuhkan kembali lagi yaitu pengendalian diri! Kontrol kekuatanmu dan gunakan pada kebaikan yang mampu membantu orang sekitar!" Cerca Eleanor lagi dengan keras menegur Dryad.

"Iya, kamu benar selama ini aku salah." Dryad merenungkan perkataan dan nasihat yang diberikan oleh Eleanor.

Kink di Desa Patra, Dryad menjadi sosok yang membantu warga dalam mengurus parasit tumbuhan. Dari sana ia belajar untuk mengendalikan tingkah nakalnya dan kekuatannya yang suka merusak kebun warga menjadi merusak tumbuhan parasit pada kebun warga.

Meski ia masih suka menyerap energi tanaman, kali ini kekuatannya bermanfaat bagi warga sekitar. Ada kebahagiaan yang dapat ia ikut rasakan ketika melihat warga bersuka cita memanen hasil kebun yang melimpah.

Perjalanan hidup Dryad masih panjang, namun kiranya kisah ini cukup berakhir hingga dititik ini.

[Word Count: 1489]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top