Rutinitas Malam

Seperti biasa, kau menunggu di ujung gang sunyi. Kau bilang, malam selalu bisa memberimu gairah. Dan aku membencinya. Karena malam membuatku tak mampu melihat dengan jelas.

Kau berdiri dengan mengenakan kaus lusuh yang tak jelas warnanya dengan bau yang bercampur antara keringat dan darah. Kau menatap dengan mata dengan penuh nafsu, lalu meraih leherku dan mencekiknya dengan kencang. Selanjutnya dengan kasar kau mendorongku ke pembaringan. Segera saja tercium bau anyir darah dan busuk, kombinasi yang cukup untuk membuatku mual. Tetapi kau berkeras mengajakku kemari. Aku bahkan tak sanggup menolak.

Kau menekan dadaku dengan kuat, seiring dengan peluh dari keningmu yang menetes ke badanku. Aku meronta dan meneriakkan penolakan, tapi kau semakin beringas. Kakiku menendangimu, yang membuatmu bertambah semangat. Mendengkus, kau mulai mengayunkan parangmu. Teriakanku bergema, di antara sakit dan pedih, tetapi tak seorangpun yang bisa memberi pertolongan. Darah mulai mengalir membasahi badanku, sementara kau terus saja menghunjam, tanpa kenal lelah. Kau benar, malam selalu tepat bagi mereka yang berniat jahat. Karena malam adalah pelindung yang buta dan tuli, bahkan tak mampu bersaksi.

Aku sudah tak sanggup bersuara. Tubuhku tergolek lemah ketika kau sudah selesai melampiaskan hasratmu. Mataku terbelalak, tak mampu lagi menutup. Kini pun aku hanya bisa bungkam, menjadi korban kekejianmu yang arogan. Lalu kau lemparkan tubuhku yang bersimbah darah di antara para bangkai kawan-kawanku. Kini kau bersiap untuk yang selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top