Pagi yang mendung dengan secangkir kopi manis
.
.
Kek cerita ini manis banget
😂😂😂
.
.
.
Jan lupa vote x komen
.
.
Thanks
🙏🙏🙏
.
.
.
Happy Reading
📖📖📖
.
.
.
Ayah Vega dan Om Alinya sudah pergi, tersisa Vega dan Saga yang saling menatap dengan cukup canggung.
"Apa?" tanya Vega yang jadi salting ditatap terus sama Saga. Mereka duduk diatas karpet dan saling berhadapan.
Cowok itu menunjukkan senyuman yang selalu membuat hati cewek bergetar, tak terkecuali Vega. "Aku nggak nyangka kamu bisa bilang di depan Ayahmu, kalau aku cowok kamu." Nada bicara Saga menunjukkan kekaguman.
Mengingat itu, Vega mendesah. "Aku suka kesel sama Om Ali. Suka banget jodoh-jodohin aku sama Bima yang nauzubilla keparatnya. Masak aku dulu pernah di dorong ke kolam renang, aku kan nggak bisa renang. Terus, pernah maksa aku ikutan sepak bola sama temen-temennya, kalau aku nggak mau dia bakalan ngaduin aku ke Ayah kalau aku suka boong kalau ada les, kenyataannya aku pergi nongkrong sama anak-anak dan sialnya kepergok dia," keluhnya yang entah membuat Saga tertawa geli.
"Kamu kan cewek, kenapa bisa begitu?" Saga penasaran dengan penyebabnya dan Vega terlihat berpikir.
"Sebenarnya, aku tu dari dulu tomboy. Ini aja sekarang rambutku panjang, dulu aku suka nggak tahan kalau panjang jadi ku babat. Aku juga lebih suka olahraga cowok, cuman kalau renang emang pernah hampir tenggelam, jadi aku trauma," terang Vega dan Saga mulai mengerti.
"Ya uda, kamu keliatan capek banget. Aku mau pulang, istirahat ya. Besok ku jemput seperti biasa," kata Saga yang mulai bangkit dan Vega mengikutinya.
"Aku kuliah siang, kamu nggak ada kuliah pagi?" tanya Vega dan Saga menggeleng, meraih tangan Vega membuat jantung Vega rasanya mau copot saja.
Gerakan pelan nan lembut seperti ini saja sudah membuat hati Vega kacau, belum lagi tatapan dan senyuamnya. Saga, memang spesial cowok yang bikin baper akut hanya dengan perlakuan sederhana seperti ini.
Gila! Gue bisa gila! Gimana jantung gue???
"Jangan begadang, kalau nggak bisa tidur telpon aja, entar aku nyanyiin lagu," katanya yang sekali lagi membuat jantung Vega semakin tak karuan.
"Iya, aku kalau capek juga langsung tidur. Kecuali dulu sih, pas masih nyembah para Oppa," akuinya yang tentu membuat Saga berpikir.
"Oppa? Siapa?" tanyanya dengan polos dan Vega tertawa.
"Jangan tanya, itu kehaluan yang kamu nggak perlu tau," katanya sambil menarik Saga keluar.
"Kalau sampai rumah chat ya." Vega pun tak kalah ingin menunjukkan perhatiannya.
Saga tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya. "Aku pulang ya, Assalamualaikum ..." pamitnya dan Vega terus memandangi Saga sampai pria itu memasuki mobilnya.
Saat Vega benar-benar sendiri, tidak ada yang memperhatikan dirinya. Gadis ini hanya tersenyum-senyum sendiri, seperti orang gila.
Sungguh, ia berpikir jika Saga adalah anugrah dari Tuhan untuk kehidupannya yang selalu berjalan monoton ini.
---***---
Awalnya Vega mau berangkat siang ke kampus tapi karena mendadak dosen mengganti jamnya. Memang enak sekali menjadi dosen, bisa mengganti jam kuliah sesuka hati. Ibarat mengganti channel TV kapan pun orang ingin menggantinya.
Saga sudah menjemputnya, bahkan kini mereka sudah berada dikampus. Wajah Vega yang cemberut karena kesal terkadang membuat Saga gemas sendiri.
"Uda, jangan cemberut gitu. Kan katanya pak Samsul killer," kata Saga yang mencoba untuk membuat Vega hilang kekesalannya.
"Iya sih, ah ... kenapa aku ngambil Akuntansi sih? Kalau endingnya harus bertemu prof botak nan nyebelin itu," keluhnya, kemudian Vega menghadap Saga seolah mengingat sesuatu. "Atau dia punya dendam kusumat sama aku, gara-gara aku ketawa di makulnya kemarin. Serius, hampir tiap pertemuan dia selalu nyuruh aku buat kasih contoh, kek asdos aja," lanjutnya dan Saga pun mengelus rambut Vega lembut.
"Itu tandanya, kamu lebih baik dari teman-teman kamu dalam memahami materi. Positif tingking aja lah Veg," nasehat Saga dan Vega pun mengangguk.
Mereka pun masih berjalan, terlalu larut dalam percakapan sampai tak menyadari pandangan beberapa mahasiswa yang heboh dengan kedekatan mereka.
Namun, sebenarnya itu hanya bentuk pengalihan Saga agar Vega tak merasa risih. Ia terus bertanya tentang ini dan itu agar Vega tak memperhatikan respon dari kebanyakan kaum cewek.
"Sampai sini aja ya nganterinnya, kamu langsung ke sekertariatan Bem kan?"
Vega berhenti dan memandang Saga yang kini mengangguk.
"Nanti kalau pulang, kamu chat ya. Aku ada rapat sama anak-anak buat acara Mapala," terang Saga dan Vega mengangguk.
"Ya uda, aku ke kelas," pamit Vega yang kini melangkah dengan cepat, meninggalkan Saga yang tersenyum memperhatikannya.
Saga tidak sadar dengan kehadiran Junior dan Dirga yang semenjak tadi tertawa melihat sahabatnya ini.
"Bro, nikahin aja. Kalau nggak mau pisah barang sedetik." Celoteh Dirga yang kadang komentarnya hampir mirip dengan Willy.
Junior pun memukul pelan kepala Dirga. "Ngaco lo, lulus kuliah aja belum, mau sok-sokan nikahin anak orang. Mau dikasih makan apa? Nyanyian?" kata Jun membuat Saga sama Dirga ketawa.
"Eh entar bisa latihan nggak?" Jun bertanya.
"Gue masih ada rapat sama anak Mapala," jawab Saga.
"Lo?" Kali ini Jun bertanya pada Dirga.
"Gue selalu ada di bascame. Mau ngelanjutin tidur gue yang ketunda gara-gara pak Yono. Apaan kuliah pagi, emang kurang kerjaan tu orang." Dirga mulai menggerutu dan Saga tertawa.
"Kuliah pagi, lo kira kurang kerjaan. Kulian malam, lo bilang dosen kurang belaian. Terus kalau kuliah sore, lo mau bilang apa?" tanya Jun.
"Dosen kurang piknik," sahut Dirga yang membuat Jun lagi-lagi menjitak kepalanya.
"Gue cabut dulu ya, ini uda di chat sama anak Mapala." Saga pamit.
"Oh ya Sag. Ayura uda balik, lo belum tau?" kata Dirga yang membuat Saga terdiam. Jun pun segera menyenggol Dirga, mencoba untuk memperingatkannya.
"Belum ... Kenapa emangnya?" tanya Saga ekspresinya terlihat kurang nyaman.
"Aneh, emang belum ke rumah lo?" Dirga masih saja membahasnya, tidak melihat ekspresi Saga yang begitu kesal.
"Uda, lo cabut aja ke Bem. Gue sama Dirga mau ke bascame dulu." Jun pun menarik Dirga dengan cepat dan Saga menghela napas panjangnya.
---***---
Tara kini sedang berada di kantin kampus, memesan semangkuk bakso kesukaannya tanpa merasa malu karena sendirian. Ia sedang tidak ingin mengikuti mata kuliah Pak Samsul, terkadang ia cukup berani dengan pemberontakan kecil seperti ini.
"Tar ...." Cewek ini mendongak, mendapati Hana duduk dihadapannya. Tidak biasanya cewek ini mengajak Tara mengobrol
"Lo nggak masuk? Pak Samsul loh, entar lo ngulang gimana?" nasehat Tara yang membuat Hana, bukannya ia juga seharusnya masuk kan?
"Lah lo sendiri? Ngapain disini?" Hana balik bertanya.
"Gue mencoba jadi orang bijaksana," celotek Tara yang tentu membuat Hana bingung.
"Berarti kalau gue nggak masuk, bijaksana juga dunk," sahutnya dan Tara menggeleng.
"Nggak lah, apa coba alasan lo nggak masuk?" tanya Tara.
"Lagi nggak pengen aja," jawab Hana sambil tertawa.
"Nah, itu bukan bijaksana namanya. Orang bijaksana itu punya alasan yang bagus," katanya sambil menunjukkan ekspresi serius dan menyebalkan dalam bersamaan.
"Apa emangnya?" tanya Hana yang penasaran.
"Alasan bijaksana gue cukup simpel, sih. Gue mencoba untuk memilih sesuatu yang lebih bermanfaat dan menguntungkan. Perbandingan antara pentol bakso sama kepala botak pak Samsul, menurut lo apa yang lebih menarik?" tanyanya.
"Bakso lah," jawab Hana spontan.
"Nah, itu lo tau. Bijaksana banget kan gue?" kata Tara dan Hana pun dibuat ngakak.
"Eh Tar, bener nggak sih kalau Vega jadian sama Saga?" Tiba-tiba saja Hana bertanya tentang hal ini dan Tara pun mulai paham kenapa anak ini mendekatinya.
"Menurut pandangan lo gimana?" Tara membalikkan pertanyaan.
"Menurut gue sih iya, soalnya tadi gue liat mereka gandengan tangan." Hana mencoba untuk menduga.
"Nah, itu lo tau, kabarnya sih dalam bulan ini mereka mau tunangan."
"APA?!"
Hana terlihat terkejut dan Tara lebih memilih menghabiskan baksonya dari pada melihat ekspresi Hana.
"Tara ...." Seorang cowok duduk disebelah Tara, membuat cewek ini mendengus.
"Ada Hana juga disini ...." Sapanya pada Hana yang hanya di jawab dengan senyuman hambarnya.
"Lo nggak masuk Tar? Gue liat Angel sama Vega uda masuk tadi, pak Samsul kan?" katanya yang membuat Tara semakin risih saja.
"Berisik lo Will, mau masuk atau nggak kan urusan gue," ketus Tara dan Willy semakin tersenyum mendengarnya.
Sikap seperti ini yang selalu Willy rindukan dari seorang Tara.
"Nggak gitu juga princess, kalau kamu nggak tuntas-tuntas kuliahnya, gimana aku bisa ngelamar kamu entar," kata Willy yang seketika membuag Hana geli, sementara Tara melotot.
"Lo tuh, ngomong apaan sih? Mau ku sumpel pakek bakso ini ya!" ancam Tara dan Willy lagi-lagi tertawa.
"Makin manis deh kalau lagi kesel. Tar, sampai kapan sih kamu cuekin aku. Vega sama Saga aja uda jadian, lah kita kapan?" tanyanya yang seketika membuat Hana diam, sepertinya ia tidak benar-benar menyukai berita ini.
Sementara Tara sudah berdiri. "Gila lo ya!" Tara pun meraih kerah baju Willy. "Mau mati lo!" sentaknya dan Willy makin nyengir, bahkan dia dengan tidak malunya tiba-tiba nyium pipi Tara saat mereka berdekatan.
"UPIL GILA!" teriak Tara membuat seisi kantin memperhatikannya sementara Willy sudah kabur duluan.
Tinggal Tara yang wajahnya memerah dan Hana yang masih termangu.
"Willy keparat! Ah, gue cabut dulu Han," pamit Tara dan Hana pun mengangguk.
Tara benar-benar pergi dengan beberapa ejekan karena aksi nekat Willy barusan. Sementara Hana menghela napas panjang.
"Gue suka dia dari SD, tapi kenapa harus Ayura dan bahkan Vega yang memenuhi hati lo Sag. Tau nggak sih, sebesar apa rasa suka gue ke lo?" lirih Hana dengan mata berkaca-kaca.
---***---
Bascame anak DayDream
Saat Dirga masih saja melanjutkan tidur tampannya, Jun dengan laptopnya dan Barra dengan handphonenya.
Willy tiba-tiba datang dengan tertawa. "Men ...." panggilnya membuat Barra dan June memperhatikannya.
"Gosip apa lagi?" tanya Jun yang sangat hafal dengan satu temannya ini.
"Bukan gosip, ini beneran. Bar, gue uda ikutin saran lo buat pepet Tara dan gue berhasil nyium pipinya," kata Willy sambil jingkrak-jingkrak.
Barra ngakak dan Jun terlihat melotot ke Barra.
"Anak orang lo ajarin jadi berengsek gitu," omel Jun.
"Eh itu bukan berengsek tapi usaha," sangkal Barra sambil terus tertawa.
"Jangan di terusin deh, sebelum lo bener-bener kena tampar sama Tara." Jun memberikan nasehat.
"Itu bagian dari resiko, santai aja Wil. Gue malah semalem main ke rumah Angel dan ortunya welcome banget sama gue," pamer Barra.
"Serius deh, kalian ngejar Vega cs? Apa tujuannya? Jangan main-main, mereka nggak kek cewek lain," nasehat Jun dan keduanya mengangguk.
"Gue uda suka Tara semenjak dulu kan? Kalau lo Bar? Apa coba alasan lo?" tanya Willy.
"Em ... Mungkin karena Angel cans," kata Barra yang seketika membuat Willy melemparkan bantal kepadanya.
"Play boy cap kucing kek lo, wajib dimusnakan!" cibir Wilky yang membuat Barra ngakak.
"Vega cs anak baik-baik jan main-main." Lagi-lagi Jun memperingatkan.
-Tbc-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top